"Aku ... mencari mu untuk membahas sesuatu. Ini soal kondisi perbatasan Esperanto dan Kerajaan Barat."

Dahi Izekh mengerut seketika. Kerajaan Barat, bukankah itu adalah negara yang disebutkan Giuseppe dalam dekrit hukumannya?

Mungkin Giuseppe tidak yakin dengan ucapannya sendiri dan buru-buru menambahkan, "Beberapa panglima dan penasihat telah mendesak ku untuk mengambil keputusan soal itu. Namun, aku tidak bisa begitu saja menentukan pilihan tanpa berdiskusi dengan mu."

Demi menanggapi ujaran Giuseppe, Izekh mengangguk ringan dan meminta kaisar untuk tinggal sejenak. Keduanya duduk berhadapan, itu adalah Izekh yang memulai percakapan.

Izekh, "Saran apa yang ingin Yang Mulia dengar?"

"Kerajaan Barat adalah negara besar yang memiliki sumber daya alam melimpah. Jika dilihat dari luas daerah kekuasaan dan kekuatan ekonomi serta militer mereka, Kerajaan Barat adalah suatu negara yang bisa menyatakan diri sebagai suatu kekaisaran. Ekspansi Esperanto selama tujuh tahun terakhir terlalu membabi buta. Pergerakan ini membuat banyak negara waspada dan bersiap untuk melakukan perlawanan. Atau lebih buruk lagi, mereka bisa saja menjadi pihak pertama yang mengibarkan bendera perang." Giuseppe menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya.

Situasi ini tidak lagi mengejutkan, Izekh telah menerima informasi serupa di kehidupan lalu. Sekarang adalah musim panas di tahun ketujuh Kekaisaran Esperanto, empat bulan sebelum kematiannya di hutan pinus musim dingin. Kerajaan Barat memang telah menunjukkan kewaspadaan mereka terhadap pergerakan agresif Esperanto dalam menguatkan pondasinya selama ini. Mereka mulai menggaet negara-negara kecil lain untuk bekerja sama, menolak Esperanto yang mungkin saja hendak melahap daerah mereka.

Masalah ini sungguh memberikan sakit kepala besar pada Izekh. Menghela napas, "Serangan mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Tidak fatal, tetapi cukup untuk perlahan mengikis Esperanto jika terus dibiarkan," balas Izekh.

".... dari mana kau tahu itu akan terjadi?"

"Aku hanya memperkirakannya, Yang Mulia."

Giuseppe, "Apa ada informasi yang tidak aku ketahui? Apa yang membuatmu bisa menyimpulkan seperti itu?"

Izekh lupa, ia masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan kondisinya saat ini, hingga tanpa sadar ia mengucapkan begitu saja kejadian yang akan terjadi di masa depan. Apa informasi yang ia miliki untuk bisa mendapatkan kesimpulan seperri itu?

Kerutan dahinya semakin dalam saat ia tidak bisa segera menjawab pertanyaan Giuseppe. Untungnya, Giuseppe menggelengkan kepala dan menyerah, "Maaf. Aku seharusnya tidak meragukan mu, Izekh. Beberapa panglima juga sudah mengatakan hal serupa, hanya saja aku tidak bisa meyakini ucapan mereka."

Setelah itu, Giuseppe tersenyum lega dan berdiri. Izekh ikut berdiri untuk mengantar Giuseppe ke pintu keluar.

Di ambang pintu, Giuseppe menepuk bahu Izekh mantap. "Ini sudah dini hari, istirahatlah sebelum melakukan pertemuan besok. Aku akan kembali sekarang," ujarnya sebelum menghilang di tikungan lorong.

Setelah ditinggalkan seorang diri, sungguh Izekh tidak bisa beristirahat dengan tenang. Kepalanya sibuk memproses keanehan yang terjadi pada dirinya. Akhir tahun ketujuh Kekaisaran Esperanto, di bulan Desember saat musim dingin membuat tulangnya menggigil sakit. Itu adalah dua bulan sejak ia merebut Cattleya dari Giuseppe, dua bulan sejak Izekh 'menikahinya'.

Semua kenangan itu begitu jelas untuk disebut mimpi semata. Namun, di saat yang bersamaan ia seperti terbangun dari mimpi yang panjang dan mendebarkan. Jadi, kehidupan mana yang benar?

Cattleya. Bayang wajah cantik wanita itu melintas di benak Izekh. Jauh sebelum Cattleya menjadi calon permaisuri Esperanto, Izekh telah mengenalnya. Wanita bangsawan dari keluarga dengan status luar biasa itu bersedia menjadi relawan di medan perang. Izekh bertemu dan menumbuhkan kasih sayang padanya. Dalam perjalanan yang panjang, mengikutinya dalam peperangan yang melelahkan. Terus di sisinya.

Sampai wanita itu tiba-tiba menghilang dan membuat Izekh tertekan. Namun, selang beberapa bulan saja Cattleya kembali ke hidupnya sebagai calon permaisuri Esperanto. Kekasih sahabatnya sendiri, Giuseppe.

Mungkin itu adrenalin yang menantang. Atau bisa saja lonjakan emosi yang muncul di bawah situasi tertekan. Izekh tidak akan pernah melakukan tindakan bodoh seperti memanjat dinding lantai tiga dan mengetuk pintu balkon Cattleya di malam hari, membawakan seikat bunga krisan jingga yang menandakan cinta dalam diam.

Pada akhirnya Izekh tahu semua itu salah. Namun, saat ini ia tidak kembali ke masa dimana tidak ada hubungan apapun dengan Cattleya. Ia sudah terlanjur terikat padanya, jalan keluar dengan memutus hubungan sepihak hanya akan berakhir menyakiti hati kekasihnya.

Ketika sibuk menghela napas dan menutup mata, ketukan lembut terdengar. Matahari belum terbit, siapa yang mengunjunginya?

Izekh tidak banyak berpikir dan membuka pintu, hanya saja ia kemudian hampir menjepit lengan kurus Cattleya saat ingin menutup kembali pintu kamarnya.

Cattleya menyergah panik, "Izekh! Tunggus sebentar!"

Tatapan Izekh terlempar ke samping, ia tidak mau melihat Cattleya yang berdiri di depannya.

"Kembali lah. Pertemuan ini akan menimbulkan masalah besar jika diketahui seseorang." Balasnya.

"Izekh, ada apa dengan mu? Mengapa kamu tiba-tiba pergi?"

"Cattleya, jangan sekarang."

"Izekh!"

Seruan itu membuat jantung Izekh berdebar, ia menarik Cattleya ke dalam kamar dan menutup pintu. Mencengkram bahu sempit sang kekasih, Izekh berbicara dengan nada tegas, "Tidak ada yang boleh tahu kedatangan mu, Cattleya. Jangan membuat keributan."

Cattleya berkedip tidak percaya, "Izekh? Apa aku bersalah? Apa aku membuat kesalahan?"

Dihadapkan wajah Cattleya yang ketakutan, perlahan cengkraman Izekh melemah. Ia menepuk pucuk kepala Cattleya lembut, "Tidak. Itu adalah aku yang bersalah. Aku yang bersalah padamu, Cattleya. Oleh karena itu, aku akan segera memperbaikinya."

"Katakan, Izekh ... Giuseppe sungguh tahu tentang kita?"

"Tidak. Belum."

Cattleya mengeryit Tidka mengerti, "Lantas apa yang ingin kamu lakukan?"

Izekh, "Seharusnya sejak awal aku tidak datang ke kamarmu. Mengetuk pintu mu dan memberikan rangkaian bunga itu. Sejak awal, seharusnya aku tidak menjanjikan mimpi yang tak bisa menjadi kenyataan ini."

"Izekh, aku tidak mengerti. Kalau sejak awal kamu salah karena datang padaku, aku juga salah karena membukakan pintu itu. Namun, kita berjanji untuk berjuang bersama! Tidak apa-apa jika aku harus menanggung aib dan cemoohan, selama bersamamu...."

Tidak kuasa mendengarkan lebih jauh, Izekh mengguncang tubuh Cattleya dengan kuat. Matanya memberikan kesungguhan dan tekad, "Aku adalah tangan kanan kaisar. Aku bahkan sahabat karib yang tumbuh besar bersamanya. Cattleya ... Giuseppe sungguh memberikan kasih sayangnya padamu, aku percaya padanya. Bersama Giuseppe sama artinya dengan bersama ku selama sisa hidupmu."

"Izekh!"

"Cukup, Cattleya! Mari kita berhenti di sini."

Sentakan itu sepertinya sangat mengejutkan Cattleya, ia sampai tidak bisa bergerak untuk sesaat.

Membuka pintu, Izekh menuntun Cattleya untuk keluar dari kamarnya, "Aku akan mengantarmu kembali." Setelah itu, ia mundur dua langkah, memberikan jarak antara dirinya dan Cattleya sepanjang jalan kembali ke istana barat.

Saat Izekh berbalik untuk meninggalkan kediaman Cattleya, indranya menangkap pergerakan seseorang di balik kegelapan. Matanya memicing waspada, namun tidak ada siapapun yang ia temukan. Izekh menghela napas pendek sambil menatap langit gelap di atas sana, baiklah ... entah mimpi atau bukan, ia percaya semua kejadian di masa depan yang ia ingat sekarang bisa jadi benar adanya.

Pada akhir tahun, empat bulan lagi, Esperanto kehilangan lima belas kota dalam waktu dua bulan. Kesalahan ini dilimpahkan padanya oleh Giuseppe. Sesuatu atau seseorang telah menjebaknya, menjadikan skandal pernikahannya dengan Cattleya sebagai pemicu meledaknya amarah Giuseppe.

Kali ini akan berbeda. "Aku tidak akan melakukan kesalahan itu lagi, tidak akan ada celah untuk menghancurkan kehidupan ku, Cattleya, maupun kepercayaan Giuseppe."

Once Upon a DecemberWhere stories live. Discover now