"gua gabisa bil, gua gak betah ke tempat begituan"
"sekali ini aja kali al, lo kan menang banyak hari ini"
"emangnya sekarang jam berapa?"
"baru jam 10"
"eh jam 10?"
Delia mengecek hpnya dan melihat ada banyak sekali panggilan masuk, 13 panggilan dari kakaknya, 12 dari Lauren, 1 dari Raka, 9 dari Deno, 8 dari Bara, dan 9 dari Ucup.
"bil gua gak bisa sorry ya, uangnya lo pegang aja dulu nih tapi jangan diabisin ambil aja tiga juta buat komisi lo yak"ucap Delia seraya memberikan uang yang didapatkan dari hasil pertandingan tadi kepada billy
"loh kok?"
"udah lo pesta aja sana di tempat ajep ajep itu, dan jangan lupa tetep urusin si catastrophe baek-baek"
Delia pun langsung ngacir keluar dari kafe itu, billy hanya bengong melihat tingkah Delia sering gak jelas dan slengean.
Delia berjalan di tengah dinginnya malam, sambil sesekali menengok ke belakang jalan untuk melihat adakah taksi yang lewat, dia juga tengah memikirkan alasan yang tepat untuk dijelaskan ke kakaknya dan juga sahabat-sahabatnya. Sudah beberapa menit Delia berjalan tapi tidak ada satu pun taksi yang lewat, Delia tiba-tiba kaget begitu ada klakson motor yang menggema di telinganya.
"ah berisik banget sih, gatau orang lagi kesusahan tah!"rutuk Delia dalam hatinya
Delia sebenarnya ingin sekali menengok kebelakang dan memaki-maki orang yang membuatnya kaget tersebut tapi dia lebih memilih melanjutkan jalannya dan tidak memperdulikan orang itu, tapi ternyata lagi-lagi orang itu membunyikan klaksonnya, Delia yang kesal pun siap meluncurkan kata-kata makiannya
"WOI INI JALAN LEBAR KALI! LO KIRA INI JALAN NENEK MOYANG LO?! HAH!!!"
Delia kemudian membulatkan matanya begitu menyadari bahwa dia mengenali motor seseorang yang sedang dimaki olehnya saat ini
"kok gua kek kenal ini motor yak"ucap Delia dalam hatinya
orang itu membuka helmnya, dan terlihatlah rambut panjang yang sedikit berantakan yang memberi kesan garang namun tetap cool dan sexy, untuk kesekian kalinya Delia kembali tersentak, seorang itu adalah lelaki yang sudah tak asing bagi Delia walau mungkin Delia baru mengenalnya, lelaki itu mengenakan baju kaos putih polos yang membuatnya terlihat sederhana namun sangat cocok untuknya, kilatan mata hijaunya membuat Delia membeku.
"woi pirang!"
Delia tersentak, dia menggeleng gelengkan kepalanya lalu mengucek-ngucek matanya berulang-ulang
"kenapa sih?" ujar lelaki itu sembari menaikkan sebelah alisnya
"hah apa? eh emm itu....gu..gu..gua kira lo hantu"ujar Delia gelagapan
"hantu? ada ya hantu sekeren gua?"
"diem lo keriting!"
Julian hanya tertawa melihat wajah Delia yang galak dan jutek
"kok lo bisa ada disini sih? Lo pasti ngikutin gua kan? Dasar penguntit!"ujar Delia menuduh
"ck geer banget lo"
"ya terus kenapa lo bisa ada disini?"
"ini jalan umum kali, jadi ya terserah gua dong"
"ya tapi....ah yaudah deh basing lo!"
Delia tadinya berniat untuk kembali melanjutkan perjalanannya tapi melihat taksi yang sedari tadi ditunggu olehnya tak kunjung lewat, membuat Delia menyadari bahwa Julian merupakan harapannya saat ini untuk mengantarkannya pulang, tapi Delia juga ragu, gengsi membuatnya malu untuk meminta tolong kepada Julian
"woi pirang! Lo kenapa bengong mulu sih?"
"eh itu gua...emm gua mau pulang lah, gak ada waktu gua ngurusin orang kek lo"
Ujar Delia yang langsung berlalu meninggalkan Julian, tapi ternyata Julian tetap pada posisinya dan tidak beranjak pergi. Delia yang sudah berjalan sekitar lima langkah pun menghentikan langkahnya dan menengok kebelakang, Julian pun masih menampakkan dirinya dengan wajahnya yang datar.
"balik lagi gak ya"gumam Delia
Delia pun memutuskan untuk kembali lagi menemui Julian
"keriting"panggil Delia
"apa?"balas Julian
"pulang sono"
"kalo gua masih mau disini?"
"udah malem gini, dingin pula lagian kan besok sekolah"
Delia merutuki dirinya begitu tersadar bahwa dia memerhatikan kondisi Julian sekarang
Julian menaikkan sebelah alisnya bingung dengan sikap Delia
"eh lupain deh, udah ya gua pulang" ucap Delia
Baru saja Delia ingin melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang menahan lengannya, Delia pun menengok dan mendapati tangan Julian yang sedang memegang lengan Delia
"apa?"tanya Delia
"lo mau pulang sama siapa? Rumah lo masih jauh, lagian gak ada taksi yang lewat kan?"
"ya palingan juga nanti lewat, yaudah ya gua duluan"
Tapi tetap saja Julian masih mengaitkan tangannya di lengan Delia, Delia pun melirik tangan Julian yang berada di lengannya seolah memberi tanda bahwa Julian harus melepaskan tangannya
"gua anterin pulang" ucap Julian
"se..riusss?"tanya Delia
"mau gak?"
Delia pun menganggukan kepalanya dan langsung duduk dibelakang Julian
-----
Dalam beberapa menit pun mereka akhirnya sampai di depan rumah Delia, Delia pun kemudian langsung turun dari motornya Julian, malam ini benar-benar terasa dingin, Delia yang sudah memakai jaket pun bisa merasakan dinginnya terpaan angin malam ini. Delia tiba-tiba merasa kasihan melihat Julian yang hanya mengenakan kaos yang polos.
"pirang gua langsung pulang aja ya"ujar Julian
"eh tunggu"
Delia tiba-tiba melepaskan jaket yang dikenakannya, Julian yang melihat Delia yang hanya mengenakan tank top hitam yang menggoda pun membulatkan matanya, dia kemudian menelan ludahnya, dan langsung pura pura melihat kearah yang lain. (pic on side)
"eh eh lo mau ngapain sih? Cepet pake jaket lo, gak malu apa lo" ujar Julian salah tingkah
"ah lebay lo"
Delia tidak menyadari bahwa tatapan Julian saat ini mulai liar terhadapnya
"nih" ucap Delia seraya menyerahkan jaketnya kepada Julian
"hah? Buat apa?"tanya Julian
"keknya sih kekecilan tapi cukup cukupin ajalah"
"maksud lo?" Julian masih tidak mengerti
"bego banget sih lo, ya lo pake aja dulu nih jaket gua, masalahnya ni malem dingin banget"
"gak salah lo?"tanya Julian lagi
"eh tapi lo jangan geer dulu ya, anggep aja ini ucapan makasih karna lo udah nganterin gua pulang" ujar Delia
"eh iyaa" ucap Julian yang masih tak fokus
Julian pun memakai jaket kepunyaan Delia, walau sebenarnya jaket itu kekecilan di tubuhnya, tapi karena Delia memaksa agar jaket itu cukup akhirnya jaket itu bisa dipakai oleh Julian. Julian langsung memakai helm, dia tidak mengucapkan kata apapun dia hanya mengklakson motornya dan langsung melenggang pergi.
Delia kemudian mengendap endap untuk masuk ke rumahnya, dia membuka gagang pintu dengan pelan, dia bersyukur karena keadaan ruang tamu sudah gelap yang berarti kakaknya sudah tertidur, dia pun melangkahkan kakinya pelan, baru beberapa langkah tiba-tiba saja lampu ruang tamu hidup, betapa terkejutnya Delia begitu melihat kakaknya dan juga sahabat-sahabatnya berdiri di hadapannya sekarang dengan tatapan mengintimidasi
"mati gue"gumam Delia
YOU ARE READING
SIMPLE NAME (Haylor)
Fanfictionyang aku tahu hanyalah sebuah nama sederhana yang membuat segalanya berubah SIMPLE NAME copyright, 2015
Part 8 - He Again
Start from the beginning
