Niki berdiri di depan loker ruang ganti tempat kerjanya, matanya tertuju pada botol obat kecil yang tergeletak di dalam. Di samping botol itu, ada secarik kertas dengan nomor telepon tertulis di atasnya.
Semalam, Niki tak sengaja bertemu seorang pria di gang masuk asramanya. Pria itu menawarkan obat yang katanya mampu meningkatkan nafsu makan juga bisa menghilangkan depresi. Awalnya, Niki menolak karena enggan mengeluarkan uang hanya untuk obat bodoh. Tapi pria itu justru bersikeras dan menawarkan sampel gratis. Ia bahkan meninggalkan nomor teleponnya di selembar kertas, seolah yakin bahwa Niki akan kembali menghubunginya.
Cerita Ruri tentang obat misterius itu terngiang di kepala Niki. Semua ciri-ciri yang disebutkan Ruri—obat yang meningkatkan nafsu makan hingga efek samping mengerikan—terasa terlalu mirip dengan apa yang ada di hadapannya. Niki bersyukur belum menyentuh obat itu sama sekali.
Pandangan Niki beralih dari botol kecil itu ke kertas yang tergeletak di sampingnya. Perlahan, ia mengambil kertas itu dan mendial nomor yang tertera. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya panggilan terhubung.
"Teka Farmasi di sini, ada yang bisa dibantu?" suara seorang wanita terdengar di seberang telepon.
Niki mengernyit. Ia melihat layar ponselnya untuk memastikan nomor yang ia hubungi sudah benar. Tak ada kesalahan.
"Ah, kemarin saya bertemu seseorang di gang. Dia memberikan saya obat ini. Apakah—"
"Maaf, siapa ini?" potong suara itu dengan nada datar.
Niki menghela napas, merasa percakapannya tidak akan membawa kejelasan. Tanpa menunggu lebih lama, ia menutup panggilan itu.
"Aneh," gumamnya pelan.
"NIKI!"
Suara panggilan dari luar membuat Niki buru-buru menutup pintu lokernya. Ia cepat-cepat mengenakan rompi kerjanya dan keluar dari ruang ganti.
"Iya, sajang-nim," sahutnya sambil menghampiri pemilik minimarket.
"Mulai hari ini, dia akan temani kamu shift. Karyawan yang kemarin sudah saya pecat," ucap pemilik minimarket, memperkenalkan seseorang di sampingnya.
Niki mengingat bahwa karyawan sebelumnya memang terlibat masalah pencurian uang dari kasir. Tidak heran jika ia segera digantikan.
"Baik, sajang-nim," jawab Niki.
Pemilik minimarket itu pergi, meninggalkan Niki dan karyawan baru untuk saling berkenalan.
"Yang Jungwon," ucap pria itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Nishimura Riki. Panggil saja Niki," balas Niki sambil menjabat tangannya.
"Oh, Jepang?" tanya Jungwon dengan nada penasaran.
Niki mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Kuliah di Korea?"
"Ya," jawab Niki singkat.
"Jurusan apa?"
"Sastra Korea," balas Niki sambil menatap Jungwon yang mengangguk paham.
"Bahasa Korea kamu bagus," puji Jungwon, membuat Niki tersenyum kecil.
"Terima kasih."
"Aku udah sering kerja di minimarket. Setiap pindah kerja, entah kenapa selalu balik ke tempat kayak gini lagi," kata Jungwon sambil mulai mengatur roti di rak.
Niki, yang merasa tak enak hanya berdiri, ikut membantu. "Kenapa gak coba cari kerja di tempat lain? Maksudku, selain minimarket."
Jungwon tertawa kecil, tapi terdengar sedikit getir. "Pengalamanku cuma di sini."
YOU ARE READING
Run And Hide
ActionDi jantung kota Seoul yang megah, sebuah obat ilegal mulai menyebar secara diam-diam. Awalnya ditawarkan sebagai sampel gratis dengan janji efek samping yang menakjubkan, obat itu perlahan membuat penggunanya kecanduan. Namun, di balik manfaat semen...
