Navya mengangguk kecil. "Jadi nginap?" tanyanya lagi.

"Gak tau deh, nanti kamu tanyain aja sendiri."

Navya menatap pria yang tengah memijit kakinya yang tampang membengkak itu dengan penuh cinta. Pria ini adalah pria yang tidak pernah Navya sangka akan menjadi suaminya, imamnya dan ayah dari anaknya. Tidak ada lagi tatapan tajam terarah padanya. Yang ada hanya tatapan penuh cinta, tatapan memuja dan tulus. Tidak ada lagi nada sinis dan sumbang, yang ada hanya nada lembut dan penuh pengertian.

"Mau nyemil sesuatu gak, Sayang? Atau mau istirahat?" Suara Daffi membuyarkan lamunan Navya.

"Mau tidur sambil diusap-usap perutnya," jawab Navya jujur. Mendengar itu Daffi menyunggingkan senyum lebarnya. Manjanya Navya ini adalah momen yang sangat ia tunggu, sebab sebelum hamil perempuan itu jarang sekali menunjukkan sifat manja seperti ini.

"Ayo, baring dulu, biar Mas usap-usapin perutnya."

Daffi membantu Navya membaringkan tubuhnya dengan keadaan miring menghadapnya. Tak menunggu lama hingga tangan besar dan hangatnya mengusap perut besar istrinya yang tertutup daster. "Anak Ayah apa kabar di sana? Sebentar lagi kita ketemu, Nak. Ayah gak sabar mau ketemu anak Ayah, kamu juga kan?" tanya Daffi pelan mengajak anaknya di dalam perut berbicara.

"Iya, Ayah, aku juga gak sabar ketemu Ayah sama Ibu." Suara itu adalah suara Navya yang menirukan nada anak kecil. "Ayah tunggu aku, ya, sebentar lagi kita akan ketemu."

Daffi tersenyum lebar lalu mencium perut Navya dengan gemas. "Iya, Nak, Ayah pasti tunggu kamu." Kemudian ia mengecup seluruh wajah Navya tanpa luput satu bagian pun membuat sang empu tertawa renyah.

"Mas udah siapin nama?" tanya Navya setelah tawanya reda.

Daffi mengangguk mantap. "Udah," jawabnya.

"Siapa?"

Mendengar itu Daffi tersenyum penuh arti. "Nanti aja kalo dedeknya udah lahir, biar jadi surprise."

Navya ikut tersenyum. "Mas nyiapin namanya dua kan?" tanyanya memastikan.

"Iya, Sayang. Mas nyiapin namanya dua, buat jaga-jaga."

"Vya deg-degan Mas, kira-kira anak pertama kita laki-laki apa perempuan ya," ucapnya dengan tatapan menerawang.

Baik Navya maupun Daffi sepakat untuk tidak mengetahui jenis kelamin anak pertama mereka sebelum lahir. Bagi keduanya, laki-laki ataupun perempuan sama saja. Yang terpenting sehat perkembangannya di dalam perut.

"Mas juga, Sayang. Tapi apapun jenis kelaminnya yang dia sehat dan tumbuh jadi anak yang baik." Navya mengangguk setuju. "Kalo dia perempuan, pasti secantik ibunya dan kalo laki-laki pasti seganteng ayahnya," celetuk Daffi yang mengundang kekehan geli Navya.

Navya menguap. "Mas, Vya ngantuk. Vya boleh tidur dulu sampe bunda dateng?" tanyanya pelan.

"Boleh, Sayang. Yaudah matanya ditutup aja. Nanti Mas bangunin kalo bunda udah nyampe."

"Mas gak ngantuk?"

"Belum." Daffi mengusap pipi tembem Navya lembut lalu kembali mengusap perutnya. "Merem aja, Na, Mas temenin sampe bunda dateng."

Mendengar itu Navya menutup matanya dan tak lama berselang perempuan itu sudah berada di alam mimpi. Daffi menatap dalam wajah damai sang istri di depannya tanpa berkedip. Ia merasa jatuh cinta lagi melihat wajah polos ini. Entah untuk yang keberapa kali.

"Na, Mas gak akan pernah bosen bilang i love you. I love you more than anything, sayang. Tetep di samping Mas, ya, temani Mas ngadepin dunia. Temenin Mas berproses dan berprogres. Mas mau selamanya sama kamu, sampai rambut kita memutih, sampai jantung kita gak lagi berdetak dan sampai di surga nanti. Mas sayang kamu, Na. Sayang banget."

Dan Daffi juga tahu Navya juga memiliki perasaan yang sama besarnya dengan dirinya.

Cinta mereka setara.

Dan mereka tahu itu.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Balik lagi nih, bawa yang manis-manis yang bikin gemess, hehe

Yang minta ekstra part, sabar ye sengku... Ngumpulin niat buat nulis tuh lamaaaaaaaaaa banget, kalo dipaksain ntar gak dapet feelnya.

Tapi aku janji akan ada extra partnya.

Kuncinya apaa? Sabar

Tapi komentar sama votenya jangan pelit-pelit juga dong..

Dah, segitu dulu, byee....

Terima kasih

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm With You || EndWhere stories live. Discover now