EPILOG

43.3K 1.2K 66
                                        

"Na, kamu di mana? Sayang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Na, kamu di mana? Sayang?"

"Di kamar mandi, Mas."

Setelah mengatakan kalimat tersebut Navya mendengar derap langkah mendekat. Kemudian pintu diketuk pelan dari luar. "Masih lama, Na?" Disusul suara bariton Daffi terdengar.

"Sebentar lagi, Mas. Tunggu, ya." Navya menyahut dari dalam lalu bergegas menyelesaikan ritual mandinya.

"Oke."

Beberapa saat setelah itu pintu kamar mandi terbuka menampilkan seorang perempuan dengan perut yang membesar berjalan pelan menghampiri suaminya yang duduk di tepi ranjang.

Daffi mengulurkan tangannya yang disambut oleh Navya kemudian membantu istrinya itu untuk duduk di sampingnya. Melihat perut Navya yang sudah sebesar ini dan tinggal menghitung hari akan melahirkan anak pertama mereka membuat Daffi yak mampu menyembunyikan senyum harunya.

Sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Sebentar lagi ia akan menjadi cinta pertama seorang anak perempuan. Daffi sungguh tidak sabar menantikan momen-momen yang sebelumnya hanya terbayang di kepala.

Penantian yang sebentar lagi akan terbayar.

Kandungan Navya sudah berjalan hampir sembilan bulan dan menurut perkiraan dokter sekitar satu minggu lagi sudah bisa menjalani proses lahiran. Selama Navya hamil, tidak sedikitpun Daffi meninggalkan istrinya itu apalagi saat hamil seperti sekarang. Daffi lebih sering bekerja di rumah dan meminta Alex menghandle pekerjaan di kantor.

Navya juga tidak mengalami perubahan sifat yang signifikan. Istrinya itu hanya sedikit lebih manja dari sebelumnya. Tidak mau jauh-jauh dari Daffi.

"Kenapa Mas ngeliatin Vya kayak gitu?" Suara Navya membuyarkan lamunan Daffi.

Calon ayah itu pun tersenyum. "Kamu cantik banget, Na," pujinya dengan tatapan memuja yang langsung membuat wajah Navya merona. "Kok bisa sih makin hari istri Mas ini makin cantik. Apa sih tipsnya, hm?"

Navya memukul pelan bahu suaminya yang memang sengaja menggoda dirinya. "Apaan sih, Mas." Ia menunduk malu.

Lepas sudah tawa renyah Daffi. Ia mengusap pipi Navya yang masih merona kemudian mengecup singkat bagian favoritnya selama istrinya itu hamil. "Di depan ada Adnan, dia bawain crepes pesenan kamu," kata Daffi menyudahi aksi jahilnya.

Mendengar ucapan suaminya tatapan Navya langsung berbinar. "Beneran, Mas?" Daffi mengangguk seraya tersenyum geli.

Daffi bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Navya dan membantu istrinya itu berdiri dan menemui Adnan.

"Mas Adnan!" seru Navya begitu melihat kakaknya duduk di sofa ruang tamu. Karena sadar dirinya membawa manusia di dalam perut, Navya tidak berlari meski ingin.

Ia teramat senang karena Adnan membawakan pesanannya sejak kemarin. Singkat cerita, kemarin saat Navya bertelepon dengan Adnan, ia tiba-tiba berkeinginan memakan crepes. Dan Adnan berjanji akan membawakan makanan tersebut untuk Navya ketika dia akan berkunjung ke rumah adiknya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm With You || EndWhere stories live. Discover now