Langit senja menghamparkan semburat jingga keemasan di atas garis pantai, sementara debur ombak bergulung lembut ke tepi, mengiringi keheningan di antara mereka. Di sana, Raka berdiri dengan pandangan menerawang jauh ke horizon, sementara Niskala duduk di pasir, menggenggam segenggam kerikil kecil yang ia lemparkan satu per satu ke arah ombak.
"Hidup ini aneh, ya," suara Raka memecah keheningan. Matanya masih terpaku pada laut yang berkilau di bawah sinar senja. "Bagaimana jika akhirnya seseorang memilih untuk tidak memilih siapapun, lalu memutuskan untuk tidak dengan siapapun?"
Niskala menoleh, menatap punggung Raka yang kokoh namun terasa rapuh dari sudut pandangnya. Ia mendengar nada getir dalam suara itu, sebuah bayangan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Perlahan, ia berdiri, membiarkan pasir lembut menggelitik kakinya yang telanjang, lalu berjalan mendekati Raka.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Niskala bertanya pelan, berdiri di sampingnya.
Raka menghela napas, pandangannya tak bergeming dari horizon. "Mungkin... karena takut. Takut salah, takut menyakiti, atau lebih buruk lagi... takut disakiti."
Niskala terdiam sejenak. Ia tahu ada beban di balik kata-kata itu. Tanpa berpaling, ia menatap laut yang sama dengan Raka, membiarkan angin pantai menerpa wajahnya.
"Jatuh cinta itu bukan alasan, Raka," ujarnya akhirnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Ia melirik Raka yang kini menoleh padanya, seolah mencari jawaban di matanya. "Tapi cinta itu keyakinan. Kalau kamu yakin, kamu akan tahu, dan saat itu... takutmu akan kalah."
Kata-kata Niskala menggantung di udara, menyatu dengan harmoni suara ombak dan desir angin. Raka menatapnya lebih lama, mencoba memahami makna di balik ucapan itu.
"Keyakinan, ya?" gumam Raka akhirnya, dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.
Niskala mengangguk, lalu berbalik, membiarkan rambutnya yang tergerai diterpa angin senja. "Kalau kamu nggak yakin, kamu cuma akan terus berdiri di sini. Tapi kalau kamu yakin, kamu pasti tahu ke mana harus melangkah."
YOU ARE READING
GISTARA (TERBIT)
Teen FictionAgasthya Raka Dewantara selalu hidup di bawah bayang-bayang sempurna kakaknya yang telah tiada. Tak ada hari yang berlalu tanpa perbandingan menyakitkan dari keluarganya, membuat kasih sayang sang ibu terasa seperti jarak yang mustahil untuk dijangk...
