"Mencari ini, Your Majesty?"
Chenle menurunkan pistolnya begitu memastikan yang datang adalah Jisung. Laki-laki itu menyakui kembali pistolnya sembari berjalan cepat mendekati Jisung, merebut lipatan kertas di tangan sang submisif.
"Haha! Anda pikir itu dokumen asli?" Jisung tertawa sinis.
Laki-laki berkulit pucat itu meremas kertas di genggamannya kuat-kuat. "Sebenarnya apa rencanamu?!" bentaknya kasar.
"Lucu bahwa pada akhirnya Your Majesty yang kini merangkak ke arahku lebih dulu." Jisung menatap Chenle tajam. "Apakah dunia sudah berbalik?" Laki-laki itu terkekeh.
"Jangan basa-basi, Prince Jisung—"
"Rencanaku?" sela Jisung, mengusap dagunya sejenak. "Menguasai Richhusen...?" Ia mengangkat kedua alisnya, lalu tersenyum manis. Lantas tawa kecil Jisung kembali terbit melihat wajah kebingungan Chenle. Rupanya hal inilah yang pernah dirasakan Chenle sewaktu Jisung masih tak mengetahui apapun.
"Kamu tidak berniat membunuhku?" tanya Chenle memastikan.
"Why should I, Your Majesty?" Jisung meraih tangan kanan Chenle, membuka genggaman laki-laki itu secara paksa, lalu memperlihatkan salinan dokumen kontrak para menteri yang sudah tak berbentuk. "Selama aku memiliki ini di tanganku, para menteri, maupun Anda, ada di bawah kakiku, bukan?"
Menatap laki-laki di depannya dengan pandangan tidak percaya, Chenle melepaskan tautan tangan mereka. Lalu laki-laki itu bertanya kepada dirinya sendiri, benarkah ia mencintai seseorang seburuk Jisung?
Sungguh suatu tindakan polos ketika Chenle kira Jisung berbeda.
"Prime Minister tahu bahwa aku memegang dokumen mereka yang hilang," tutur Jisung melanjutkan. "Mereka bilang mereka memang telah mendesak Jaehyun untuk memberikan dokumen ini dengan berbagai penawaran, juga sedikit mengancam agar dokumen ini tidak dibedah dan diusut demi kepentingan negara. Kita tahu betapa ratusan ribu keluarga bergantung pada menteri-menteri kita, Anda tidak memikirkan itu ketika ingin mengusut dokumen ini?"
Chenle terdiam, menatap Jisung tajam, seolah ingin menebas kepala Jisung saat itu juga.
"Memang, tidak semua orang bisa memegang kekuatan sebesar itu. Jadi, keputusan Jaehyun untuk bunuh diri—"
"Jaehyun tidak bunuh diri!" tukas Chenle cepat. Laki-laki itu mendesak Jisung hingga punggung suami manisnya menabrak dinding. "Kamu bebas mengatakan hal apapun tentangku, tapi tidak dengan Jaehyun dan Julia. You don't even know anything about them."
Tersentak, Jisung tiba-tiba merasa kecil saat Chenle memenjarakan dirinya di antara dua tangan laki-laki dominan itu. "Jaehyun killed himself, that's the truth," ucapnya lagi, lalu mencoba mendorong dada suaminya.
Meraih tangan Jisung di dadanya, Chenle menahan kedua lengan si submisif di tembok. "Silence," balas Chenle penuh penekanan. Tatapannya semakin gelap tiap detiknya. Atmosfir terasa memberat.
Tak ingin kalah, Jisung mencoba menarik tangannya. Hanya saja posisinya kurang menguntungkan, apalagi saat tatapan Chenle seolah melubangi kepalanya, dia merasa sangat kecil. "Lepaskan saya!" erangnya saat merasakan tekanan Chenle di tangannya semakin menyakitkan.
"Katakan. Apa rencanamu dengan dokumen itu?!" desak Chenle kesal. Dia ingin tahu hal apa yang ada di kepala bulat Jisung. Itu adalah dokumen yang memiliki kekuatan besar, Jisung benar. Dan Chenle tidak ingin Jisung memegangnya. Jauh, jatuh, dalam satu titik hati terdalamnya, Chenle tidak ingin lelaki di depannya bertindak bodoh. "Kamu pikir nasibmu akan berbeda dengan Jaehyun? Mereka bisa membunuhmu kapan saja, Prince Jisung."
YOU ARE READING
Adipati, Chenji
FanfictionJisung dibentuk dan dibesarkan untuk jadi pendamping Raja, menjadi pasangan dari orang terpenting di sepenjuru Negara. Namun, tepat sehari sebelum pernikahannya, Putra Mahkota malah memilih membunuh dirinya sendiri. Seolah fakta itu tidak cukup spe...
