Kereta Bawah Tanah

489 34 0
                                    

Laki-laki itu terlihat sangat lucu. Lucu sekali. Mengepalkan kedua tangannya lalu menggerakannya seakan-akan dia sedang memainkan drum. Aku ingin sekali mendengarkan lagu yang didengarnya. Tampaknya dia sangat menyukai lagu itu. Mukanya yang terlihat serius dan mulutnya yang mengikuti lirik lagu membuatku menebak-nebak lagu apa yang didengarnya. Pasti musik rock. Ya, rock. Laki-laki menyukainya. Dari permainan drum tangannya yang rumit, sepertinya yang didengarnya memang musik rock. Ya Tuhan, dia sangat tampan. Topi hitam yang dia pakai ke arah belakang cocok dengan celana jeans hitamnya. Baju abu-abunya yang tampak basah karena keringat membuatnya terlihat lebih menarik. Jaket biru tua yang dia kenakan serta headset putih yang serasi dengan sepatunya benar-benar menunjukkan gaya anak remaja. Aku menyukai gayanya. Dia sempurna.

Kereta berhenti untuk pemberhentian di Stasiun Protero Hill. Aku harap dia tidak turun disini. Kemudian orang-orang berdiri untuk keluar. Mereka mulai menutupi pandanganku ke arahnya. Aku tidak dapat melihatnya. Terlalu banyak orang yang keluar dan masuk. Dimana dia? Ya Tuhan, orang-orang ini berjalan sangat lambat. Andai saja aku mempunyai tiupan ajaib agar aku dapat meniup orang-orang ini terlempar keluar dan dapat melihat laki-laki itu. Oh ya ampun, aku sudah gila. Aku mengetuk kepalaku. Tiupan ajaib? Di karakter super hero saja tidak ada yang mempunyai kekuatan seperti itu atau mungkin ada ah aku tidak peduli.

Setelah semua penumpang naik, aku baru dapat melihatnya. Kini penumpang kereta tidak sebanyak tadi dan dia masih disana. Laki-laki itu. Tertidur. Lucu sekali.

Tempat dudukku tidak begitu jauh dari tempat duduknya. Dia berada di barisan tempat duduk di seberangku. Tetapi dia tidak persis berada di depanku. Terdapat pintu kereta yang memisahkan bagian tempat duduk kami. Tunggu dulu, disampingnya sudah tidak ada orang! haruskah aku duduk disampingnya? Tetapi bagaimana kalau dia bangun? Bagaimana kalau dia terkejut dengan wanita yang duduk disampingnya mirip dengan wanita di film Penelope itu? Oke, aku memang berlebihan. Hidungku tidak seperti Penelope. Hidungku, ya, cukup bagus.

Haruskah aku pura-pura tertidur di pundaknya? Saat dia terbangun nanti, dia akan terkejut melihat wanita cantik tertidur dipundaknya dan tidak tega membangunkanku lalu menggendongku dengan tangannya yang berotot pulang ke kastil berlian seperti di kartun Barbie. Oh ya Tuhan, aku terlalu banyak menonton film.

Oke ini saatnya! Aku membulatkan tekatku untuk duduk disebelahnya. Setidaknya aku bisa melihatnya lebih dekat. Aku melihat ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa keadaan. Tampaknya orang-orang sedang sibuk dengan koran dan telepon genggam mereka. Kesempatan yang baik untuk berdiri dan berjalan ke arahnya.

Aku pun berdiri melangkahkan kaki ke arahnya. Satu langkah. Dua langkah. Oh ya Tuhan, aku berjalan sangat lambat. Ya, aku menyadarinya. Ini karena aku sangat gugup. Ya ampun, memangnya siapa dia? Seperti baru pertama kali berhadapan dengan laki-laki saja aku ini. Baiklah, sekarang fokus saja berjalan. Dia tampak tertidur pulas sekali. Terlihat sangat tampan. Aku tidak sadar dengan senyum yang teringai diwajahku selagi melihat ke arahnya.

Belum sampai ke tempat duduk disebelahnya, dia membuka matanya dan melihat ke arahku. Aku terkejut. Senyumku hilang perlahan. Langkahku terhenti. Aku berada di tengah gerbong kereta, berdiri sendiri. Ya Tuhan, apa dia melihatku tersenyum kepadanya seperti orang gila?

Dia mengerutkan alisnya. Tidak mengalihkan pandangannya dariku. Begitupun denganku. Ini situasi yang sangat memalukan. Aku harus bagaimana. Aku hanya terdiam berdiri sejauh 3 langkah darinya. Itu tidaklah jauh. Ayo gunakan otakmu ini! Apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar terpaku.

Tiba-tiba kereta berbelok dan mengakibatkan guncangan kecil. Aku yang tak bertumpu pada apapun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Aku terjatuh. Oh, ya Tuhan! Aku terjatuh! Lengan kananku terasa sakit sekali.

Tapi tunggu dulu. Aku membuka mataku perlahan dan melihat bahwa laki-laki itu tengah melihatku. Dia tepat berada didepanku. Lebih tepatnya kakinya berada tepat didepanku. Dia tidak beranjak dari kursinya. Aku melihat ke sekitarku, dan ya, bukan hanya dia yang melihat kejadian ini. Semua orang pun demikian. Aku tidak mungkin bisa lebih malu dari ini. Aku kembali mengalihkan pandanganku kepadanya dan tersenyum kikuk. Ya ampun, bunuh saja aku. Dia tetap diam, tanpa ekspresi. Melihat ke arahku. Matanya indah sekali.

Pengumuman pemberhentian selanjutnya terdengar. Laki-laki itu mengadah ke atas, mendengarkan pengumuman tersebut. Mengalihkan pandangannya dariku. Lalu tanpa sepatah katapun, dia berdiri, memakai tas ranselnya dan beranjak ke depan pintu gerbong kereta. Aku rasa ini pemberhentiannya. Aku masih terbaring di lantai kereta. Ya, dia beranjak begitu saja. Tidak bisakah setidaknya dia membantuku berdiri? Aku tepat berada di depannya! Atau siapapun! Ada apa dengan orang-orang ini?

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang