Aku hanya dapat diam. Sapa juga yang cemburu? Enak aja kalau ngomong "Gimana kalau kita ajak juga Ziko ntar sore ke acara Rika? Kamu mau, Zi?" Sasi menoleh ke arahku lalu menoleh ke arah Ziko tampak banget SKSD tuh cewek .

Aku geleng kepala pusing. Rika? Siapa lagi tuh? "Sorry, gue gak bisa!!! Gue udah ada janji dengan pacar gue" kata Ziko tegas tanpa menoleh dan sibuk dengan minuman yang digenggamnya.

Semua yang ada di kantin tercengang mendengar perkataan Ziko. Kaum hawa malah menatap kesal setelah mendengarnya. Aku yang ada di situ pun ikut kaget. Pacar? Ya ampun nih cowok setia amat ya? Aku jadi ingat janjiku dengan Ziko untuk mengajaknya keliling kota ini. Chi, loe beruntung banget mendapatkan Ziko. Udah tampan dan setia pula. Hebat nih cowok.

"Ran, tungguin gue napa sih? Woi, buru-buru amat!!!" aku berteriak memanggil sahabatku yang tengah berjalan cepat.

Aku berlari mengejarnya "Loe kenapa sih? Marah ama gue?" tanyaku lagi setelah berhasil mengimbangi langkah Rani.

Rani menoleh sambil menunjuk tampang cemberut "Apaan sih? Kitakan lagi marahan. Loe gila ya" katanya marah

Lagi marahan? Aku garuk kepala. Ada apa sih? Aku dibuat bingung olehnya "Emang salah gue apa?" tanyaku penasaran

Rani menjitak kepalaku "Duh nih anak, loe amnesia ya? Bukannya kemarin loe gak mau temenan ama gue lagi? Loe bilang gue cerewet, kan? Sok pintarlah" kata Rani marah

Aku menelan ludah. Pasti Ody si resek itu yang melakukannya. Awas aja kalau aku bertemu dengannya. Jadi ini yang dilakukan Ody selama menyamar menjadi diriku? Dia memiliki kesempatan untuk mengerjai si Rani yang polos ini.

"Sorry, gue gak bermaksud kayak gitu kok. Loe salah paham" bantahku

"Salah faham apanya?" Rani menatapku kesal "Gue kesal ama loe. Gue kan gak salah. Gue hanya ingin loe tuh belajar, bukannya ditanggapi gue malah dimarah-marahin ama loe. Kemarin tuh loe aneh banget. Ke sekolah bukannya belajar malah tidur. Gue heran ama loe" Rani ngoceh kesal

Aku tertawa. Sahabatku ini emang polos banget. Mau aja dikerjain ama si Ody. Apa dia gak merasa aneh melihat aku yang berbeda di sekolah. Gimana pun mirip aku dan Ody, tetap saja ada beda karena aku dan Ody berjenis kelamin berbeda. Okelah, pakaian yang dipakai Ody emang celana panjang karena di sekolahku semua siswa baik wanita maupun pria mengenakan celana, tapi pasti bisa dibedakan lewat cara jalanku dan rambut wig yang dipakai Ody.

"Kemarin itu bukan gue" kataku jujur

Rani mengernyit bingung "Kemarin gue tukaran posisi ama Ody. Gue jadi Ody dan Ody jadi gue. Masa loe gak bisa ngebedain sih?" kataku lagi

Rani melotot "What???" Rani menutup mulut "Dasar Ody kurang ajar!!! Pantas aja gue heran melihat tingkah loe. Jalannya beda dan suaranya beda juga. Kenapa gue bodoh ya bisa gak ngenalin loe dan si Playboy Ody itu?" Rani menggerutu kesal

Aku tertawa. Rani adalah temanku yang paling baik. Anaknya pintar. Karena kepintarannya itulah yang membuatku suka dekat dia kalau lagi ada ulangan. Dijamin deh, nilai enam ke atas bakal ditangan.

Aku pulang dengan baju basket dan keringat yang bercampur aduk. Setelah pulang sekolah, aku tanding basket melawan SMU Dwidarma. Aku jadi senang karena sekolah Ody memenangkan pertandingan. Aku bisa mengukur kemampuanku dengan menyamar sebagai Ody. Menurutku bertanding dengan pria lebih menyenangkan ketimbang melawan wanita.

Aku dan Ody emang berbeda sekolah. Ody memilih sekolah swasta ternama di kotaku sedangkan aku sendiri memilih masuk sekolah negeri. Aku memang berusaha keras untuk bisa masuk negeri karena mengingat biaya yang akan dikeluarkan ayahku akan sangat besar kalau aku dan Ody masuk ke sekolah swasta. Sekolah swasta emang lebih mahal dari sekolah negeri. Ody gak bisa masuk ke sekolah negeri karena gak bisa lolos negeri akibat nilai ujiannya yang pas-pasan. Lulus aja rasanya syukur.

"Gue pulang" kataku sambil membuka pintu

Aku masuk ke dalam dan melewati ruang tamu "Ran, loe duduk dulu aja disini!!! Gue ganti baju dulu" kataku pada Rani yang ikut datang ke rumahku setelah pulang sekolah.

Baru aku akan masuk ke kamar, Ody muncul mengagetkan "Loe udah pulang?" Tanya Ody yang tau ku jawab. Pertanyaan yang tak berguna itu tak ku tanggapi.

Ody cemberut menuju ke ruang tamu. Sepertinya anak itu akan keluar rumah, kebiasaan Ody kalau gak ada kerjaan "Hai ..." sapa Ody pada Rani yang tengah duduk.

Rani mendengus kesal "Dasar kucing garong" seru Rani pada Ody membuatku tertawa.

"Apa loe bilang? Loe bilang gue kucing garong? Berani banget loe?" kata Ody dengan tampang dibuat sangar. Ody mendekat pada Rani. Ody emang suka banget ngejailin Rani.

Rani semakin menegakkan tubuhnya "Kenapa? Salah?" tantang Rani kesal

Ody tertawa "Cha, udah tau nih anak masalah kemarin?" Ody menoleh kearahku.

Aku mengangguk, Ody tersenyum "Ya, gue udah tau kalau yang kemarin itu adalah loe bukan Ocha. Loe ngerjain gue habis-habisan. Loe nyuruh gue beli minum, loe nyuruh gue ngerjain PR dan loe marah-marahin gue. Loe bilang gue, cerewet dan bawel" Rani cemberut semakin membuatku dan Ody ngakak melihat sikap polosnya.

When The Twin Fall In LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ