Bab 8

1.7K 133 6
                                    

Reka mulai memakan baksonya hingga cuma tersisa kuahnya setengah mangkuk. Dan dengan sengaja tiba- tiba memekik kaget.

"Ya ampuuun! Tadi kan gue bilang seledri batangnya doang gak pake daun. Ini kok ada daunya?"

"Yeiyelah kecoak. Lo pikir siapa mau misahin daun sama batangnya seledri. Kurang kerjaan banget!"

"Tapi gue kan udah bilang gue gak mau,"

"Emang apa bedanya sih? Sama- sama udah lo sikat abis!,"

"Tetep gue gak suka,"

"Terus gue harus apa? Teriak gak jelas kaya Hayati mau minta dibunuh di rawa- rawa, apa gue kudu maju mundur cantik ala- ala Syahrini, ato gue kudu goyang dribble di muka lo!"

"Stop! Gak usah teriak kaya cewek, lo gak usah ngelakuin hal kaya gitu. Cukup beliin gue bakso lagi yang bener,"

"Dasar kecoak pake bikini! Bilang aja lo mau tambah!"

"Terserah lo mau bilang apa,"

Rean geregetan dengan cewek di depannya ini. Jarang sekali sisi Rean yang cerewet dan bawel gini muncul. Sumpah ini merusak martabat Rean yang terkenal cool. Sabar Rean! Sabaaaaaar!
Rean mengelus dada dan menghela napas panjang. Sambil berusaha mengabaikan kikikan teman- temanya dia lalu menuju ke abang tukang bakso lagi.

"Oiya jus gue jangan lupa. Jus wortel campur tomat sama anggur. Gak pake susu sama gula. Jangan lupa disaring!"imbuh Reka.
Rean yang tadi sudah mulai menyabar begitu mendengar itu langsung membalikkan badan. Dia melotot menyeramkan lalu teriak- teriak gak jelas sambil menarik- narik rambutnya frustasi. Lalu dengan satu kali hentakan dia membalikkan badan lagi.

"Ya ampun, gue baru pertama kali ngeliat Rean mati kutu sama cewek,"gumam Fariz yang masih takjub dengan tingkah Rean tadi.

"Wah gue akuin lo sangar Rek! Dua jempol buat lo deh,"tambah Fariz lagi.

Reka sendiri hanya pasang wajah datar kaya biasanya. Padahal di dalam hati dia sudah kesenangan. Sudah jarang dia merasa asyik ngusilin orang. Apalagi melihat reaksi Rean yang benar- benar lucu. Lucu? Kok bisa sih gue bilang lucu? Hiii gak banget!

"Nih! Silahkan dimakan Ratu Setan, lo udah puas kan?"sindir Rean dengan wajah ditekuk.

Reka sih gak peduli yang penting makanan favoritnya sudah di depan mata. Dia segera menyikat habis bakso dan jus mix kesukaanya.

"Aaah, kenyaaang,"gumam Reka sambil menepuk- nepuk perutnya.

"Gak sekalian lo makan piringnya,"sindir Rean pedas.

Reka memandang Rean sesaat. Kok nih anak jadi kaya Diva, sukanya nyuruh gue makan piring mulu?

"Udah ah, gue mau balik ke kelas,"kata Reka seraya melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Kakinya terasa panas dan gerah."Hei babu, tuh bawa sepatu gue,"seru Reka sambil berjalan cuek ke kelas.

Rean menatap tidak percaya. Dia harus bawain sepatu tuh cewek. Gila brooooo! Sialan banget!

"Semangat Re!"

"Gue tau kok lo pasti bisa. Bisa jadi pembokat Reka dengan baik!"

Rean hanya melengos kesal mendengar celotehan teman- temanya yang gak setia kawan. Dan dengan perasaan enggan luar biasa akhirnya dia memungut sepatu Reka dan membawanya.

"Lelet banget sih!"omel Reka.

"Reaaan! Kamu udah gak papa kan?"tanya Ajeng begitu Rean sudah di dalam kelas.

"Iya. Kasian banget, wajahnya Rean memar,"kata Tika dengan wajah sok khawatir diimut- imutin. Tapi bukan hanya Ajeng dan Tika yang mengerubungi Rean, cewek- cewek lain pun berdatangan. Reka hanya cuek dan melewati mereka ke tempat duduknya.

"Woi babu! Taruh sini sepatu gue,"seru Reka. Rean hanya mendengus kesal dan menerobos kerumunan yang mengelilinginya.

"Lho Rean, kenapa lo bawain sepatunya dia?"tanya Sarah dengan nada tidak terima.

"Kenapa emangnya? Dia jadi pembokat gue hari ini. Bener kan?"seru Reka sambil menoleh ke arah Rean. Rean hanya mendengus sebal.

"Hah?! Kok gitu, gue juga mau dong Rean jadi pembantu gue,"

"Gak deh, gue jadi pembantunya Rean juga gak papa,"

Rean hanya mendelik mendengar pekikan cewek- cewek itu. Wah, emang dasarnya cewek- cewek di sini gak waras ya?!

"Lo udah puas kan? Sekarang gue mau pergi,"kata Rean sambil meliriknya tajam.

"Siapa bilang gue puas. Masih ada yang harus lo lakuin,"

"Apaan lagi?!"

"Pijetin gue,"

"Apaan?!"

"Pijetin gue. Nanti gue gak nyuruh- nyuruh lo lagi,"

Rean menatap Reka lama."Oke, gue bakal pijetin lo dengan sepenuh hati," Rean kemudian mulai menyentuh kedua pundak Reka. Tangan Rean bersentuhan dengan leher Reka.

"Hei! Siapa suruh lo pijetin pundak gue!"seru Reka kaget karena kulitnya disentuh oleh Rean. Apalagi leher, itu bagian sensitifnya.

"Lo nyuruh gue pijet kanjeng ratu, ya udah gue pijetin lo! Gimana sih?"

"Tapi gue gak minta dipijetin di pundak!"

"Terus lo minta dipijetin dimana?"

"Nih, disini. Di kaki."kata Reka sambil menjulurkan kakinya ke Rean.

"Hah?!"

"Udah cepet pijetin kaki gue dengan sepenuh hati,"

Demi jambul khatulistiwa dan bulu mata badai yang cantik ulala cetar membahana seperti itu, Rean sumpah gak pernah ngerasain kontroversi hati seperti ini. Rean masih menatap Reka tidak percaya. Dia nyuruh gue pijetin kakinya?! Hah?! Dia gila apa? Wah nih cewek bener- bener...

"Cepetan. Kalo gak gue suruh yang lain. Tapi lebih parah,"

"Sialan lo,"

Rean akhirnya berjongkok dan mulai memijat kaki Reka. Dan saat dia mendongak dia melihat Reka memegang smartphone-nya.

Ckrik! Ckrik! Reka memotret Rean.

"Fotonya bagus. Adegannya maksud gue,"kata Reka sambil tersenyum licik.

"Loooo! Dasar cewek silumaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Arrrrrggggh!"

^>^

Sebenernya tothor gak tega pas adegan lempar- lemparan bola
Uh kasiaan Reka sama Rean yang wajahnya sama- sama cakep jadi memar semua
*Itu salah elo kali thor, ngapain buat cerita kaya gitu

Trus kalo dipikir- pikir kasian Rean ya, dia kena batunya sendiri

Niyahahahaha *devil laugh but author still cutie

Udah deh yaa, belum nulis nih kelanjutannya

Hayati lagi lelah abang, bentar lagi kan mau lebaran soalnya 

Makasih ya yang udah baca :*

jangan lupa komen dan vote

Loph you poll dah :* :* :*

The AgentWhere stories live. Discover now