"Siapa namamu, nak?" Ayah Haechan bersuara.
Mark yang mendengar pertanyaan yang ditujukan untuknya kini memberanikan diri untuk menatap mata ayah Haechan, "Mark Lee, om."
"Udah berapa lama kamu pacaran sama anak saya?" Kali ini ibu Haechan yang bertanya dengan nada yang kurang bersahabat.
Mark menelan ludah, "H-hampir 1 tahun, tante."
Kedua orangtua Haechan tampak terkejut, tidak menyangka sudah selama itu dan mereka sama sekali tidak mengetahuinya.
Ayah Haechan menghela nafas, "Haechan, kami memang membebaskanmu, tapi bukan berarti kamu bisa berpacaran dengan sesama pria."
Haechan jelas shock, ia menatap ayahnya tidak percaya. Mark pun demikian, apa yang salah dari percintaan sesama jenis? Bukankah itu juga cinta?
Bibir Haechan tampak bergerak-gerak ingin berbicara, namun tidak ada kata yang keluar. Terlalu banyak yang mau ia ucapkan hingga ia tidak mampu merangkainya menjadi kata-kata.
"Mulai besok ibumu akan terus berada di rumah, ia akan mengawasimu di rumah dan mengantar jemput kamu ke sekolah." Ucap ayah Haechan final.
"Sekarang kamu pulanglah, nak Mark, dan jangan temui Haechan lagi." Lanjutnya.
Mark tampak putus asa, mau tidak mau ia harus menurutinya. Ia tidak menyerah tentu saja, namun ia merasa harus meminta saran seseorang yang dulunya mengalami hal sama, yaitu sang ayah. Untuk sekarang ini ia akan menuruti kemauan orangtua Haechan dulu.
Haechan menggelengkan kepala saat Mark akan melepas genggaman mereka, Mark berusaha meyakinkan Haechan melalui tatapan matanya, perlahan genggamannya terlepas. Haechan memeluk Mark erat, Mark membalas pelukannya dan mengelus kepalanya lembut.
"Tunggu aku ya, sayang. Kakak janji bakal jemput kamu dan dapetin restu orangtua kamu." Bisik Mark pelan agar tidak terdengar oleh orangtua Haechan. Haechan mengangguk samar dengan wajah berlinang air mata.
Mark pulang dengan tatapan sendu dan kosong, untuk ke depannya ia yakin akan sangat sulit bertemu dengan Haechan. Mark berdoa semoga saja Haechan tidak berlarut-larut menangisinya, lelaki tan itu selalu cengeng jika ada hal yang berkaitan dengan Mark.
Mark masuk rumah dengan langkah gontai, kedua orangtua Mark yang sedang bersantai di ruang tengah pun terheran. Padahal tadi anak sulung mereka itu izin untuk pergi dengan pacarnya, kenapa malah murung?
"You okay, son?" Ibu Mark bersuara.
"I'm not.." jawab Mark pelan. Kini Mark telah menempatkan dirinya di sebelah sang ibu dan bersandar pada bahu wanita cantik yang telah melahirkannya tersebut.
"Mind to tell us?" Kali ini sang ayah yang bersuara. Selelah apapun Mark, mereka belum pernah melihatnya sampai sehampa ini.
Mark mulai menceritakan apa yang barusan dialaminya. Orangtua Mark tentu tidak bisa menyalahkan orangtua Haechan, biar bagaimanapun hubungan mereka memang masih tabu di negara ini.
"Kamu memangnya beneran mau serius sama Haechan? Kamu yakin kalo semua itu bukan cuma 'cinta monyet'?" Tanya ayah Mark.
"Aku serius, ayah. Aku gak mau orang lain, aku cuma mau Haechan." Jawab Mark mantap. Ia sangat tidak suka saat seseorang menganggap cintanya yang tulus sebagai 'cinta monyet', menurut Mark tidak ada istilah cinta seperti itu.
"Ayah gak bisa kasih saran banyak, yang perlu kamu lakukan hanya pembuktian. Buktikan sama orangtua Haechan kalo kamu serius dan gak mudah gentar, buktikan sama orangtua Haechan kalo kamu pantas bersanding dengan anak mereka tidak peduli dengan gender."
YOU ARE READING
Irreplaceble
RomanceKisah tentang hubungan Mark Lee dan Lee Haechan yang bagaikan film romansa. Seringkali orang-orang meragukan kisah mereka karena memang se-dramatis itu. Dimulai dari perbedaan style mereka yang bagaikan Beauty and the Beast, sampai pada sulitnya res...
Challenge
Start from the beginning
