Priority

103 6 0
                                        

6 Months Later

Tidak terasa sudah setengah tahun lamanya semenjak Mark dan Haechan memperjelas status mereka menjadi sepasang kekasih. Kini mereka sudah naik ke kelas yang lebih tinggi, Mark kelas 12 dan Haechan kelas 11. Sejauh ini tidak ada masalah yang berarti, hanya beberapa pertengkaran kecil yang bahkan tidak sampai memakan waktu 2 jam.

Keduanya benar-benar menjalani hubungan yang sehat dengan terus berkomunikasi dan saling terbuka. Baik Mark ataupun Haechan juga tidak jarang menurunkan ego masing-masing demi keberlangsungan hubungan mereka.

.

Saat ini Mark sedang sibuk menyelesaikan tugas akhirnya sebagai Ketua OSIS, juga sedang melantik para adik kelas yang ingin ikut berpartisipasi menjadi anggota OSIS. Mark juga sudah memasuki tingkat akhir, membuatnya sibuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan.

Di rumah pun Mark tidak bisa bersantai. Semakin dekat dirinya dengan kelulusan, semakin intens pula gencaran sang ayah yang menyuruhnya untuk segera ikut andil dalam perusahaan.

Kadang Mark lelah sekali, ia juga ingin bersantai sesekali tanpa beban pada punggungnya. Jika sudah seperti ini Haechan akan dengan senang hati menghibur Mark.

Mark dan Haechan sudah berjanji untuk saling terbuka satu sama lain demi menghindari pertikaian. Mereka selalu menyempatkan diri bercerita mengenai keseharian mereka walau hanya melalui telepon, baik itu cerita suka maupun duka.

Haechan dengan pribadinya yang memang senang mendengar cerita orang lain tentunya dengan senang hati menerima cerita dari Mark. Tidak jarang juga Haechan yang menghibur Mark, hanya sekedar memberi kekuatan dan kata-kata manis sudah cukup membuat Mark tidak menyerah.

Namun walau begitu, sebenarnya banyak hal yang dipendam oleh Haechan dari Mark. Ia tahu Mark sudah begitu banyak memikul beban pada punggungnya, ia tidak sampai hati menambah beban pada Mark dengan masalahnya yang tidak seberapa. Maka dari itu ia lebih memilih untuk memendamnya sendiri, mengingkari janji mereka.

Haechan juga beberapa kali mencoba mengerti saat Mark tidak bisa dihubungi atau ditemui. Ia tidak mau menuntut Mark untuk terus memperhatikannya disaat lelaki tampan itu mempunyai kesibukan lain yang lebih penting.

Bisa dibilang Haechan selalu memasang topeng 'baik-baik saja' saat bertemu dengan Mark. Ia hanya ingin menjadi kekasih yang pengertian dan tidak banyak menuntut.

.

Lagi-lagi hari itu Mark sama sekali tidak menemuinya, ia hanya mengirim pesan singkat pada Haechan yang berisikan ucapan maaf dan janjinya untuk mengantar Haechan pulang. Haechan menolak, ia baru mengetahui kemarin Mark setelah mengantarnya pulang kembali lagi ke sekolah karena ada rapat anggota OSIS. Haechan tentu saja tidak tega membiarkan Mark bolak balik walaupun tidak begitu jauh, ia memilih untuk menunggu Mark di sekolah sampai selesai rapat dan Mark menyetujuinya.

Jaemin yang ada di sampingnya menyadari helaan nafas dan tatapan kecewa Haechan, "Mark gak nemuin lo lagi hari ini?"

Haechan mengangguk.

"Udah 3 hari loh, sesibuk itukah dia?" Jaemin merasa emosinya tersulut.

"Gak papa, Jaem. Lagian dia punya alasan kok, masih nganter gue pulang juga."

Jaemin tidak bisa berkata apa-apa lagi, Haechan terlalu baik.

.

Bel pulang sudah berbunyi, murid-murid lain langsung bergegas membereskan peralatan belajar mereka. Berbeda dengan Haechan yang tidak ada niatan bangkit dari bangkunya.

"Bareng sama gue aja yuk, Chan, gak sama Jeno kok dia lagi ekskul hari ini, daripada lo sendirian." Bujuk Jaemin yang entah sudah ke berapa kali hari ini, namun lagi-lagi ditolak.

IrreplacebleWhere stories live. Discover now