"Gak papa, Jaem. Lagipula cuma ini caranya biar gue bisa ketemu sama Mark."
"Yaudah, gue duluan ya. Kalo ada apa-apa langsung telepon gue." Jaemin melambaikan tangannya, meninggalkan Haechan di kelas yang kini sepi.
Haechan memutuskan untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru sembari menunggu Mark, barusan Mark juga sudah mengirim pesan bahwa ia baru akan memulai rapatnya.
.
4 PM
Sudah 3 jam semenjak bel pulang sekolah, 1 jam lagi gerbang sekolah akan ditutup, Mark belum juga menampakkan batang hidungnya. Hp Haechan sudah kehabisan daya setelah ia mengabari Mark tempat ia menunggu.
30 menit berlalu Mark masih belum juga datang, Haechan memutuskan untuk menghampiri ruang OSIS. Di perjalanan menuju ruang OSIS ia bertemu Jeno dengan seragam basketnya yang penuh keringat.
"Haechan? Kok lo masih di sini?" Tanya Jeno yang heran melihat Haechan tidak biasanya masih berada di sekolah hingga jam segini.
"Gue nunggu kak Mark, tadi dia lagi rapat sama anggotanya. Baru mau gue samperin ke ruang OSIS." Jawab Haechan.
"Loh? Tadi gue liat sih anak OSIS udah pada keluar dari jam 4."
Haechan terdiam, ia masih berusaha untuk berpikir positif. Mungkin Mark masih ada di ruang OSIS, hanya anggotanya yang pulang. Mark sebagai Ketua OSIS biasanya pulang lebih telat dibanding para anggota setelah rapat, beberapa kali ia masih harus memeriksa laporan soal rapat hari itu.
Jeno menyadari keterdiaman Haechan menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke ruang OSIS. Haechan menyetui tawarannya dan mereka berjalan ke ruang OSIS.
Dari kejauhan terlihat pintu ruang OSIS yang tertutup rapat. Perasaan Haechan sudah tidak enak melihatnya, namun lagi-lagi ia berusaha untuk terus berpikiran positif. Mark pasti masih ada di dalam sana.
Haechan mengetuk pintu pelan.
TOK TOK
Tidak ada jawaban.
TOKTOKTOK
Tidak ada jawaban juga.
TOKTOKTOK
Sampai ketukkan ke tiga tidak juga ada jawaban dari dalam. Haechan memutuskan untuk memutar gagang pintu dan tidak terbuka. Pintu terkunci.
Tubuh Haechan lemas, ia menatap Jeno yang sedari tadi terdiam di belakangnya dan menggeleng.
"Mau coba liat ke parkiran? Barangkali kak Mark nunggu di parkiran." Jeno berujar hati-hati dan diangguki Haechan.
Di parkiran pun motor Mark sudah tidak ada, hanya tersisa mobil Jeno dan beberapa motor yang tidak Haechan kenali.
Jeno sungguh merasa iba dengan Haechan, wajahnya sayu dengan mata berkaca-kaca. Jeno mengusap punggung Haechan perlahan.
"Udah pulang bareng gue aja ya." Ucap Jeno lembut.
"Gak usah, Jen. G-gue jalan kaki aja." Suara Haechan terdengar bergetar menahan tangis.
"Gue gak terima penolakan, bisa dibunuh Jaemin gue kalo lo sampe kenapa-napa di jalan."
Sebelum Haechan menolak Jeno langsung saja menarik tangannya menuju mobil yang terparkir di depan mereka.
.
Selama perjalanan Haechan hanya terdiam, Jeno juga tidak berani bersuara. Kasihan sekali Haechan, padahal anak itu sudah berbaik hati menunggu Mark hingga selesai, tapi ternyata malah ditinggal.
BINABASA MO ANG
Irreplaceble
RomanceKisah tentang hubungan Mark Lee dan Lee Haechan yang bagaikan film romansa. Seringkali orang-orang meragukan kisah mereka karena memang se-dramatis itu. Dimulai dari perbedaan style mereka yang bagaikan Beauty and the Beast, sampai pada sulitnya res...
Priority
Magsimula sa umpisa
