"Udah," jawab Alexa malas.
"Tunggu gue di mobil, nanti gue nyusul."
Alexa mengerutkan kening tidak terima. "Lho! Kenapa--"
"Sekarang, Alexa!"
Mau tidak mau Alexa bangkit dengan sangat keberatan. Ia menatap tajam Daffi sebelum beranjak dari sana.
Daffi menatap Navya yang sudah selesai sarapan. "Tas kantor saya masih di kamar," ujar Daffi membuat Navya mengangguk. Daffi ingin Navya mengambilkan tasnya.
Setelah Navya beranjak rupanya Daffi mengikuti istrinya tersebut menuju kamar mereka.
"Dia Alexa, adik kembar Alex dan sahabat saya." Navya mengerjapkan matanya pelan mendengar penjelasan Daffi tentang perempuan cantik yang mampu membuat suaminya tersenyum pagi-pagi.
Ia menyodorkan tas kantor milik suaminya itu. "Jangan masukin ke hati omongan Alexa tadi," kata Daffi lagi ketika tidak mendapatkan respon lebih dari istrinya.
"Iya Tuan." Hanya itu jawaban yang Navya berikan terhadap penjelasan Daffi mengenai sahabatnya membuat sang suami mendengus pelan.
Mendadak Daffi tidak menyukai respon biasa Navya tentang keberadaan Alexa di rumah mereka.
"Tuan, saya mau minta izin ke rumah sakit jenguk Mas Adnan. Saya janji akan pulang setelah itu dan gak akan ke mana-mana. Saya boleh pergi, Tuan?" tanya Navya harap-harap cemas. Selama ini ia tidak berani meminta izin untuk keluar rumah kepada Daffi karena Navya takut dimarahi.
Tetapi ia sudah lama tidak melihat kondisi Adnan dan memantau perkembangannya. Selain itu, Navya juga sangat merindukan kakaknya itu.
"Cuma satu jam, setelah itu langsung pulang." Daffi melihat jam di pergelangan tangannya. "Kamu boleh pergi jam 1 nanti dan harus pulang satu jam setelahnya, artinya jam 2 kamu sudah harus di rumah."
Mendengar itu Navya tersenyum kebar kemudian mengangguk cepat. Tidak apa-apa sebentar, yang penting Daffi berbaik hati mengizinkannya pergi. Itu sudah cukup bagi Navya. "Terima kasih, Tuan," ucapnya tulus.
Daffi bergumam menanggapinya. "Satu lagi, jangan pakai pakaian yang warnanya cerah. Saya gak suka," pesannya. Entah apa yang membuat Daffi begitu melarangnya memakai pakaian yang warnanya cerah, Navya tidak tahu. Pria itu tampak anti sekali dengan Navya dan warna cerah.
"Iya, Tuan." Tapi Navya tidak bisa membantah sedikitpun. Daffi tidak akan menyukai itu. Lagipula pakaiannya rata-rata berwarna netral dan cenderung gelap. Sama seperti Daffi.
***
"Kenapa lo bisa bareng Alexa? Kalian habis dari mana berdua?" Alex memberondong Daffi dengan pertanyaan begitu ia menginjak lantai ruangannya. Bahkan Daffi mendelik saat kursi kebesarannya diduduki oleh sang sahabat.
"Minggat lo dari kursi gue!" usir Daffi datar. Alex langsung menuruti perintah itu dengan cengirannya dan melangkah menuju sofa di depan.
"Lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa lo bisa sama Alexa? Kalian ketemu di mana?" Alex mengulang pertanyaannya.
"Dia dateng ke rumah gue," jawab Daffi duduk di kursinya. "Dia bilang lo gak mau nganterin dia ke rumah, makanya nekat dateng sendiri."
Alex menghela napasnya. "Bukannya gue gak mau, tapi ya lo tahu lah dia gimana. Gak bisa diminta tunggu, kalo dia mau sekarang ya harus sekarang."
Daffi tahu sifat adik sahabatnya yang satu itu.
"Tapi dia di sana gak aneh-aneh kan sama lo? Dia udah tahu lo udah nikah kan?"
ESTÁS LEYENDO
I'm With You || End
RomanceFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...
CHAPTER 16
Comenzar desde el principio
