Pukul 2 siang. Daffi berdecak, ia kembali melewati makan siangnya.
Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka membuat Daffi menoleh tak suka. "Bisa ketuk dulu gak sebelum masuk?" sindirnya.
"Ada Shilla di bawah, dia maksa mau ketemu lo." Daffi terdiam mendengar kalimat Alex. "Kayaknya dia tahu tentang pernikahan lo sama Navya kemarin," lanjut Alex dengan ekspresi tak terbaca.
Daffi berdecak pelan sebelum bangkit dari duduknya. Ia mengambil ponsel lalu hendak keluar. "Gue mau sekalian makan siang, lo mau ikut gak?" ajaknya.
Tanpa pikir dua kali Alex mengangguk. Ia memang masih kesal dengan keputusan Daffi yang memaksa Navya menikahinya tetapi Alex tidak bisa kesal lama-lama. Ia akan mencoba percaya pada sahabatnya itu tidak akan menyakiti Navya karena Sahara sangat menyayangi perempuan itu.
"Navya gimana?" tanya Alex ketika mereka berjalan beriringan menuju lift.
Mendengar itu Daffi melirik tak suka sahabatnya. "Ngapain lo nanya-nanya istri gue?"
"Gue cuma nanya, biasa aja tampang lo itu." Alex mendengus geli. Ia lupa jika sahabatnya ini posesif sekali dengan miliknya. "Siapa tahu Navya sedih dan gak terima sama statusnya sekarang."
Daffi mendelik tidak terima. Ia memencet tombol lift khusus untuk petinggi perusahaan dan masuk ke dalam diikuti Alex. "Dia seneng jadi istri gue, dan harusnya emang seneng dan merasa terhormat karena gue mau sama dia."
Alex mencibir pelan. "Kira-kira reaksi Adnan gimana ya waktu sadar ternyata adeknya udah nikah, sama orang yang pernah nahan dia lagi," celetuk Alex dengan ekspresi membayangkan reaksi Adnan.
Pintu lift terbuka membuat keduanya sontak keluar dari sana. "Kalau dia gak terima pun gak ada pengaruhnya sama sekali. Toh, adeknya udah jadi istri gue dan pasti akan nurut sama gue. Kalau dia gak terima juga, gue akan tuntut balas budi mereka."
Alex geleng-geleng kepala mendengar itu. "Parah banget lo," decaknya. Daffi menggidikkan bahu.
Keduanya berhenti tepat di depan Shilla yang ternyata sudah menunggunya di depan meja resepsionis. Raut wajah perempuan itu marah dan kecewa.
Daffi menyelipkan kedua tangannya di saku celana menunggu Shilla mengatakan sesuatu. Sementara Alex memilih mundur tidak ikut campur.
"Aku mau bicara," ucap Shilla dengan suara dingin. Tapi Daffi salah fokus dengan kedua matanya yang bengkak seperti orang menangis.
"Di mana?" tanya Daffi.
"Di restoran depan kantor kamu." Setelah mengatakan itu Shilla beranjak pergi meninggalkan Daffi dan Alex yang menatap punggungnya.
"Patah hati tuh dia ditikung Navya," celetuk Alex. "Baru kali ini gue lihat Shilla bersikap dingin begitu ke lo. Dia pasti marah dan kecewa banget sih."
Daffi tidak menjawab, ia menyusul Shilla membuat Alex mendengus pelan sebelum mengikuti langkah Daffi.
***
"Ceraiin perempuan itu!"
Daffi menaikkan sebelah alisnya mendengar kalimat Shilla barusan. Pria itu mendengus geli, seakan ucapan itu lucu. Ia memilih menyeruput kopi dinginnya dengan santai seraya melihat ekspresi marah Shilla.
ESTÁS LEYENDO
I'm With You || End
RomanceFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...
CHAPTER 13
Comenzar desde el principio
