"Boleh pulang dulu nak, mama sama papa mau bicara. Oh iya, ajak Abang mu juga ya. Mama telpon tapi nggak di angkat"

"Siap ma, kita otw pulang sekarang"

Tut...

"Di suruh mama pulang" ujar Davin menatap Devan, kembali mengambil tas sekolah dan jaket nya.

Devan yang mengerti langsung beranjak dari duduk nya "gue pamit" ujar nya.

"Hati hati bro"

Setelah sampai di rumah, Davin masuk terlebih dahulu. Sementara Devan ia masih setia duduk di atas motor nya dan mengehala nafas panjang.

Sebenarnya Devan malas jika harus berbicara dengan kedua orang tua nya, karena Devan tau ayah nya akan menyalah kedua putra nya. Hal itu membuat Devan yang keras kepala akan bertengkar kembali dengan ayah nya.

Namun, ia sadar harus menyelesaikan semua nya dan berbicara dengan kedua orang tua nya.

Devan melangkah memasuki rumah nya, ketika sampai di ruang keluarga Devan beralih menatap kedua orang tua nya yang masih mengenakan pakaian formal nya.

"Duduk" satu kata yang keluar dari mulut daifan.

"Dari mana saja kalian?"

"Kumpul sama temen temen" bukan Devan yang menjawab melainkan Davin. Laki laki itu masih terdiam dan masih setiap menatap ke arah depan.

"Apa manfaat nya nongkrong, kumpul kumpul nggak jelas seperti itu?" Tanya daifan menatap tajam kedua putra nya.

"Kita cuma cari kesenangan" jawab Davin.

"Cari kesenangan dengan cara melanggar peraturan sekolah?" ucap daifan yang mulai meninggikan suaranya.

"Dan kamu Devan, kenapa diam?" Sambung nya.

"Apa yang ingin papa tanya kan?" Tanya Devan.

"Kapan kalian berubah?"

"Sampai kapan pun kita tidak akan berubah, ini diri kita. Sejak kecil kita tak pernah merasakan hangat nya keluarga dan kasih sayang orang tua. kalian hanya sibuk dengan dunia kalian dan jangan salah kan kita jika kita menjadi manusia brengsek dan tak sebaik anak di luar sana"

Plakk!!

Tamparan daifan mendarat di pipi Devan, membuat Devi yang melihat nya sontak terkejut. Sementara Devan, ia hanya terkekeh dan mengusap kasar pipinya.

"sopan berbicara seperti itu pada orang tua, mau jadi manusia egois kamu hah?" tanya daifan dengan amarah nya.

"Kalo saya egois, lantas anda apa?"

Bugh!!

Devan tersungkur di lantai, kali ini bukan tamparan melainkan pukulan. amarah daifan akan naik ketika berbicara dengan putra sulung nya.

Davin membantu sang kakak untuk berdiri, sementara Devi ia memengang lengan suaminya agar tak kembali memukul putra nya.

Devan berjalan keluar meninggalkan kedua orang tua dan adik nya. Hal ini lah yang membuat dirinya tak nyaman ketika berada di rumah.

Devi menatap nanar punggung tegap putra nya, air mata nya mengalir. ia mengerti bagaimana sakit dan sekesepian apa menjadi Devan dan Davin.

"Maafin mama nak, mama yang egois" batinnya.

🦋🦋🦋

See you next part

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

See you next part

12 jun 2024

DEVSA [ON GOING]Where stories live. Discover now