"Oh gitu? Ya udah nanti gue yang komunikasi sama bagian medis."
Kimara mengangguk, "sama satu lagi, Kak."
"Apa?"
"Papan informasi buat dipasang di depan posko berisi barang-barang yang dibutuhkan, ternyata belum dibuat."
"Oke, biar nanti sekalian sama data-data relawan juga."
"Iya—eh?"
Belum selesai Kimara mengucapkan kalmatnya, ia harus dikagetkan dengan sentuhan pelan di pundaknya yang tiba-tiba.
Hei! Bukan hantu, kan?
"Loh, anak siapa ini keluyuran malem-malem?" Refleks Kimara saat mendapati anak perempuan dengan jaket merah muda bergambar Mickey Mouse menghampiri dirinya dan Osean.
"Halo, Kak."
Sesaat, Kimara dan Osean nampak bertukar pandang selama beberapa detik. Mereka seakan mengkonfirmasi jika hal yang masing-masing pikirkan itu sama.
"Hai, kenapa kamu bisa ada di sini? Kenapa ngga tidur?" tanya Kimara dengan bahasa isyarat.
Ya, karena rupanya si anak bicara melalui perantara jari-jemari kecilnya.
Dan sepertinya Osean yang dibuat double terkejut. Ia tidak menyangka ternyata Kimara juga pandai bahasa isyarat. Ah, jangan lupa jika perempuan itu adalah anak jurusan bahasa.
"Kakak, aku ngga bisa tidur." ungkap si anak.
"Keluarga kamu di mana?"
"Engga ada. Ayah sama Ibu meninggal karena gempa kemarin. Kalo Kakak hilang."
Bahu Kimara merosot begitu membaca kalimat-kalimat yang di sampaikan. Mengetahui fakta jika si anak tidak bisa bicara saja rasanya sudah menyedihkan, sekarang harus ditambah lagi dengan kondisinya yang sebatang kara.
Dahi Osean mengerut kasar saat melihat ekspresi Kimara yang malah murung dengan bibir mengerucut. Ia dibuat semakin penasaran sebab tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Lantas lelaki itu segera berdehem untuk selanjutnya berujar, "Kim? Dia ngomong apa? Kenapa lo diem?"
Si perempuan lalu menghela napasnya, "dia kehilangan keluarganya. Orang tuanya meninggal karena gempa sedangkan kakaknya sampai sekarang belum ditemukan. Mangkanya dia ngga bisa tidur, kepikiran."
"Ya ampun.." Osean mengamati anak tersebut lamat-lamat, tatapannya begitu iba. "Sini adek, duduk sama Kakak mau?"
Tanpa menimang-nimang jawaban, anak tersebut mendekat setelah melihat gerakan tangan Osean yang menepuk-nepuk pahanya.
"Coba tanya Kim, siapa namanya." Lanjutnya ketika anak itu sudah ada dipangkunya.
Kimara pun mengangguk, "nama kamu, siapa?"
"Malinka."
"Nama yang bagus, cantik."
"Terima kasih. Kakak juga cantik."
Kimara tersenyum. Kelopak mata Malinka yang kecil begitu menarik perhatiannya. Sangat disayangkan jika anak ini kini sudah tidak memiliki siapapun di hidupnya.
"Ini lukisan Kakak?" Jemari si anak bergerak lagi setelah melihat sebuah lukisan yang ada di sampingnya. "Bagus banget."
"Kamu suka?"
Malinka mengangguk.
"Kakak kasih buat kamu kalo begitu."
"Beneran?"
01 : intro, the ocean
Start from the beginning
