89

1.8K 222 32
                                    

Malam itu, Mas dan keluarganya makan malam bersama di meja makan dengan hidangan yang Vanessa masak. Hari ini istrinya hanya di rumah saja karena tidak ada jadwal apapun, termasuk rangkaian operasi yang biasanya setiap minggu selalu ada dan suka dadakan.

"Kamu sama kayak Bunda, doyan masakan Padang." Ucap Mas kepada Naira yang duduk berada di depannya.

"Hehe, enak tahu Pa. Papa yang aneh bisa bisanya nggak suka." Ucap Naira yang sesekali menyuapi rendang ayam kesukaannya.

"Omongan kamu persis yang kayak Bunda bilang dulu ke Papa." Mas tertawa mendengar perkataan anaknya.

"Kan aku kembaran Bunda, ya kan Bun?" Sahut Naira kepada Bundanya yang kini duduk disebelah Papanya.

"Iya dong." Tawa Vanessa yang mengambil nasi untuk Mas.

"Terus aku bukan kembaran kamu, Nai?" Rafa protes.

Naira menghela napasnya. "Ya nggak gitu Raf."

"Cemburunya Rafa juga mirip kamu Mas." Sahut Vanessa.

"Kalo aku?" Tanya Kai dengan polos.

Naira tersenyum tengil. "Kamu anak pungut, nggak mirip siapa siapa."

"Naira.." Tegur Mas, menatap anak gadisnya yang kini sudah berani membalas ketengilan Adiknya.

Sedangkan Rafa tertawa melihat tingkah Naira yang sulit ditebak.

"Papa, lihat Kak Nai nyebelin." Kesal Kai yang sepertinya ingin menangis.

"Pa, lihat Rafa deh, dia juga ketawain Kai. Berarti bener dong?" Ucap Naira yang sengaja memancing keributan dengan Kai.

"Sudah—"

"Kai, beneran loh. Kamu anak pungut, sifat aku mirip Bunda, Rafa mirip Papa. Sifat kamu yang menyebalkan dan jail itu nggak ada diantara Papa dan Bunda."

Tadinya Mas mau menenangkan Kai yang sebentar lagi akan meledak, tapi anak gadisnya itu justru semakin memperkeruh suasana dengan sengaja membuat Kai semakin kesal dan marah.

"Mulai deh perang lagi." Ledek Rafa yang sudah yakin dalam hitungan lima detik, Kai akan menangis.

"Aku benci Kakak!! HUHUHU Papa! Kak Nai menyebalkan!!" Teriak Kai, sedangkan Naira tertawa terbahak bahak karena puas sekali membuat Adiknya menangis.

Naira yang diberi tatapan maut dari Papa dan Bundanya hanya cengengesan tanpa dosa. Mas dan Vanessa kompak menghela napas dan menggeleng gelengkan kepalanya.

"Nggak sayang, kamu anak Papa dan Bunda. Wajah kamu mirip Papa kok. Kak Nai iseng aja." Mas menghapus kedua air mata Kai.

"Makanya jangan jailin Kakak terus." Ledek Naira.

"Bun, jangan jangan Kai anaknya Om Bintang kali. Kan mirip banget tuh kelakuan Om Bintang dulu ke Bunda." Naira masih saja iseng membuat Kai semakin kesal.

"Kakak, kamu ini." Ucap Vanessa dengan gemasnya.

"KAK NAI!!!" Teriak Kai yang sudah semakin menangis.

"Naira, sudah. Adik kamu makin nangis nanti." Mas akhirnya menenangkan Kai yang sepertinya sangat membenci Kakaknya.

"Adek udah, jangan dengerin Kak Nai ya. Jangan nangis lagi anak ganteng. Habisin lagi ya makanannya." Ucap Mas, walaupun masih kesal, Kai mendengarkan ucapan Papanya dan kembali memakan makanannya.

"Bun, beneran kita mau liburan sama keluarga besar Bunda ke Jepang?" Tanya Rafa ditengah tengah kedua orang tuanya yang sedang menenangkan Kai yang dijaili habis habisan oleh Naira.

He Fell First and She Never Fell?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ