32. Start Again

7.5K 576 132
                                    

Malam gelap disertai dengan dingin yang amat sangat menusuk membuat rasanya para siswa maupun siswi kini benar-benar enggan untuk keluar dari tendanya masing-masing. Pasalnya, tadi hujan sempat kembali turun dan kini baru saja berhenti saat malam sudah cukup larut, membuat mereka sudah malas untuk bergerak lebih banyak.

Namun, kegiatan akan tetap berjalan seperti apa yang sebelumnya telah dikatakan. Tepat pada pukul sebelas malam, semua siswa dan siswi diharuskan untuk segera berkumpul di depan api unggun yang baru saja dinyalakan kembali. Dengan langkah gontai, Kathrina terus memeluk tangan Gita. Sesekali gadis itu mengeluh karena takut.

"Git, aku takut. Kamu gak boleh tinggalin aku, atau nanti aku bakal marah besar!" bisiknya dengan wajah memelas. Gita mengangguk, gadis itu mengetahui bahwa sang adik memang memiliki phobia akan kegelapan. Bahkan dapat dikatakan Gita seringkali tak dapat tertidur nyenyak karena Kathrina yang tidak bisa terlelap dengan kamar gelap. "Sumpah, gak suka deh kaya gini."

"Yaudah, mending kamu sendirian aja sana diem di tenda!" celetuk Mikaila yang kini melipat kedua tangan di depan dadanya. "Ribet banget, sih. Orang tinggal ikutin orang yang paling depan, terus nanti ikutin seluruh instruksinya, sampai ke titik akhir, terus udah. Selesai!" jelas Mikaila panjang yang membuat Kathrina memutar bola matanya malas.

Clara melerai keduanya dengan melambaikan tangannya diantara Kathrina dan Mikaila, berusaha memisahkan keduanya. Tak kunjung berhenti, kini Clara berdiri tepat di tengah, membuat Kathrina dan Mikaila berhenti bertengkar. "Jangan kaya anak kecil deh, please, stop."

"Dianya duluan!"

Mikaila menatap Kathrina tak ingin kalah. "Loh? Siapa suruh jadi penakut?"

Tak terima dengan ledekan Mikaila, Kathrina menatap sebal gadis di samping Clara. "Kaya kamu gak takut aja!"

Gita menghela napasnya lalu menatap keduanya tajam dengan wajah datarnya. Gadis itu tak bersuara, namun ia berhasil membuat baik Kathrina maupun Clara sama-sama bungkam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Keduanya sama-sama mengalihkan pandangannya agar tak bertengkar lebih jauh. Clara yang menatap hal itu hanya terkekeh pelan. "Udah kaya avatar, bedanya ini pengendali duo bokem."

"Diem!" jawab Kathrina dan Mikaila secara bersamaan kepada Clara.

"Kalo orang di depan lagi ngomong itu, harus apa, Kathrina, Clara, Mikaila?"

"Dengerin," sahut ketiganya serentak. Kini ketiganya benar-benar bungkam. Bahkan Clara ikut bungkam, nada suara Gita yang tengah serius mendengarkan perintah serta instruksi dari panitia acara membuatnya merinding. Satu hal yang dapat ia lakukan adalah terdiam seperti apa yang Kathrina dan Mikaila lakukan.

Usai mendapatkan senter serta seutas tali yang telah disediakan oleh panitia acara, kini mereka harus berbaris. Menungu gilirannya masing-masing yang sebelumnya telah diundi bersamaan dengan pembagian lampu senter. Setelah menunggu beberapa saat, kemudian dimulailah kegiatan jurit malam itu. Satu persatu barisan mulai berjalan secara bergantian sesuai urutan, membuat jantung Kathrina semakin berdegup dengan kencang.

"Aku kayanya gak siap deh." Kathrina menggenggam erat lengan Gita. "Kita gak usah ikut, yuk? Takut banget sumpah."

"Cemen," celetuk Mikaila yang dengan cepat mendapatkan tatapan sinis dari Kathrina. "Apa? Omonganku ada yang salah, gak? Emang bener kan kamu penakut? Cemen!" ledeknya lagi yang semakin membuat keduanya ingin melakukan baku hantam.

"Kathrina, kamu mau pegang senter depan, atau belakang?" ancam Gita yang mulai pusing dengan perdebatan diantara keduanya. Gita mengatakan hal itu agar keduanya berhenti bertengkar karena senter hanya boleh dipegang oleh orang yang berada di paling depan barisan dan orang yang berada di paling belakang barisan.

Obsessed (GitKath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang