30. New Game?

6.9K 693 168
                                    

Kicauan burung serta hawa dingin yang sangat khas pada pagi hari, membuat Kathrina semakin memeluk Gita begitu erat. Gadis itu menyembunyikan wajahnya, menenggelamkannya pada ceruk leher Gita. Hembusan napas hangatnya yang langsung menerpa kulit Gita, perlahan membangunkan Gita dari tidurnya.

Gita mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mengecup pucuk kepala gadis dalam pelukannya. Ia mengusap lembut wajah Kathrina, merapikan helai demi helai rambut yang menutupi wajah cantiknya. Terus menatap wajah tenang Kathrina tanpa henti. Tak berselang lama, Kathrina ikut bangun dan tersadar dari tidur pulasnya.

Kathrina mendongak menatap wajah Gita. "Kamu udah bangun? Kenapa gak bangunin aku? Pasti pegel, ya? Tangannya aku jadiin bantalan kaya gini," ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru saja bangun tidur. Tatapan keduanya bertemu, tanpa sadar senyum Kathrina perlahan mengembang saat menatap wajah Gita.

Gita mengecup kening Kathrina penuh kasih kemudian kembali merengkuh, mendekap sang pacar erat. "Nope, I love it. Aku suka peluk kamu, aku suka liatin kamu tidur, aku suka wangi kamu, aku suka semua hal tentang kamu, Kath," jelas Gita, membuat Kathrina semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Gita. "I love everything about you, especially your morning voice."

Kathrina kembali melonggarkan pelukannya pada tubuh Gita—sedikit mendorongnya. Gadis itu memicingkan matanya, menatap Gita tajam. "Git, masih pagi, loh?"

"Yang bilang malem siapa?" jawab Gita dengan pertanyaan yang lebih terdengar seperti ledekan untuk Kathrina. "Kamu bener, kok. Ini masih pagi." Gita menatap dalam netra gadis di pelukannya. Mata cantik yang saat ini menjadi pemandangan kesukaannya.

"Nyebelin banget, pacar siapa sih?" ledek Kathrina tak ingin kalah yang kemudian dibalas dengan kecupan pada pipinya. "Ih, apa sih cium-cium? Aku masih kecil! Gak boleh cium-cium."

"Pacar orang," jawab Gita tak kalah tengil. "Lagipula, biasanya yang cium aku duluan kan kamu, Kath," lanjut Gita dengan senyum miringnya, membuat Kathrina memutar bola matanya malas dan memukul-mukul pelan bahu Gita. Entah karena geram atau pun karena salah tingkah. Kathrina tak ingin Gita melihat pipinya yang perlahan berubah menjadi kemerahan karena ulahnya.

"Sana ih, males. Gak usah peluk-peluk! Gak boleh cium-cium!" pekiknya pelan. Kathrina yang berusaha melepas dirinya dari pelukan Gita membuat Gita semakin memeluknya erat.

"Aduh, apa sih? Kamu kan juga orang, Kathrina. Ambekan banget," gemas Gita seraya menyerang Kathrina dengan amat banyak kecupan manis pada wajahnya, membuatnya menggeliat kegelian dan tertawa cukup kencang.

"Udah ih, geli Gita!"



Suasana yang terdapat di luar tenda, nyatanya terpantau telah ramai. Bahkan kini Hazel dan Fadel tengah mencoba memasak sarapan untuk mereka berdua. Fadel mencoba memasang tabung gas kemudian memperhatikan nyala api, dilanjutkan oleh Hazel mulai memasak dengan kompor portable yang mereka bawa.

Rachel, Misya, Mikaila dan Clara, keempatnya kini tengah menyesap segelas coklat hangat yang sebelumnya telah disiapkan oleh pihak panitia acara. Sebenarnya, sarapan akan dilakukan secara bersama-sama pada sebuah rumah penginapan yang ditempati oleh para panitia. Namun, Fadel dan juga Hazel memang ingin menyeduh mie instan terlebih dahulu sebelum sarapan bersama dilaksanakan.

Hazel berdeham, melirik kanan-kiri memastikan suaranya tidak terdengar begitu kencang. "Del. Lo ngerasa aneh gak sih sama Kathrin? Gue tau dia bucin banget sama Gita. Tapi aneh weh, belakangan ini tuh dia selalu izin kalo mau pergi, kaya pas tadi malem, inget gak? Tiba-tiba banget dia izin ke kita dan Gian. Kira-kira ... kenapa ya?"

Fadel yang duduk di sebelahnya mengangkat kedua bahunya tanda ia tak mengetahui apa alasan dibaliknya. "Mungkin karena waktu itu pernah diculik? Jadi dia kalo mau pergi kemana pun, selalu izin dan ngabarin kita terlebih dahulu. Bukan di akhir kaya yang sebelum-sebelumnya."

Obsessed (GitKath)Where stories live. Discover now