31. Wanna Join?

7.7K 647 90
                                    

Sarapan pagi itu berjalan lancar, bahkan kini mereka telah kembali berjalan menuju tendanya masing-masing. Sebelumnya, para panitia menghimbau bahwa kegiatan hari ini akan dibatalkan karena cuaca yang kurang memungkinkan. Seluruh siswa maupun siswi diminta untuk beristirahat sejenak sekaligus memberi instruksi untuk merapikan barang-barang yang mereka bawa karena esok pagi mereka akan melaksanakan perjalanan pulang kembali ke Jakarta.

Fadel berdecak pelan. "Padahal kayanya kegiatan hari ini tuh bakal seru. Sayang banget dibatalin gitu aja."

Hazel menghela napasnya panjang. "Ya ... mau gimana lagi? Daripada nanti ada yang celaka atau cidera? Resikonya lebih besar, Del," jelas Hazel membuat Fadel kini ikut menganggukkan kepalanya. "Lagipula, setidaknya kita dikasih waktu buat istirahat. Lo gak lupa kan kalo beberapa minggu lagi bakal ada ujian? Kita harus pertahanin nilai kita kaya apa yang waktu itu Kathrina bilang. Nama kita belum sepenuhnya bersih. Mereka bungkam cuma karena sogokan dan suruhan orang tua mereka, bukan pure keinginan mereka."

Saat tengah berbincang dengan Fadel, tak berselang lama tiba-tiba Rachel dan juga Misya berlari menghampiri keduanya dengan napas tersenggal. "Fadel! Hazel!" panggil Misya dengan wajah panik. "Gue, tadi temuin ini di dalem tenda, dan ternyata Rachel juga nemuin hal yang sama."

Secarik kertas kecil berbentuk persegi panjang seperti sebuah kartu, berwarna coklat. Hazel maupun Fadel kini mengambil kertas tersebut kemudian menatapnya lekat. Hazel sesekali membolak-balikkan kertas tersebut melihat apa saja yang tertulis di dalamnya.

"F48"
"Want to join "THE GAME"?"

"Sebentar." Hazel kembali mengingat-ingat. "Inisial ini ... apakah mereka orang yang sama dengan orang yang waktu itu nyebarin berita tentang kita di website sekolah?" tanya Hazel, kini Misya dan Fadel mengangguk secara bersamaan, sedangkan Rachel hanya mengerutkan keningnya tidak paham.

Rachel tidak mengerti apa yang tengah dibahas oleh ketiganya. Hal ini dikarenakan Rachel tidak memiliki sangkut paut apapun dengan hal tersebut. Berita? Inisial pelaku? Orang yang sama? Website sekolah? Rachel benar-benar tak memahami apapun. "Maksud kalian apa, sih? Ini ada sangkut pautnya sama seseorang yang waktu itu nyebarin berita tentang kalian di website sekolah? Yang tentang perundungan beberapa bulan lalu itu?"

Ketiganya mengangguk serentak. Kini Rachel semakin kebingungan. Apakah ia harus mengikuti ketiganya atau tidak? Rachel sendiri belum mengetahui apa hal yang akan terjadi setelahnya. "Jadi, kalian mau ikut game ini?" tanyanya ragu. "Kita gak tau loh kedepannya akan ada hal apa."

Baik Fadel, Hazel, maupun Misya kini termenung secara bersamaan. "Kita harus kasih tau ke Kathrina dan Clara gak, sih? Soalnya mereka yang bisa selesain semua ini. Kita butuh otak cerdas mereka juga untuk selesain ini."

"Tapi, tadi gue udah nanya ke Kathrina sama Clara, keduanya gak dapet kertas ini. Mereka juga keliatan gak tertarik sama hal ini," jelas Misya dengan wajah kesal. "Padahal kalo kita bisa temuin pelakunya, kita bisa kasih pelajaran buat mereka!"

"Betul. Nama baik gue udah tercemar karena berita itu. Gue masih gak terima, kita harus cari pelakunya tanpa Kathrina dan Clara," tegas Fadel sedikit keras kepala. Saat ketiganya tengah serius berbincang dan membuat rencana, Rachel berdeham pelan sembari tersenyum canggung. Gadis itu menggaruk pipi kanannya pelan.

"Gue ... harus ikut atau ngga?"

"Ikut!" ucap ketiganya serentak dengan wajah yakin. Kini, nampaknya Rachel akan ikut terseret ke dalam labirin gelap nan rumit bersama ketiga anggota The Pillars. Dengan pasrah, gadis itu akan mengikuti segala hal yang akan terjadi. Setidaknya ia tidak akan ditinggal sendirian di dalam tenda pada malam hari, bukan?

Obsessed (GitKath)Where stories live. Discover now