Marriage With Benefits - 13

592 42 5
                                    

Rissa masih merasakan kecupan singkat di bibirnya. Daniel terkadang membuatnya terkejut dengan hal yang tidak pernah diduganya. Bagaimana bisa dia jadi diam seketika saat bibir Daniel mendarat di bibirnya meskipun hanya satu detik.

Rissa akui kalau Daniel memang tampan. Ya, Sean dan Daniel memang sama-sama tampan tapi ketampanan Sean itu lebih liar. Daniel tampannya sangat sopan, kalem dan memesona. Rissa menggelengkan kepalanya. Setelah berpura-pura melakukan hubungan intim dengan Daniel mungkin sekarang saatnya untuk melakukannya dengan benar bukan Cuma sekadar meyakinkan Thalita.

"No!" dia berkata kepada dirinya sendiri.

"Jangan berpikir yang nggak-nggak, Riss." Rissa memegangi kepalanya.

"Awww... aw... aw..." Rissa merintih saat tangan Daniel meraba ke bagian sensitifnya.

"Kok kaya orang kesakitan begitu sih?" tanya Daniel heran.

"Ya, kan ini baru pertama."

"Emang kalau pertama itu sakit ya."

Rissa mengangguk.

Thalita, sepupu Daniel tersenyum merekah dari balik kamar pintu kamar Rissa dan Daniel. Thalita ditugaskan tinggal di rumah Daniel untuk mengawasi perkembangan hubungan Rissa dan Daniel. Keluarga Daniel curiga karena mereka menikah dengan begitu terburu-buru. Apalagi kakek Daniel—Herman selalu menuntut Daniel segera menikah agar dia bisa membagi harta warisannya dengan adil seadil-adilnya.

Dia mengintip dari balik pintu. Daniel sengaja membuka sedikit pintu agar Thalita bisa melihat dan mendengarkan apa yang dikatakan Daniel dan Rissa. Mata Thalita memelotot melihat pergumulan dari balik selimut. Daniel dan Rissa berada di bawah selimut. Thalita bahkan memotret adegan dari balik selimut itu. Lalu dia segera menyingkir sebelum diketahui Rissa dan Daniel.

"Daniel..." Rissa berkata lirih.

"Ya."

"Kamu sedang apa?"

"Menurutmu?"

Daniel—entah sedang apa dia dengan kepala berada persis di bagian sensitif Rissa.

"Arggghhhh!" Rissa memekik saat dia teringat masa itu. Saat pertama kalinya Daniel menyentuh bagian sensitifnya hanya demi meyakinkan Thalita.

"Aku nggak menginginkannya!" Katanya lagi pada dirinya sendiri.

"Ada apa?" tanya Daniel sembari membuka pintu dengan wajah panik.

Rissa terdiam. Bibirnya tiba-tiba terkunci.

Daniel mendekatinya. "Ada apa?"

Rissa menggeleng.

"Tadi kamu teriak?" tanya Daniel matanya menyapu seluruh ruangan takut-takut ada sesuatu di kamar Rissa.

"Nggak ada papa. Tadi aku mimpi buruk aja."

"Hah?" Dahi Daniel mengernyit. "Serius? Bukan karena ada kecoa, ular atau setan kan?"

Rissa kembali menggeleng tapi Daniel malah jadi curiga dengan Rissa.

Aneh.

"Thalita udah nggak ada. Kita bebas sekarang." Daniel berbaring di atas ranjang Rissa. Kedua telapan tangannya di bawah kepalanya. Memandang atap kamar Rissa.

"Rasanya enak banget." Daniel memejamkan mata.

Rissa entah bagaimana pikirannya malah kemana-mana. "Apanya yang enak?" tanyanya hati-hati.

Mata Daniel terbuka. Dia menatap Rissa. "Nggak ada Thalita rasanya bebas dan enak banget kan. Kita nggak harus bermesraan setiap saat."

"Oh." Hanya kata 'oh' yang meluncur dari kedua daun bibir Daniel.

"Kamu kok malah kaya sedih begitu? Ngerasa kaya kehilangan Thalita?"

"Nggak."

"Terus kenapa?"

"Nggak papa." Rissa merasa harus bersikap biasa saja karena Daniel sendiri tidak membahas apa pun mengenai kecupan singkat itu. Toh, Daniel melakukan itu hanya agar Rissa terdiam kan.

"Riss," Daniel melirik Rissa.

"Ya."

"Kalau semisal Sean masih sayang sama kamu, kamu bakal mau balikan sama dia?"

"Eh?" Rissa terkejut dengan pertanyaan Daniel.

"Tinggal jawab aja. Nggak usah pake kata 'eh' segala."

"Dia kan udah nikah sama Linda."

"Iya, tapi kamu kan masih sayang sama dia."

"Kata siapa?!" Rissa tampak tidak terima dengan perkataan Daniel.

"Pas Sean nikah sama Linda kamu nangis." Daniel duduk di samping Rissa.

"Nggaklah!" Rissa sewot. "Itu kan cuma nangis doang."

"Jadi, bener nih kamu udah nggak suka sama Sean?"

"Nggaklah. Emang kenapa?"

Daniel tersenyum misterius.

***

Lebih suka baca cerita Daniel-Rissa atau Sean-Linda?

Marriage With Benefit (Adult 21+)Where stories live. Discover now