CHAPTER 14

118 16 4
                                    

BEAU DUDUK DI ATAS KURSI baca yang ada di ruang tengah rumahnya. Ia duduk menghadap jendela, menyaksikan hujan deras turun dari langit kelabu. Sebuah buku lama yang belum pernah ia baca terbuka di kedua pahanya. Awalnya ia berniat menghabiskan waktu dengan membaca, namun ternyata menyaksikan rintik hujan yang menghantam jendela ternyata jauh lebih menarik dari buku yang ia ambil acak dari rak buku di kamarnya.

Kedua orang tua Beau telah pergi ke kota lain untuk menjenguk keluarga yang sakit. Karena mereka hanya akan pergi selama beberapa jam, Beau merasa ia tidak perlu ikut bersama mereka. Lagi pula ia sedang tidak ingin beranjak kemana-mana.

Sejak dua hari yang lalu, Beau selalu memakai kaus lengan panjang di dalam rumahnya untuk menutupi bekas luka yang ia dapatkan dari pecahan kaca di perpustakaan. Ia tidak ingin mendapat berbagai pertanyaan dari kedua orang tuanya. Jika mereka sampai tahu, maka rentetan masalah akan jadi semakin panjang.

Beau dan Fabio sama-sama sepakat untuk tidak memberitahu siapapun tentang kejadian di perpustakaan hari itu, bahkan pada Tristan. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi yang akan diberikan oleh Tristan jika pria itu tahu mereka telah lalai dan mencelakakan diri mereka sendiri. Lebih tepatnya, Beau khawatir Tristan akhirnya akan mengetahui rencananya mencari informasi tentang manuskrip kuno itu ketika ia telah dilarang keras melakukannya.

Beau tidak lagi mendengar kabar dari Fabio maupun Tristan. Ia juga tidak terlalu ingin tahu. Untuk sementara waktu, ia hanya ingin berdiam diri di rumahnya. Sesungguhnya ia masih sedikit dihantui sebuah perasaan aneh semenjak bertemu dengan dua iblis menyeramkan di perpustakaan itu. Ia tidak tahu harus menyebutnya apa. Sebuah perasaan yang tertinggal setelah ia bertemu dengan makhluk yang hampir merenggut nyawanya. Begitu dekat, hingga Beau masih tidak percaya ia bisa kembali ke rumah dan bertemu kedua orangtua nya.

Itu bukanlah kali pertama ia berhadapan dengan maut. Jealachi pernah hampir membunuhnya sekali, dan ia telah dikejar oleh tiga monster iblis yang menginginkan trisula yang ada di tubuhnya. Mungkin Beau harus memikirkan ulang tentang rencana gilanya. Mungkin dalam kesempatan berikutnya, tidak ada lagi yang akan datang untuk menyelamatkannya. Namun apakah dengan berdiam diri saja akan menjamin ia selamat dari iblis-iblis yang mengincarnya?

Beau terjebak dalam sebuah dilema. Apalagi saat kembali memikirkan tentang untaian kode angka yang ia temukan, yang seolah menunggu untuk dipecahkan. Bagaimana jika ia hanya selangkah lagi saja untuk menyelamatkan Fabio dan dirinya sendiri? Atau bahkan menyelamatkan dunia? Akan jadi sia-sia jika ia berdiam diri saja dan menunggu sampai sosok iblis lain datang membunuhnya.

Beau terperanjat kaget ketika tiba-tiba ia mendengar suara dentuman yang cukup keras di sekitar rumahnya. Hujan turun dengan sangat deras di luar, apapun yang telah menyebabkan suara itu pastilah sangat kuat hingga mampu membuat telinga Beau menangkapnya dengan jelas. Beau memasang sikap waspada seketika. Ia segera menutup bukunya dan berdiri dari kursi. Matanya menatap awas. Oh tidak, ini celaka. Orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Tidak ada siapapun yang bisa ia mintai tolong sekarang.

Sebuah suara lain kembali terdengar. Masih berupa suara dentuman, tapi yang kali ini jauh lebih pelan. Asalnya dari depan pintu rumah Ursa. Pemuda itu mulai memikirkan sebuah tindakan pemberontakan. Ia harus menemukan sesuatu untuk dijadikan sebagai senjata perlindungan. Tapi tidak ada apapun di sekitarnya selain sofa dan vas bunga. Ketika ia sedang sibuk memutar otak mencoba memikirkan benda yang tepat untuk dijadikan senjata, saat itulah ia mendengar suara ketukan pintu.

Beau langsung bergeming di tempatnya. Seseorang tengah berdiri di balik pintu. Apakah itu orang tuanya? Itu sebabnya mereka mengetuk pintu?

Kaki Beau melangkah perlahan menuju ruang tamu. Kilatan petir terlihat dari celah di bawah daun pintu, menciptakan sebuah siluet sesosok tubuh. Beau menelan ludah susah payah. Ada sesuatu di dalam hatinya yang menyuruhnya untuk segera membuka pintu itu. Namun perasaan takut juga memburunya, sehingga ia hanya berdiam diri selama beberapa saat sampai akhirnya suara ketukan lain kembali terdengar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Black Feathers [FORCEBOOK]Where stories live. Discover now