Bab 25 - Keberadaan sang pemilik ketulusan

1.9K 251 32
                                    

"Saya berhenti jadi public figure"

Padahal Fero masih dalam posisi semula, merengkuh tubuh Abil sembari memberikan pengakuan mengejutkan. Tapi, beda halnya dengan Abil yang segera melepas diri. Ia lebih memilih menatap raut wajah pria yang begitu enteng mulutnya berkata.

"Kalo bicara tuh jangan sembarangan kak!"

"Saya serius. Saya mundur jadi public figure"

Sembari Abil mencerna perkataannya, Fero meraih tangan Abil kemudian menggandengnya berjalan, ke arah ruangan. Guna mencari sebuah bolpoin untuk sekedar menandatangi surat keputusan yang tidak ia pikirkan menggunakan waktu yang cukup.

Sebelum ujung benda panjang yang di apit menggunakan tiga jemarinya itu bersentuhan dengan kertas, Abil segera menarik kertasnya dari atas meja. Bagi Abil, tindakan Fero cukup gegabah.

"Kenapa bil?" Tanyanya seolah tak ada apa-apa.

"Ini keputusan besar kak, jangan asal. Pikirkan dengan baik!"

Mendengar Abil menegaskan, Fero justru tersenyum. Meredam kilatan amarah serta kegeraman yang Abil simpan dalam matanya.

"Saya sudah memikirkan ini dengan sangat baik bil"

"Gak mungkin cukup hanya dalam waktu beberapa jam kak. Kakak butuh waktu minimal tiga hari untuk ambil keputusan ini."

Fero berlagak santai, menutupi keberatan hatinya menyetujui keputusan ini. Tapi pada sisi pandangnya, sepertinya ini keputusan terbaik yang akan ia ambil. Sebab profesi yang sekarang membuatnya cukup terkekang tanpa mengenal kebebasan sedikitpun.

"Bil, surat ini hanya tinggal saya tanda tangani..."

"Wait, aku mau baca dulu kak!"

Abil membuka selembar surat keputusan yang Fero terima dari manager nya. Mata Abil fokus membacanya tanpa ada yang terlewati. Tertulis dengan jelas di sana.

2 kesalahan fatal yang pernah Fero lakukan dan mengganggu kenyamanan publik.

1. Tidak hadir di acara on air tanpa alasan pasti.
2. Tidak mampu menyimpan rapat foto yang dapat mengundang hujatan.

"Kak.." cicit Abil.

"Kesalahan pertama, itu kan gara-gara aku!"

Abil ingat, malam itu. Saat dirinya begitu ceroboh sebab takut, lalu ia membawa motor tanpa hati-hati dan akhirnya musibah harus menghampiri. Abil jatuh, niatnya meminta bantuan sang Kakak, justru yang datang malah Fero.

"Saya yang inisiatif sendiri, kamu gak ada salah apapun"

"Tapikan...."

"Kemauan saya, resiko saya yang tanggung, kamu bukan bagian dari kesalahan."

Abil menghela nafas, menurunkan matanya lagi pada kertas yang masih terbuka lebar dalam genggamannya. Dua kesalahan fatal itu ternyata memberatkan publik. Tapi di dalam surat ini tidak ada paksaan pemberhentian. Yang Abil baca adalah sang bersangkutan boleh melanjutkan dunia entertainment dengan syarat berhenti selama 6 bulan sampai masalah beres total, opsi kedua yang bersangkutan boleh mengundurkan diri dengan ketentuan tertentu, yang  artinya ia tidak lagi bagian dari perusahaan musik dan tidak lagi dapat disebut sebagai public figure.

Abil merotasi kan matanya dari kertas, pada Fero, "kak Fero mengundurkan diri?"

"Iya"

"Kenapa?!" Abil terlihat begitu menuntut sebuah jawaban.

"Karena percuma saya bertahan, waktu kosong saya juga lama. Untuk apa? Lebih baik saya mundur dan saya bangun karir selanjutnya."

Jawaban Fero masuk akal, tidak sama sekali membuat Abil bingung. Abil paham, berat untuk Fero mundur tapi pria itu memikirkan beberapa langkah kedepan. Kesalahannya saat ini, adalah resiko dari masa lalu yang mungkin saja sedang Fero kubur dalam-dalam. Jika pria itu bertahan menjadi publik figur, yang ada hujatan padanya semakin memuncak. Ungkitan masa lalu akan semakin meningkat bahkan bertahan lama.

Pintu yang samaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora