XII

209 28 6
                                    

Hari ini Wooyoung bangun lebih pagi dari biasanya. Jam baru menunjukkan pukul 06:05, matahari pun masih malu-malu untuk menampakkan diri. Namun, pemuda yang satu ini sudah menyibukkan diri berkutat dengan peralatan masak yang ada di dapur. Wooyoung sengaja bangun lebih pagi dan bersiap lebih awal karena ia ingin memasak sarapan. Mengingat ibunya, Jessica yang biasanya sudah menyiapkan sarapan untuk keluarga belum pulang dari luar kota. Jadi, Wooyoung berinisiatif untuk memasak sarapannya sendiri. Dengan mengandalkan kemampuan memasaknya yang cukup baik itu, Wooyoung yakin masakannya pasti tidak akan gagal. Ini bukanlah pertama kalinya Wooyoung menyentuh peralatan memasak, ia sudah cukup ahli sebelumnya.

Wooyoung memasak dua porsi makanan, yang satu untuk dirinya dan yang satu untuk San. Selesai Wooyoung memasak, ia tidak lupa membereskan semua alat-alat yang sudah ia gunakan dan menatanya seperti semula. Wooyoung menaruh dua piring berisi masakannya itu di atas meja makan, setelah itu ia hendak memanggil San untuk segera mengajaknya sarapan bersama. Tapi, ternyata San sudah turun lebih dulu dan menghampiri Wooyoung yang ada di dapur.

"Morning." Sapa San dengan senyuman yang terukir di wajah tampannya.

"Too," Wooyoung membalas dengan mengukir senyum manis juga di wajahnya. "Ini sudah aku siapkan sarapan untukmu." Wooyoung menyodorkan sepiring makanan yang telah ia masak itu kepada San.

"Terima kasih. Rasanya seperti kita adalah pasangan yang sudah menikah, dan kamu yang memasak sarapan untukku." San terkekeh pelan sembari menarik kursi dan duduk di meja makan, sedangkan Wooyoung menahan diri untuk tidak salah tingkah di hadapan San.

Wooyoung berdecih pelan, "Omong kosong."

"Itu bukan omong kosong, kita akan menikah di masa yang akan mendatang jika kamu lupa."

"Ya, aku tahu, tapi itu masih lama. Kau harus menempuh pendidikan lagi setelah lulus sekolah, karena kau harus bekerja di perusahaan milik ayahku. Dan setelah kau bekerja, barulah kita akan menikah. Sudah, jangan banyak bicara dan cepat makan sarapanmu setelah itu kita bisa berangkat." omel Wooyoung kepada San.

San mulai menyuapkan sesendok makanannya dan ia terkejut dengan masakan Wooyoung yang ternyata di luar dari ekspektasinya. Ia kira masakan omega itu akan terasa biasa saja atau bahkan mungkin saja terasa kurang enak, karena ia tidak pernah melihat Wooyoung memasak sebelumnya. Ia hanya sering melihat Wooyoung memesan makanan lewat delivery, maka dari itu San mengira bahwa Wooyoung tidak bisa memasak. Namun, fakta membuktikan bahwa masakan Wooyoung sangat cocok di lidahnya. San jadi tidak harus berpura-pura menikmati masakan Wooyoung kalau saja masakannya tidak enak, karena nyatanya ia menikmati masakan omega itu.

"Wah, aku baru tahu kamu pandai memasak." ujar San dengan mulutnya yang sibuk mengunyah makanan.

"Aku memang bisa memasak, tapi jarang memasak karena malas. Apa masakanku enak?"

San menganggukkan kepalanya, "Ini enak, aku kira rasanya akan biasa saja, ternyata rasanya sangat cocok di lidahku."

"Sungguh? Kau tidak berbohong 'kan?" tanya Wooyoung sedikit meragukan.

"Jika tidak enak, aku tidak akan memakannya. Aku tidak bisa berbohong kalau soal makanan."

Acara sarapan Wooyoung dan San di pagi itu akhirnya selesai. Setelah memakan sarapan, mereka segera berangkat menuju ke sekolah. Wooyoung dan San tidak berangkat berboncengan seperti kemarin. San sempat menawarkan kepada Wooyoung untuk berangkat bersamanya saja, namun Wooyoung menolak. Ia ingin mengendarai motor miliknya sendiri saja.

Wooyoung dan San melaju pergi meninggalkan kawasan Pack Ares. Mereka melaju dengan kecepatan yang selaras, sehingga sekarang mereka berkendara secara beriringan. Sesekali Wooyoung menolehkan kepalanya ke samping, ke arah San yang berkendara tepat di sampingnya. Di balik helm full face yang dikenakannya, bibir Wooyoung menarik seringai tipis yang tidak bisa dilihat oleh San. Wooyoung melajukan motornya mendahului San, seolah ia mengajak San untuk berbalapan dengannya. San yang tidak mau kalah itupun menambah kecepatan motornya, ia berusaha untuk menyalip Wooyoung. Namun, sepertinya omega itu memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, saat kedua netranya mendapati San yang berusaha untuk mengejarnya dari kaca spion, ia semakin menarik gas dengan kuat. Berusaha sekuat tenaga agar San tidak dapat menyalipnya. San yang melihat itu akhirnya mengalah dan tidak mau meladeni sikap kekanakan Wooyoung yang bisa saja membahayakan diri mereka di jalan raya.

FATE [Woosan/Sanwoo]Where stories live. Discover now