Wooyoung dan Mingi telah berada di cafe yang biasa mereka kunjungi selepas pulang dari sekolah. Mereka memesan minuman seperti biasa dan bercengkrama.
"Jadi, kau ingin cerita tentang apa tadi yang di sekolah?"
"Oh itu, hmm aku hanya ingin meminta saran darimu." Wooyoung menghela napasnya pelan sebelum melanjutkan, "Aku harus bagaimana, Mingi... semenjak aku mengetahui bahwa San adalah mate ku, perasaanku mulai tidak sejalan dengan pikiranku. Di dalam pikiranku, aku terus saja tidak menyukai keberadaan San yang ada di dekatku, sementara perasaanku berkata lain. Hati kecilku seolah berkata bahwa aku tidak seharusnya membenci San. Tapi, entahlah, aku juga bingung."
Mingi menatap sahabatnya yang nampak frustasi itu. "Kalau menurutku, kau harus mulai menerima kehadiran Choi San di dalam hidupmu. Terlepas dari perjodohan kalian, mau tidak mau kau harus menerima dia karena dia adalah mate mu. Kau dan San sudah ditakdirkan oleh Moon Goddes untuk menjadi pasangan, Wooyoung. Kau tahu akibatnya jika me-reject pasanganmu sendiri 'kan?"
"Kalau kita sama-sama tidak saling menginginkan, itu tidak masalah bukan?"
"Iya kalau seandainya seperti itu, tapi jika malah San tidak ingin me-reject dirimu, bagaimana?" Wooyoung terdiam karena ucapan Mingi.
"Lagipula, untuk apa me-reject nya? Kau dan San juga akan dijodohkan. Jadi, cobalah terima saja kehadirannya. Omega di dalam dirimu tidak bisa munafik seperti dirimu, Wooyoung. Omega milikmu dan alpha milik San sudah terkoneksi satu sama lain. Itu sebabnya perasaanmu tak sejalan dengan pikiranmu. Ikuti saja apa kata hatimu."
"Tapi, aku harus mulai darimana? Aku bahkan sangat canggung jika harus berhadapan dengan dia." Wooyoung mengaduk-aduk minumannya tanpa minat, ia bingung harus memulai darimana agar dirinya dapat menerima San.
Mingi tampak berpikir sejenak, "Hmm, mungkin kau bisa mulai dengan berangkat sekolah bersamanya."
"Apa?! Kau gila, itu tidak mungkin terjadi. Bagaimana caraku untuk bisa mengajaknya pergi ke sekolah bersama? Tidak, tidak, itu tidak bisa aku lakukan. Cara yang lain saja."
"Apa susahnya? Kau hanya perlu mengajaknya untuk pergi bersama. Itu tidak akan sesusah seperti yang dibayangkan, coba saja."
"Jelas itu lebih susah dari bayanganmu. Coba kau berada di posisiku, itu tidak mungkin bisa dilakukan dengan mudah."
"Ya sudah, kalau begitu coba dengan cara lain, seperti mengajaknya bermain game bersama misalnya. Terdengar lebih menarik, bukan?"
"Sama sekali tidak menarik. Bagaimana aku bisa mengajaknya untuk masuk ke dalam kamarku dan bermain game bersama? Itu tidak mungkin, kita akan menghabiskan waktu dengan penuh kecanggungan."
"Hmm, bagaimana kalau mengajaknya pergi nongkrong di cafe? Mungkin saja San juga suka nongkrong di cafe. Kalau di cafe kan tidak hanya ada kalian berdua, ada orang lain juga. Jadi, tidak terlalu canggung."
"Tetap saja itu terasa canggung, aku tidak-"
"Astaga, terserah kau saja! Sudahlah, aku lelah memberimu saran. Semuanya kau tidak setuju. Terserah kau saja ingin bagaimana, aku tidak akan ikut campur."
"Ayolah, jangan bersikap seperti itu, Mingi aku sangat memerlukan saran darimu."
Mingi hanya diam sembari meneguk minumannya tidak menggubris permohonan Wooyoung.
Wooyoung menghela napasnya dan memutarkan bola matanya dengan malas, "Ck, okay okay, aku akan mencoba salah satu saran darimu. Aku akan mengajaknya berangkat ke sekolah bersama mulai besok."
"Baiklah, itu bagus. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali, bukan? Nanti beritahu aku bagaimana antara kau dan San." Mingi tersenyum puas karena Wooyoung mau mencoba saran darinya.
YOU ARE READING
FATE [Woosan/Sanwoo]
Fantasy[ABOVERSE] ❝ 𝐍𝐲𝐚𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐒𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐖𝐨𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 ; 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫. ❞ • BxB Area! • Homophobic DNI! Start : 0102...