BAB 27

42 6 0
                                    

27. Menikah

🦋

Waktu terus berlalu, cahaya jingga menerobos masuk di sela gordon kamar gadis itu. Tubuh yang di balut mukena berwarna merah muda itu bergetar lantaran isak tangis yang tak tertahan.

Ketukan pada pintu kamarnya membuat si gadis terkejut segera ia berdiri dan membuka pintu.

"Belikan gas, saya mau masak!" perintah ibunya dengan nada tinggi.

Suara kendaraan yang berlalu lalang di tambah dengan bisik bisik para tetangga membuat gadis itu menunduk.

"Yuhu.." panggil kak fevi yang duduk di teras rumahnya bersama sang suami.

"Tadi malam pengumumannya kan dek? Gimana hasilnya?" tanya kak fevi membuat Anyelir lagi dan lagi kembali ingin menangis.

"Penantian 3 tahun ku berakhir sia-sia kak." jawab Anyelir seadanya.

Lalu gadis itu melanjutkan langkah, sesampainya di warung ia pun membeli pesanan sang ibu dan mengucapkan terimakasih pada pemilih warung.

"Ayuk dengar kamu nggak lulus ipdn ya Ann?" tanya Bu Habibah.

Anyelir hanya mengangguk lantaran tak punya tenaga.

"Udahlah umur udah 20 tahun nggak usah ngimpi jadi sarjana kamu ini! Nggak usah ngimpi jadi praja ipdn kamu tu siapa? anak buruh sadar diri deh!"

Anyelir berbalik tak ada niatan menjawab ucapan sang tetangga. Matanya berkaca sejak melihat hasil pengumuman ia merasa sangat terpukul. Untuk yang ketiga kalinya gadis itu kembali gagal.

Memilih abai ia berjalan tergesa-gesa kembali ke rumah.

"Sesuai kesepakatan, gagal ipdn kamu akan menikah dengan Ryan besok pagi." ucap Ibu tak berperasaan.

Anyelir itu menaruh gas di dapur dan berlari masuk kedalam kamarnya melepas hijab yang di genakan menyumpalnya ke dalam mulut gadis itu menangis kembali dengan suara tertahan.

Pagi hari pun tiba. Anyelir duduk di meja rias kamarnya dengan baju pengantin dan riasan yangembuatnya tampak menyedihkan.

Air matanya tak henti berjatuhan, rasanya menyakitkan. Menikah dengan laki laki yang terpaut 7 tahun tak pernah terlintas di otak Anyelir.

Lagi dan lagi dunia menertawakannya. Lagi dan lagi dunia mempermainkan nya.

Sepasang bodyguard yang menjaga Anyelir nampak menahan sesuatu wajah keduanya memerah. Wanita wanita itu memegang pantatnya, dalam linangan air mata Anyelir menahan tawa. Tak sia-sia ia menambahkan 5 sendok cabai ke dalam soto wanita wanita itu.

"Kamu jangan kemana mana, kita nanti ke sini lagi"

Perginya kedua orang itu membuat Anyelir tersenyum cerah. Di lepasnya hak tinggi yang terasa tak nyaman itu.

Selanjutnya sebuah as berukuran besar itu di lemparnya keluar jendela. Di bantu oleh Kak fevi dan suaminya Anyelir berhasil kabur meski tak sempat berganti pakaian.

Menyetop taxi secara acak ia pun meminta sopir taxi mengantarkannya ke bandara.

Di lain tempat sekampung di hebohkan dengan suara tangis Ryan sosok laki laki yang akan di jodohkan dengan Anyelir.

Laki laki itu menangis seperti bocah yang kehilangan mainannya.

"Aduh ibu bagaimana ini? Ryan tidak jadi beristrikan Anyelir?" tanyanya pada sang ibu.

Sementara Ibu Anyelir menunduk malu. Sebagai kepala keluarga bapak meminta maaf kepada seluruh tamu undangan.

Di dalam pesawat Anyelir diam cukup lama ia berperang dengan isi kepalanya yang berkecamuk.

Anyelir dan lukanyaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora