AFFERO 46 - Deep Talk Nindi and Dyezra

7 1 0
                                    

•••

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.



"Nin, bisa minta waktu lo sebentar nggak? Ada beberapa hal yang pengen gue omongin sama lo."

Winata Eska Anindita menatap tak percaya pada eksistensi Dyezra yang berdiri di pintu kamarnya dan mengajak ia berbicara empat mata. Semenjak menjadi saudara tiri Dyezra, gadis itu tidak pernah sekalipun mengajaknya berbicara berdua walau hanya sebentar. Ia tahu, Dyezra belum bisa sepenuhnya menerima ia sebagai anggota Keluarga Wijaya. Terlebih lagi karena sikap mamanya yang buruk.

Akan tetapi, ada apa dengan hari ini? Kenapa Dyezra tiba-tiba saja ingin berbicara berdua dengannya? Kira-kira apa yang akan mereka bicarakan?

"Eum, sebenarnya aku-"

"Gue tau. Mungkin ini terlalu tiba-tiba buat lo, tapi gue mohon. Kali ini gue minta tolong banget sama lo. Mau, ya? Gue tunggu di teras depan rumah."

Dyezra tersenyum.

Senyum tulus yang sangat jarang ia lihat dari saudara tirinya. Senyum yang hanya ditunjukkan Dyezra pada orang-orang terdekatnya.

Apakah Dyezra sudah mulai menganggapku sebagai saudara?

Nindi tidak bisa menahan perasaan senang yang timbul dalam dirinya. Ia dengan cepat mengangguk sambil membalas senyum Dyezra dengan netra berbinar ceria. "Iya, Ra. Ayo kita bicara di teras depan."

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓


Teras Depan, Rumah Keluarga Wijaya.

Dyezra menatap pemandangan halaman rumah yang penuh tanaman hias itu dengan tatapan menerawang. Membuat Nindi jadi ikut melakukan hal yang sama sembari memasang telinga baik-baik dan menunggu Dyezra angkat bicara.

"Kita udah kelas dua belas, Nin. Kita udah sama-sama dewasa. Kamu tahu itu, 'kan?"

Nindi mengangguk. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Dyezra. Akan tetapi, entah kenapa nada suara saudara tirinya itu terdengar sangat putus asa. Seolah ada masalah besar yang disembunyikannya. Seolah ada beban berat yang ditanggungnya.

"Aku ingin minta maaf padamu karena telah bersikap buruk selama ini." Dyezra menghela napas. Ia menoleh, menatap Nindi dengan netra yang mulai berkaca-kaca. Ia teringat dengan sikapnya yang selalu memusuhi saudara tirinya tersebut. "Aku tahu kalau tidak seharusnya aku melimpahkan semua kekesalan dan rasa kecewaku padamu."

Nindi mendekatkan posisi duduknya, lalu mengelus bahu Dyezra yang mulai menangis guna untuk menenangkan gadis itu.

"Selama ini akulah yang egois."

"Itu tidak benar, Dyezra." Nindi menyahut cepat dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kalau aku ada di posisi kamu, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama. Karena faktanya, memang tidak mudah untuk menerima orang baru dalam kehidupan kita. Apalagi kalau orang tersebut yang juga menorehkan luka pada dada."

Dyezra terkekeh dan mengangguk. Ia setuju dengan perkataan Nindi. Memang tidak mudah untuk menerima semuanya, tapi ia juga tidak seharusnya bersikap egois. Sudah saatnya ia berdamai dengan keadaan. Ia sudah bukan anak-anak lagi. Bahkan ia akan lulus SMA sebentar lagi.

"Kamu benar, Nin. Aku juga akan minta maaf pada Tante Mala."

Nindi tersenyum manis hingga kedua matanya menyipit. "Tapi sebelum itu, bolehkah aku tahu apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan?"

Deg!

Nindi memang tidak salah. Masih ada sesuatu yang ingin Dyezra sampaikan, dan ini seperti sebuah permintaan sebelum ia fokus menggapai masa depan serta cita-citanya. "Aku hanya ingin kamu berjanji kalau kamu akan menjaga Diorza dan keluarga ini selama aku pergi nanti."

"Ke mana?" Ekspresi Nindi seketika berubah cemas. "Kamu mau pergi ke mana, Dyezra?" Ia menatap saudara tirinya yang tengah mengusap jejak-jejak air mata pada pipinya itu dengan cemas.

"Aku hanya pergi untuk mengejar cita-citaku." Dyezra mengeluarkan surat pemberitahuan yang diberikan Tante Riani dan menunjukkannya pada Nindi.

Netra Nindi menelusuri kata demi kata dan kalimat demi kalimat yang tertera dalam kertas putih bertinta hitam di tangannya. "Lo-london? Kamu mau pergi ke London?!"

"Ya, begitulah."

Seolah tidak puas dengan jawaban Dyezra, kini Nindi menatap penuh pada eksistensi sang saudara tiri di sampingnya. "Sama siapa? Bunda kamu?"

"Iya, sama Bunda. Setelah hari kelulusan nanti, aku akan langsung berangkat." Dyezra memainkan jari-jarinya dengan tatapan yang tak lepas dari hamparan hijau rumput di halaman rumah. Gadis itu menggigit bibirnya kala teringat kebohongan yang Fero lakukan, dan percakapannya dengan Mr. Antonio tadi siang. "Jadi aku ingin kamu berjanji kalau kamu akan menjaga keluarga ini dengan baik selama aku menempuh pendidikan di sekolah modelling yang ada di sana."

"Kamu sudah bicarakan ini dengan Papa?"

Dyezra menggelengkan kepala, membuat surai panjangnya jadi ikut berayun lembut. "Belum. Aku belum membicarakannya dengan Papa, tapi aku tahu kalau beliau pasti juga tidak akan melarang. Karena Papa tahu kalau aku ingin sekali menjadi model terkenal seperti Bunda."

"Kamu benar." Nindi kembali mengulas senyum kecil. "Papa Bima pasti tidak akan melarang dan menghalangi apa yang dicita-citakan oleh putri kesayangannya." Nindi mengepalkan tinjunya ke atas. Berusaha memberikan suntikan semangat pada sang saudara tiri, Dyezra Wijaya Alengka.

"Kamu pasti bisa, Dyezra! Tunjukkan pada semua orang kalau kamu akan jadi sosok perempuan yang berhasil. Soal Diorza dan Papa Bima, kamu tenang saja. Aku pasti akan menjaga mereka dengan baik bersama Mama di sini."

Ya. Dyezra tahu kalau tanpa diminta sekali pun, Nindi pasti akan menjaga keluarga ini dengan baik. Ia mengatakan ini bukan semata-mata karena ia akan pergi meninggalkan rumah ini saja, tapi juga karena rasa bersalahnya pada sang saudara tiri karena sikap buruknya selama ini. Ia tidak ingin ada penyesalan di akhir.

Netra kecoklatan milik Dyezra kembali berkaca-kaca. Ia memberanikan diri untuk memeluk Nindi, dan ternyata juga dibalas oleh sang empunya dengan senang hati. Betapa bersyukurnya ia sekarang, karena memiliki saudara tiri yang pengertian dan sabar seperti Winata Eska Anindita. Padahal ia sudah bersikap begitu buruk pada gadis baik ini.

"Makasih banget, Nindi. Lo emang saudara terbaik gue."

"Sama-sama, Dyezra. Semangat terus, ya! Kamu pasti bisa menggapai cita-cita kamu."

"Tentu. Aku pasti bisa menggapainya. Terlepas dari berbagai rintangan yang akan aku hadapi nanti. Yang jelas, aku tidak akan menyerah sebelum berhasil menggapai cita-cita."



Aaaa, akhirnya si Dyezra luluh juga ya, Nin😍  Seneng banget deh lihat kalian berdua akur begini🥰

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Aaaa, akhirnya si Dyezra luluh juga ya, Nin😍  Seneng banget deh lihat kalian berdua akur begini🥰

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt