Bab. 21

31 8 0
                                    

Allen membuka pintu kamar mandi, sedikit terkejut mendapati Jena berdiri di depan pintu kamar mandi beberapa senti darinya. Mungkin wanita itu hendak bersuci guna menunaikan salat subuh

"Saya mau ke Masjid, mau sekalian bareng?"

Daripada hanya diam rasa canggung kian melingkupi keduanya lebih baik membuka topik obrolan, walau Jena tampak datar pun enggan bersitatap.

"Saya salat di rumah saja," jawab Jena akhirnya, lalu menginterupsi Allen untuk bergeser karena hendak masuk kamar mandi.

Begitu Allen bergeser Jena cepat masuk, namun sebelum menutup pintu, menoleh sekilas ke arah sang suami seraya berkata. "Nanti biar saya yang buat sarapan, gantian."

Allen pun mengangguk saja. Memang biasanya pihak suami yang memasak. Namun, karena perintah pihak istri, Allen nurut saja. Walau tak apa ia saja yang memasak karena memang pekerjaannya.

Dulu Allen mengira salah jurusan saat kuliah, tapi setelah menekuni dunia masak seperkian tahun ia mulai jatuh cinta pada kegiatan mengolah makanan. Memang tidak sepenuhnya bisa disebut passion, tapi bisa mengolah makanan dengan hasil enak di lidah, ia bangga pada diri sendiri lantaran tak hanya pandai menghabiskan makanan saja.

Setelah salat subuh selesai Jena berlanjut pergi ke dapur guna memasak untuk sarapan. Begitu membuka isi kulkas terdapat; sayur mayur, telur, tempe, tahu, daging ayam dan lain sebagainya yang kemarin Bi Ira bawa sekaligus asisten rumah tangga itu ingin bersilaturahmi dengan istri Allen.

Mau masak apa kira-kira? Jena diam memandangi isi kulkas.

Kalau masak ayam pasti membutuhkan waktu lama, mengingat ia jarang sekali memasak olahan ayam pun daging lainnya. Belum lagi harus beberes rumah walau tinggal menyapu lantai saja, masalah gerabah sudah ia cuci tadi malam.
Pun kalau memasak ayam juga tidak enak sama sekali, ada rasa malu tersendiri jika yang makan adalah seorang chef tapi masakan sang istri justru payah.

Baiklah, berhenti overthinking.

Tidak ingin mengulur waktu lebih lama, Jena memutuskan memasak bacem tahu. Masih pagi jadi perut jangan diisi makanan pedas dahulu, ide bagus!

Jena mulai mencuci tahu kulit terlebih dahulu menggunakan air mengalir di wastafel. Mengupas bawang putih, bawang merah, kemudian mencucinya. Setelah dicuci, ia pun memotong bawang merah terlebih dahulu.

Memasukan bawang putih tadi ke dalam cobek, menambahkan kemiri, ketumbar, garam secukupnya pun menghaluskan bumbu menggunakan ulekan.

Pertama panaskan minyak goreng, setelah dirasa panas ia memasukan bawang merah ke dalam wajan, menggoreng sampai harum sebelum memasukan bumbu halus dalam cobek ke wajan.

Oh iya, ia tidak punya daun salam sebagai tambahan. Sayangnya, memang kemarin Bi Ira membeli seadanya, baiklah tidak perlu pakai daun salam juga tak apa, walau lebih baik pakai.

Aroma bawang merah sudah menguar, Jena memasukan bumbu halus tadi ke dalam wajan, menambahkan irisan gula Jawa secukupnya dan menggorengnya. Di rasa bumbu setengah matang, Jena memasukan tahu dan mengaduknya sampai tercampur merata dengan bumbu.

Tidak lupa menambahkan air secukupnya, di aduk perlahan pun menambahkan kecap manis seperlunya.

Tadi malam saat tidak bisa tidur, selain mencuci gerabah baru Jena memakai waktu guna memasak nasi daripada hanya di dalam kamar mencoba memejamkan mata tapi tak kunjung terlelap. Setelah tahu bacem matang, ia pun menyajikan dalam piring dan meletakan lauk tersebut ke dalam tudung saji.

Lauk yang sederhana, ia bisa menambahkan telur goreng sebagai teman tahu bacem. Tepat saat Jena menggoreng telur ia mendengar pintu depan baru saja terbuka dan detik berikutnya ditutup. Pasti Allen baru saja pulang.

TAUT | Kim Mingyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang