Bab. 20

37 11 2
                                    

Sekitar lima belas menit dalam mobil perjalanan menuju rumah kontrakan tak ada obrolan, hanya suara deru mesin dan beberapa kendaraan lalu lalang dari luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekitar lima belas menit dalam mobil perjalanan menuju rumah kontrakan tak ada obrolan, hanya suara deru mesin dan beberapa kendaraan lalu lalang dari luar. Baik Allen maupun Jena sama-sama diam.

Mereka akan tinggal di rumah kontrakan sesuai kesepakatan kedua belah pihak orang tua pun kesepakatan mereka sendiri. Masalah membeli rumah, bisa dipikir nanti yang terpenting terbiasa tinggal satu atap.

Merasa sunyi, ingin menghidupkan suasana Allen memutar musik supaya tak jenuh. Mereka berangkat pukul enam pagi dari rumah orang tua pihak wanita, tak heran bila udara dari luar amat terasa meremas kulit lantaran sengaja kaca mobil dibuka.

Sesekali melirik Jena, sedari duduk manis di sampingnya wanita itu sibuk berkutat dengan ponsel, tak ada niat ingin mengobrol dengan suami. Namun, saat mendengar lagu Hindi atensi sang istri beralih pada Allen sebentar seraya menikmati irama musik.

"Suka lagu Hindi?"

Allen melirik sembari mengangguk, ia tidak salah lihat, kan? Jena bertanya dengan nada lembut dan tersenyum tulus. Sungguh senyuman yang baru pertama kali Allen lihat karena biasanya wajah wanita di sampingnya itu selalu datar. Bahkan, waktu acara pernikahan lusa lalu Jena seperti memasang senyum terpaksa.

"Ya. Suka juga?"

"Suka, karena saya terbiasa mendengar adik saya memutar lagu Hindi," jawab Jena tanpa menoleh pada lawan bicara, fokus pada jalanan depan pun teringat akan sang adik.

Mereka tidak dekat, namun bukan berarti gagal mengetahui segala hal yang menjadi kegemaran Jeha, seperti bermain gitar sambil bernyanyi lagu asal negara India. Huff, ia jadi rindu pada adik manisnya, terakhir saling sapa lewat aplikasi hijau sebelum Jena resmi melangsungkan pernikahan.

Memberi ucapan selamat pun permintaan maaf tak bisa datang pada acara pernikahan karena sedang sibuk dan sama sekali tak bisa diganggu. Ingin bertanya lebih lanjut sesibuk apa, namun karena merasa kurang dekat Jena urungkan. Bisa saja itu alasan Jeha karena malas bertemu Ayah.

"Punya adik?" tanya Allen, berfikir selama ini Jena adalah anak tunggal kaya raya.

Menoleh sekilas sebelum fokus pada jalanan. "Iya, adik perempuan. Tapi dia sengaja tinggal di kontrakan, demi pekerjaan."

Allen pun mengangguk. "Jadi sama-sama suka lagu bollywood?"

Jena pun mengangguk lemah.

Bicara lagu bollywood Allen langsung teringat Jeha, masih pantaskah wanita itu ia sebut kekasih? Tak saling kabar pun tak saling sapa sesuai permintaan Jeha, sama-sama dewasa seharusnya bisa menempatkan posisi, mereka bukan lagi sepanjang kekasih, menjadi sekadar teman saja sekarang tidak bisa dan akhirnya memilih berpisah saja membiarkan semua bekerja sesuai kinerja semesta.

Berat, sakit bercampur rindu menjadi satu. Namun Allen harus mulai membiasakan diri, ada lembaran baru yang harus ia jalani walau tanpa Jeha. Bisa tidaknya, jalani saja.

TAUT | Kim Mingyu✓Where stories live. Discover now