Bab 51

21 1 0
                                    

Diruang keluarga rumah Keyra dan devano sedang terjadi keheningan yang membuat suasana terasa kaku dan beku.

Andini dan sinta menatap bayi yang sedari tadi berada dalam gendongan keyra.
Mereka bertanya-tanya dalam hati siapa bayi itu? Dan dari mana keyra mendapatkannya.

"Anak siapa itu?." tanya Edwin setelah lama diam,ia menatap anak dan menantunya secara bergantian.

Sedangkan yang ditanya malah menunduk tidak berani menatap sama sekali, keyra menatap lantai yang ia injak dengan perasaan yang tak karuan.

"Sayang kalau ditanya itu dijawab!." tekan Edwin cukup kasar.

"Ayah jangan kasar sama istriku, sekarang dia sudah jadi tanggung jawabku." bela devano dan menyentuh pergelangan tangan istrinya dengan lembut.

"Ini anak Marissa ayah, dan keyra akan rawat anak ini seperti anak keyra sendiri." akhirnya keyra menjawab pertanyaan yang sedari tadi ada dibenak orang tuanya.

Granda dan edwin saling tatap dan tak habis pikir dengan keyra.
"Marissa?yang udah bikin kamu terluka dan koma itu kan? Ngapain kamu rawat anak dia!." ketus edwin dan menahan gejolak amarah dalam dadanya.

Keyra hanya diam dan pergi meninggalkan ruang tamu,dia tidak ingin baby Navan merasa terganggu dengan teriakan ayahnya nanti.

Melihat kepergian keyra Membuat Edwin memijit pelan kepalanya,ia pusing harus merespon seperti apa.

"vano kamu kan tau marissa itu berniat buat hancurin keluarga kamu nak,tapi kenapa malah ngijinin istrimu buat rawat bayinya?." tanya andini dengan lembut kepada devano.

"wanita itu sudah meninggal ma!
Dan devano hanya bisa ikutin kemauan istri devan karna gak mau nantinya istri devan merasa sedih." jelas devano .

"Keluarganya kan ada." sahut Granda tak setuju dengan keputusan anaknya.

"Devano mohon jangan hakimin istri devan Dan jangan katakan hal yang nyakitin hati dia." mohon devano dan segera pergi meninggalkan ruang tamu.

.........

Devano memeluk tubuh istrinya dari belakang dan meletakkan dagunya pada bahu sang istri.

"Mas Ayah sama bunda gak setuju ya kalau key rawat baby Navan?.
Mas, yang salah itu mamanya baby Navan bukan baby Navannya." rajuk keyra  matanya pokus menatap keluar balkon.

"Iya sayang kamu gak salah kok malahan mas bangga sama istri mas karna mau rawat bayi itu." puji devano berusaha membuat mood istrinya kembali membaik.

"Baby Navan mas namanya." koreksi keyra yang membuat devano terkekeh pelan.

"Iya baby Navan sayang, makannya Istri mas ini harus bujuk ayah sama bunda agar setuju dan juga sayang sama baby Navan.
Urusan mama dan papa biar mas yang urus ok!." nasehat devano dengan lembut.

Keyra mengulum senyum manis dan segera berbalik badan, ia menatap wajah suaminya dengan sayang dan segera memeluk tubuh kekar devano.
"Makasi dah ngertiin key mas, key beruntung bangat jadi istri mas." ujar keyra dengan tulus.

"gak ada sejarahnya makasi buat suami yang,kan ini udah kewajiban mas." kekeh devano sembari mengelus kepala istrinya.

"Kamu tidur aja ya sayang, biar mas yang masang box baby Navan dan beresin kelengkapan lainnya, istri mas ini pasti capek bangat." sambil menggendong tubuh keyra dan membaringkannya diatas ranjang mereka.

"Sutttt! Biar mas yang jagain baby Navan
Istri mas cukup tidur aja." devano meletakkan jarinya dibibir keyra saat melihat keyra akan bersuara.

"Kalau kamu gak tidur mas ngambek ni yang." rajuk devano yang membuat keyra memejamkan matanya.

Devano mengelus rambut keyra agar membantu istrinya untuk cepat tidur,
Sesekali devano akan menyanyikan lagu yang sangat disukai istrinya.

Karna elusan dikepalanya membuat keyra mengantuk dan tertidur dengan pulas.

Devano segera memasang box bayi yang tadi ia beli bersama keyra,ia memasangnya didalam kamar dan akan meletakkannya disamping ranjang mereka agar lebih mudah untuk menjaga bayi itu saat tidur.

Baru beberapa menit devano berjebaku dengan box bayi, ia harus berhenti karna baby Navan menangis .

"Kenapa kok nangis jagoan, Haus ya? Ayo kita bikin mimik susu dulu." ujar devano dan membawa baby Navan dalam gendongannya.

Sesampainya didapur devano malah bertemu dengan mamanya yang sedang duduk dengan segelas teh hangat didepannya.

"Biar mama aja yang bikinin susunya." tahan andini saat melihat anaknya akan membuat susu untuk baby Navan.

Devano mengangguk dan duduk dimeja makan mau bagaimanapun ini adalah kali pertama dirinya merawat bayi dan tidak terlalu paham cara merawatnya.

Andini membuatkan susu untuk babyi Navan,sesekali ia akan menoleh kearah devano yang sibuk mengajak baby Navan berbicara.

"Ini,tunggu sebentar agar tidak terlalu hangat baru dikasi sama bayi itu." beritahu andini dan kembali duduk dikursi miliknya.

"Makasi ya ma." ucap devano dengan tulus.

"Memangnya bisa rawat bayi padahal belum berpengalaman terus kamu kuliahnya gimana?." tanya andini sembari menyesap teh miliknya.

"Bisa kok ma, vano kuliahnya online aja dan masalah merawat bayi ini vano akan rawat barang istri vano." jawab devano dengan tersenyum manis kearah babyi Navan yang menatapnya dengan mata bulat dan tangan yang digerak-gerakkan.

"Kenapa sayang hmm, Bentar lagi Jagoan ayah harus mandi biar wangi ." devano mengatakannya pada baby Navan.

"Kenapa kamu bisa menerima bayi itu van? Apakah dia memang anakmu seperti yang wanita itu ucapkan?." tanya andini penuh curiga karna melihat kedekatan anaknya dengan bayi yang bahkan baru ia jumpai hari ini.

"Ya ampun ma, kok ngomongnya gitu si gak boleh seudzon sama anak sendiri!dosa." devano menatap mamanya tidak percaya.

"Terus kenapa bisa sayang sama anak wanita yang nyakitin istri kamu itu?." tanya andini dengan sewot.

"Ma, kita gak boleh menghakimi seseorang hanya karna satu kesalahan yang ia perbuat apalagi anak bayi ini gak bersalah sama sekali." ujar devano dan menatap mata Baby Navan yang berkedip-kedip lucu.

"Vano gak mau jadi orang yang egois ma, vano tau rasanya gak dapat kasih sayang dari orang tua itu gimana dan cukup vano aja yang ngerasain bayi ini jangan." dengan serak devano mengucapkan kata demi kata yang mungkin terkesan menyakitkan untuk andini dengar.

Andini membuang muka, merasa tertampar dengan perkataan anaknya.

"Jika bayi ini bisa memilih mungkin saja dia gak mau terlahir didunia ini ma.
Karna apa? Karna dunia ini kejam." lanjut devano ia berusaha menahan sesak didadanya karna kembali teringat saat ia disiksa oleh ayahnya.

"Maafin mama nak! Maafin mama.
Mama memang egois dan gak pernah berpikir positif." sesal andini dan mendekat kearah devano.
Andini memeluk tubuh devano dengan menangis terisak-isak.

"Maafin mama sayang! Mama gak akan egois lagi dan mama akan berusaha jadi orang tua yang lebih baik kedepannya." andini masih merasa tertampar dengan perkataan anaknya yang bijak dan bisa berpikir positif.

"Gak apa-apa ma, Vano juga udah lupain semua nya dan vano juga bangga punya mama yang hebat seperti mama." mereka bertiga berpelukan dengan baby Navan yang ada ditengah.

Andini melepaskan pelukannya saat mendengar tangis baby Navan,ia memberi dot susu pada baby Navan dan membantu baby navan untuk minum susu.

"Bayinya tampan ya." puji andini saat melihat wajah baby Navan dengan jelas.

"Iya ma tampan." angguk devano.

Sedangkan dipintu menuju dapur nampak tiga orang paruh baya sedang memperhatikan interaksi keduanya.

Mereka menjadi berpikir positif saat mendengar perkataan devano tentang mengapa ia bisa menyayangi baby Navan.

"Kita terlalu egois bahkan tidak memikirkan perasaan bayi yang tidak bersalah itu." lirih sinta dan pergi meninggakkan dapur karna merasa malu dengan dirinya sendiri.

_DEVANO NARENDRA_(berlanjut) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang