• When I Was Your Man •

Start from the beginning
                                        

Aku keluar dari ruangan itu sebelum kemarahanku semakin besar. Berjalan keluar untuk menghirup udara segar dan menenangkan kemarahanku.

Sudah cukup lama aku bergelut di dunia musik, pertama kali aku mulai bernyanyi ketika usiaku lima tahun. Melihat bakat bernyanyiku Ayahku membelikan sebuah gitar untukku. Dari sana aku mulai mengembangkan bakatku, belajar sendiri tanpa guru les privat. Kalian tahu? Membayar guru musik sangatlah mahal, karena itu aku memutuskan untuk belajar sendiri, belajar dari video-video yang kulihat di sosial media. Semuanya kulakuan sendiri, hingga akhirnya aku menemukan teman-teman yang memiliki hobi yang sama denganku. Akhirnya aku pun membentuk sebuah band yang kuberi nama "The Soul" dan mulai bernyanyi dari satu cafe ke cafe lain, dan bernyanyi di club malam hari ini adalah lompatan besar. Karena pendengarnya lebih banyak dan lebih ekspresif, tapi kesenangan itu rusak karena satu nada dari pemain Bass. Sial.

Setelah merasa tenang, aku memutuskan untuk kembali ke ruang ganti di club itu untuk mengambil gitarku.

"Cih, begitu aja harus semarah ini. Selalu harus ngikutin apa yang dia mau. Dia pikir dia siapa?"

Aku mendengar suara pemain bassku yang menggerutu karena kemarahanku tadi. Sudah bisa dipastikan, dia tidak akan suka jika dimarahi oleh orang yang seumuran dengannya.

Aku hendak membuka pintu dan mengutarakan kemarahanku yang lain padanya ketika aku mendengar suara lembut itu.

"Aku mohon, Jisoo sudah bekerja keras untuk menciptakan nada-nada itu. Dia memberikan semua jiwa dan kehidupan disemua musik yang dia buat. Karena itu, bermainlah seperti apa yang dia inginkan"

"Cih, buat apa aku ngedengerin kamu?"

"Karena, kamu harus tau seperti apa perjuangan Jisoo untuk mengutarakan isi hatinya. Dia enggak pernah bisa menunjukan isi hatinya dengan benar. Hanya dari sebuah lagu yang dia ciptakanlah dia bisa mengungkapkannya. Jadi, aku mohon bermainlah dengan baik"

Hening..

Aku diam bersandar pada tembok. Gadis itu, kenapa selalu melakukan sesuatu yang bodoh?

Aku melihatnya sedang mengendap-ngendap keluar dari backstage. Senyum di sudut bibirku terbentuk ketika aku diam-diam mendekatinya.

"Penguntit"

"Kyaaaaaaa.." dia berteriak kencang dengan kedua tangan menekan dadanya.

"Jisoo.. kamu bikin aku kaget" lalu dia tertawa. Kenapa rasanya begitu menyenangkan melihatnya tertawa.

"Kamu ngapain disini?"

"Mau lihat kamu nyanyi" jawabnya malu-malu.

"Aku tau, penonton kan harusnya di depan bukan disini"

"A-ah, ituu.."

"Yaudahlah, ayo" aku menarik tangannya agar berjalan bersamaku.

"Kemana?" Tanyanya padaku.

"Udah waktunya kamu pulang. Ini udah malam" Kami berjalan di jalanan yang menuju kerumahnya.

Sepanjang perjalanan ini, Rosie tidak pernah berhenti bersenandung. Menyanyikan lagu yang tadi aku nyanyikan. Lagu yang kuciptakan sendiri.

"Jisoo, kapan kamu mau nyanyi buat aku lagi?" Dia mengayun-ayunkan tangannya yang berada di genggamanku.

"Nanti, waktu kamu ulang tahun lagi"

"Yah, itu masih lama"

"Ya, tunggu aja"

"Ah, nyebelin" ia berdecak kesal, namun tetap cerewet seperti biasanya.

"Terus kapan kamu bakal ciptain satu lagu buat aku?"

"Lima tahun lagi"

"Hooiii.. enggak kelamaan?"

♡ ONESHOOT ♡ • [ JISOO ] •Where stories live. Discover now