Bab 25

1.1K 155 8
                                    

-----
----------

.

.

.

.




Pagi hari yang sangat cerah dan sejuk. Semua anggota keluarga Natio sudah berada di meja makan untuk melakukan sarapan. Mereka sarapan dengan sangat tenang tanpa ada suara satupun hingga selesai.

"Aku mau ke lapangan basket dulu bentar", ucap Indira sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju lapangan basket.

"mulai balik ke setelan awal nih?", ucap Tara yang bingung dengan tingkah Indira pagi itu.

"bangun tidur juga tumben banget ga kesiangan dan udah bangun duluan tadi kak", lanjut indah.

"ga kaya biasanya si Indi", ucap Gita yang ikut heran.

Shani yang mendengar itu semua hanya bisa terdiam. Sebenarnya Shani juga merasakan hal aneh pada adik bungsunya. Kenapa tumben sekali dia tidak rewel dan berisik pada pagi hari itu.

Tak banyak omongan, Shani beranjak dari kursinya dan menyusul Indira yang sedang bermain basket di lapangan belakang rumahnya.

Dari kejauhan dia melihat bahwa Indira memainkan bola basket dengan sangat lincah. Dia juga memasukan bola ke ring.

Shani menghampiri Indira.

"what's wrong with you, sayang?", tanya Shani yang menatap lembut mata Indira.

Indira hanya terdiam dan ikut menatap mata cantik dari seorang Shani. Dia mengatur nafasnya dengan sangat kasar.

"kalo ada masalah tuh bilang sama cici, we won't let you solve your problems alone."

Mata Indira sudah berkaca kaca. Shani langsung membawa Indira ke dalam pelukannya. Dia tau adiknya itu sedang tidak baik baik saja. Shani mengelus punggung Indira dengan sangat lembut. Dia membiarkan Indira meluapkan semua emosional nya agar merasa lebih tenang.

Shani dengan terus menerus mengusap lembut punggung adiknya itu.

"dede kangen bunda...", lirih Indira dengan nafas yang masih tidak beraturan sebab sehabis nangis itu.

Mendengar pernyataan adiknya itu membuat hati Shani seperti tergores oleh pisau. Shani berfikir Apakah dia gagal lagi untuk memperhatikan keadaan adiknya itu?.

"hari ini sebelum ke theater kita ke makam bunda ya? sekarang dede mandi trus siap siap deh kita berangkat", ucap Shani lembut dengan memandang Indira.

"dede maunya ditemenin ciciii...", ucap Indira.

"oke sayang, yuk mandi", ucap Shani sambil menggendong Indira.

Shani pun menggendong Indira menuju kamar dan membantunya untuk bersiap.
Dia menyiapkan bajunya, mengeringkan dan menyisirkan rambutnya, dia juga memberikan bedak bayi dan minyak wangi yang sudah ia belikan khusus untuk Indira.
Itu alasannya kenapa wangi Indira ga pernah berubah dan selalu wangi bayi. Wong cici nya yang beliin kok.

Setelah semua selesai, Shani dengan menggandeng Indira turun menuju lantai bawah untuk bertemu dengan yang lain untuk segera berangkat.

"duhh bayii wangi banget sihh", ucap Gita sambil memeluk dan mencium Indira berkali kali.

"mana mana aku juga mau cium", ucap indah yang ikut mencium semua area muka Indira.

"ishh basahhh muka dedee, nanti jadi jelek kalo diciumin terusss... CICI TOLONGG", teriak Indira yang sudah dikeroyoki ciuman oleh indah dan Gita.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secret little sisterWhere stories live. Discover now