21. Ayam Geprek.

262 58 23
                                    

Sejak kecil Gavi selalu mendapat perhatian lebih dari sang ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak kecil Gavi selalu mendapat perhatian lebih dari sang ayah. Bukan karena mengidap penyakit ganas atau didiagnosa menjadi anak berkebutuhan khusus, melainkan sifat dan tingkah laku Gavi yang sangat berbeda dengan Tara.

Saat sang kakak tekun menjalani les selepas pulang sekolah, Gavi memilih bermain dengan para sahabatnya. Tak jarang mengabaikan pelajaran demi memberi makan jiwa petualangnya yang sulit dikendalikan.

Sebenarnya keributan malam itu bukan pertama kalinya Gavi merasakan telapak tangan kasar milik ayahnya. Sebelumnya, ia pernah ditampar keras karena membolos sekolah untuk bermain band dengan teman-temannya.

Kebetulan yang sangat sial, saat Gavi kira ayahnya ditugaskan di ujung negara, ternyata sedang melihat dirinya yang asyik berada di atas panggung sambil memetik gitar. Untungnya pria yang masih berseragam loreng itu tahu di mana tempat yang pas untuk memarahi anaknya. Tanpa mengatakan apa-apa, Pak Bahari turun dari mobil kemudian memelototi Gavi yang terkejut bukan main.

Sejak hari itu, hubungan Gavi dan ayahnya sedikit berjarak. Entah karena satu tamparan yang dilayangkan sang ayah untuk pertama kalinya atau karena mereka berdua memang sedikit sulit jika ada dalam obrolan yang sama.

Sekarang hubungan ayah dan anak itu kian renggang setelah masalah yang berhasil membawa Gavi ke rumah sakit tiba-tiba tumpah begitu saja.

"Orang gila mana yang tiga hari gak ngasih kabar tau-tau masuk IGD?"

Celetukan yang meluncur mulus dari mulut tipis Abas dibalas dengkusan lemah Gavi. Sambil berusaha bangun dari posisi berbaringnya, ia melihat tiga pria berpakaian khas anak kuliahan memasuki kamar rumah sakit yang saat ini ditempati. Salah satu di antara mereka membawa jinjingan besar berisi buah dan beberapa makanan, lalu meletakkannya di atas nakas samping brankar.

"Lo beneran sakit jantung, Gav?"

Jika dalam kondisi sehat, bisa Gavi pastikan bantal di punggungnya sudah melayang ke wajah Abas. Namun, karena tubuhnya sulit diajak bekerja sama alhasil ia hanya melempar tatapan malas.

Abas menyengir jail. "Sorry! Lagian bikin kaget aja lo! Kalau ada apa-apa kabar-kabarin dong, jangan bikin surprise tiba-tiba ada di rumah sakit," sungutnya tersirat rasa khawatir lalu memilih duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan.

"Gue baru mau desain buku Yasin, Gav." Dirga berseru di dekat pintu masuk sedangkan Raynar berjalan menuju sofa tiba-tiba terkekeh geli. Celetukan Dirga biasanya memang lebih menusuk.

"Di sini yang berguna Raynar doang kayaknya," cetus Gavi santai. "Tau kalian mau ke sini, gue nitip geprek tadi."

"Emang boleh makan geprek?" tanya Raynar serius.

"Gak! Mending abang suntik mati kalau makan geprek." Tiba-tiba Tara datang dengan seragam putih kebanggaannya. "Lambung kamu lagi bermasalah, Gav. Mau meriang sampai pingsan kayak kemarin? Kalau gak mau makanan rumah sakit, minta Mama buatin makan malem. Awas aja pesen makan sembarangan!" ancamnya menatap sinis sang adik sambil berjalan ke tiang infus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Extraordinary Couple Where stories live. Discover now