.ᐟ

11 1 0
                                    

Diam membusuk itu melelahkan. Aku bertanya-tanya apakah sebenarnya aku sudah mati?





Ini melelahkan, kamu tidak akan mengerti. Sama sekali tidak akan mengerti. Aku memberitahu mu pun kamu tidak akan mengerti dan malah mengomeli ku. Tapi baiklah, siapa juga yang peduli dengan omelan tidak jelas mu?



Biarkan aku memberitahu mu.

Biarkan aku memberitahu mu bahwa berbaring diam berjam-jam atau bahkan berhari-hari di kasur seperti mayat itu sangat melelahkan. Ya, melelahkan. Kamu tidak akan mengerti betapa melelahkan nya hanya untuk diam membusuk di atas ranjang.

Ranjang ini sudah seperti peti mati yang kapan saja siap menyambut kematian ku disaat tubuh ku terus terbaring membusuk di atas nya. Bahkan mungkin disaat diriku tidak bernafas lagi dan tubuh ku sudah sedingin kutub tidak akan ada yang menyadari nya, karna disaat tubuhku masih sehangat matahari pagi aku hanya banyak menghabiskan waktu ku berbaring dan membusuk di atas ranjang ini seperti orang mati.

Diam membusuk diatas ranjang itu nyatanya melelahkan. Sangat melelahkan. tubuhku mungkin terlihat hanya berbaring saja di atas kasur, berdiam diri tanpa melakukan kegiatan ringan atau berat sekalipun dan hanya berpisah dari kasur yang empuk itu ketika aku merasa lapar dan harus menggunakan kamar mandi.

Namun ketahui lah, itu sangat melelahkan. Tubuhku mungkin hanya diam membusuk diatas ranjang, namun, isi fikiran ku tidak akan pernah diam membusuk saja seperti itu. Jika otak ku diam membusuk tanpa memikirkan apapun di dalam nya aku sudah pasti tidak akan hidup lagi di dunia ini.

Walaupun pikiran ku tidak hanya diam membusuk tapi di dalam nya sangat berantakan. Sangat berantakan hingga aku merasakan kesusahan yang luar biasa dalam membersihkan kekacauan di dalam nya. Semua memori seperti muncul disaat bersamaan, mereka terus muncul seperti film yang dapat aku lihat dan tonton di dalam otak ku. Terus muncul, lalu mulai menjadi berantakan, dan akhirnya membuat semangat ku terasa semakin hancur berujung untuk memilih membusuk diatas kasur.

Jika ada memori film yang berada di dalam pikiran ku yang akan aku tolak untuk diputar secara berulang-ulang. Maka itu adalah memori yang merekam setiap kejadian disekolah—neraka.

Namun naasnya memori itu lah yang selalu berulang-ulang kali berputar di dalam sana, membuat diriku ingin sekali rasanya menusuk-nusuk kepala ku lalu mengoyakan setiap bagian yang ditempel oleh setiap kejadian yang terekam dineraka itu.



Aku rasa otak yang membusuk jauh lebih baik ketimbang memilih untuk terus menonton memori yang terekam dineraka itu secara terus menerus disaat ia melintas tanpa izin.




Itu adalah neraka yang sudah disiapkan khusus untuk di dunia yang pendek ini. Sekolah adalah rumah kedua? Itu kalimat paling bodoh yang pernah aku dengar. Anak-anak dibully dan mereka yang menyebut dirinya sebagai orang tua kedua hanya diam disaat melihat hal itu secara terang-terangan—bahkan mengatakan 'itu hanya candaan' disaat ada yang berusaha mendapatkan pelindungan.







Seekor babi pun lebih lihai merawat anaknya dari pada mereka yang menyebut dirinya sebagai orang tua kedua.






Neraka yang telah di siap kan khusus untuk dunia itu sangat mengerikan. Itu kenapa aku memilih untuk tidak berkunjung keneraka itu lagi, ini sudah 4 bulan semenjak terakhir kali aku mengunjungi nya dan aku merasa kehidupan ini seperti tinggal satu langkah lagi dari surga—atau mungkin tinggal satu langkah lagi dari neraka karena membuat ibu ku merasa sangat frustasi.


...Ibu terlalu baik, sangat baik, hingga rela membiarkan dirinya menerima noda hitam dari kebaikannya. Mungkin disaat matanya menatap tubuhku yang hanya berbaring membusuk diatas ranjang, dia hanya tersenyum dihadapan ku. Namun aku tahu disaat ibu di dapur ia akan menangis tersedu-sedu melihat kondisi ku.

Dia bisa saja mengatakan 'Kamu adalah anak tak berguna! Mau jadi apa kamu nanti!?' kalimat itu depan wajah ku langsung. Namun ibu terlalu baik, sangat baik, hingga rela hanya menangis tersedu-sedu di gelap nya dapur disaat dia mendapatkan pilihan untuk berteriak dimuka ku.

Ibu terlalu baik membuat diriku berfikir bahwa julukan setan kecil milik nya jauh lebih sempurna daripada malaikat kecil milik nya.



Namun apa yang dapat aku lakukan? Hatiku merasa sangat bersalah, namun semangat yang sudah pupus membuat tubuh ku tidak dapat mencicipi rasa bersalah itu. Dia hanya terus berbaring membusuk diatas kasur. Tidak memperdulikan bahwa tangisan ibu selalu berputar seperti radio di dalam otak ku.


Diam membusuk di atas ranjang sangat melelahkan disaat hatiku terus ditemani rasa bersalah dan fikiran ku yang selalu berantakan. Semua terasa sangat berat hingga membuat tubuhku hanya sanggup berbaring di peti matiku itu.

















Mungkin aku diciptakan di dunia ini hanya untuk membusuk diatas ranjang. lalu menunggu di saat surat kematian dikirimkan untuk ku.






End



MembusukHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin