25. Gara-gara Sean

Start from the beginning
                                    

"Ayok Sen"

Sean menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Dia menemukan Amaya yang hari ini memakai celana jeans yang dipadukan dengan baju berwarna cokelat. Sebuah tas selempang pun tampak terselempang dibadannya.

Sean menganggukkan kepalanya sekali, "pamitan dulu nggak nih?" Tanyanya pada Amaya sembari menunjuk ke arah rumah besar Amaya.

Amaya mengibaskan tangannya sekali, "udah nggak usah. Gue udah wakilin tadi. Ayok cus berangkat"

Sean menganggukkan kepalanya sekali. Ya sudah kalau begitu menurut Amaya. Yang terpenting dia sudah memiliki niatan untuk pamit tadi. Jadi jangan anggap Sean tidak sopan.

Sean segera naik ke atas motornya diikuti oleh Amaya. Kali ini Amaya duduk dengan posisi yang sama seperti Sean. Tentu saja dia bisa lebih leluasa karena celana jeans-nya.

Setelahnya Sean pun mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan normal keluar dari pelataran rumah Amaya yang super luas. Bahkan sepertinya bisa digunakan sebagai arena bermain badminton. Duh irinya.

Selama perjalanan, ada cukup banyak yang mereka obrolkan. Tentu saja salah satunya membahas perihal rencana pertama mereka setelah membentuk aliansi yang diresmikan tadi malam.

Sebelumnya kan Amaya sudah mengatakan bahwa dia ingin memastikan dulu bagaimana perasaan Rin terhadap Dean begitupun sebaliknya. Meskipun sinyal-sinyal yang mereka tangkap sudah cukup 4G, tapi tetap saja mereka harus memastikannya ulang secara langsung agar lebih akurat lagi.

Mereka itukan berniat menyatukan Rin dan Dean, jadi harus besar kemungkinannya mereka bisa disatukan. Dan salah satunya hati mereka harus benar-benar terkoneksi satu sama lain.

"Gimana kalau lo interogasi Kak Rin. Terus gue interogasi Mas Dean. Kepoin soal perasaan mereka berdua Ay"

Amaya mengangkat kepalanya agar wajahnya tidak tenggelam dari badan Sean, pun agar Sean bisa mendengar jelas ucapannya. "Gue sih bisa aja. Tapi kalau mereka curiga gimana Sen?" Tanya Amaya, takutnya Rin dan Dean curiga ketika mereka berdua menginterogasi mereka diwaktu yang bersamaan. Amaya tidak mau saja rencana mereka terbongkar sebelum waktunya.

Sean terdiam selama beberapa saat. Ada benarnya juga dengan perkataan Amaya. Meskipun Rin polos dan kemungkinan besar tidak akan 'ngeh dengan misi mereka, tapi kan ada kakaknya yang diam-diam itu menghanyutkan. Entahlah, pria itu kelewat peka sepertinya. Jadi kemungkinan besar dia bisa dengan mudah mencium rencana mereka kalau-kalau mereka tidak hati-hati.

"Terus kalau bukan kaya gitu, gimana dong?" Tanya Sean. Dia tidak punya ide lain di kepalanya. Otak Sean buntu meskipun pagi ini dia memakan menu sarapan yang super bergizi.

Amaya terdiam membisu. Kepalanya sibuk berpikir keras akan ide lain apa yang bisa dia dan Sean gunakan. Tanpa sadar dia bahkan menjatuhkan dagunya ke atas bahu Sean. Sean juga kelihatannya tidak terusik dan membiarkan Amaya melakukan apa yang dia mau.

Yah biasalah anak muda. Awalnya karena tidak sengaja, lama-lama nyaman, kemudian menjadi kebiasaan, lalu terbitlah benih-benih berwarna merah muda... Heheww~

"Ya udah deh pake cara itu aja Sen" ucap Amaya. Dia tidak memiliki ide lain sekarang yang jauh lebih bagus dari ide Sean. Bukannya apa-apa, sinyal 4G yang mereka tangkap dari gelagat Rin dan Dean sudah memberikan beberapa kesimpulan untuk mereka, dan satu-satunya cara untuk memastikan kesimpulan tersebut akurat atau tidak ya dengan cara wawancara langsung dengan target.

Ah, kenapa mirip seperti kasus berat begini? Kalau begini sih sekalian saja Sean dan Amaya mendirikan usaha dengan tema 'Mak Comblang'.

"Tapi Sen biar nggak keliatan banget nih, kita interogasinya jangan diwaktu yang samaan. Pas interogasi juga bagusnya itu pas kita lagi berdua aja sama target. Biar nggak curiga mereka"

Attakai Café (✓)Where stories live. Discover now