BAB 23

45 5 0
                                    

23. Kamar wibu

🦋

Tepat pukul 2 dini hari taxi yang di tumpangi oleh Anyelir memasuki area  sumedang. Gadis dengan cardigan bermotif bunga tulip itu terlihat kebingungan melihat banyaknya jejeran kost dan kontrakan.

Tadi Anyelir sudah menghubungi pemilik kost namun nomornya tidak aktif.

Inisiatif gadis itu mengirim pesan pada Miranda sepupu Fia yang kebetulan menyewa kost di sini juga.

Anyelir
Kk nda ini rumah ibuk kost dimana?

Miranda
Di depan
Eh kamu di luar ya?

Anyelir
Iya kk

Suara pintu yang di buka membuat Anyelir berdiri dari duduknya dekat deretan kamar nomor tiga berdiri gadis cantik dengan rambut di atas bahu.

"Mau manggil ibu kost ya? Sini kakak temani,"

"Ibuuk," panggil Miranda sebanyak tiga kali namun tak jua mendapat jawaban.

"Nomor ibuk nggak aktif, gimana kalo kamu tidur di kamar kakak saja malam ini?" tawar Miranda di angguki oleh Anyelir.

Anyelir masuk ke dalam ruangan 3X4 itu, ia melepas cardigan dan juga kaos kakinya.

"Kalo mau cuci muka, kamar mandi ada di belakang dek." sebut Dhea teman sekamar Miranda.

"Iya kak,"

Setelah membersihkan diri Anyelir berbaring di atas kasur ia berusaha memejamkan mata. Ketika hendak terlelap suara ketukan membuat gadis itu segera bangun.

"Kak Dhea, Kak Miranda.." panggil seorang dari luar sana.

"Ada kak Anyelir ya di sini?" tanya Buk Yani si pemilik kost.

"Hi ibuk!" sapa Anyelir ramah.

"Ya Allah nak maaf ya ibu ketiduran tadi, ayo nak ibuk antar."

Anyelir bergegas membawa ransel dan juga tas slempangnya. Karena terburu-buru gadis itu tidak sadar bahwa kaos kakinya tertinggal satu di sana.

Dalam gelapnya malam di terangi cahaya bulan Anyelir mengekori buk Yani berjalan turun di atas setapak. Ketika pintu terbuka gadis itu di buat terkejut.

Kamar berukuruan 4x4 dengan warna kuning gading. Di pojok kiri terdapat sebuah lemari kayu dan pada bagian dinding terdapat tiga poster one piece yang di susun sedimikian rupa oleh sang pemilik kamar.

"Aduh ya Allah lemas ibuk nak, ibuk kira kamu nyasar. Khawatir banget anak gadis orang hilang," keluh Bun Yani terlihat loyo.

Setelah lama berbincang mengenai biaya sewa, akhirnya Anyelir berdiri menyerahkan kresek hitam pada Buk Yani.

"Ini ada oleh-oleh dari Ibu Anyelir buk,"

"Alhamdulillah terimakasih ya nak, ibuk pulang dulu"

"Ini di sebelah ada Kak Candra sama kak Dino di sebelahnya lagi ada Kak Dewangga" ucap Buk Yani membuat feeling Anyelir semakin kuat.

"Iya buk,"

"Candra.." panggil Buk yani mengetuk pintu kamar tetangga  Anyelir.

Anyelir dan lukanyaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora