[HTS-5]

69 16 0
                                    

Semalaman Zeyya tidak bisa tidur. Pikirannya mengawang pada obrolannya dan Rian dalam perjalanan pulang menuju rumah. Dia baru bisa tertidur pukul satu pagi. Bagi Zeyya obrolan itu berarti dan memberi akhir mutlak atas perasaannya yang sepihak.

Closure. Dia dan Rian tidak memiliki perasaan yang sama, secara tak langsung Rian sudah menegaskan arti kedekatan mereka. Jika sebelumnya Zeyya masih menerka-nerka dan mengharap perasaannya sama dengan perasaan Rian, kini, dia memaksakan diri memutuskan perasaan tersebut. Hubungan yang akan terjalin diantara mereka ke depan merupakan hubungan pertemanan dimana mereka sama-sama saling membutuhkan. Zeyya akan terbantu dengan kehadiran dan tenaga Rian sementara pria itu dengan senang hati membantu agar hidupnya sedikit menarik.

"Kakak Mama ...," tangan kecil milik Zalina menggoyang tubuh Zeyya dengan pelan.

"Kakak ...," panggilnya lagi. "Kakak Mamaaa, banguuun."

Kelopak matanya berat, Zeyya sengaja mengabaikan Zalina.

Gadis kecil itu sedikit panik, akhirnya dia mendorong tubuh Zeyya sedikit kuat. "Mama ayo bangun, airnya merembes, banyak, kayak mau banjir."

"APA?!"

Seketika Zeyya terbangun, dia membuka mata lebar dalam keadaan perih, jam tidurnya kurang.

"Apa maksud kamu Zalin?"

"Air di belakang, di tong besar itu, di atas," jelasnya.

Perasaan Zeyya makin tak enak, dia segera bangun sambil mengumpulkan rambutnya menjadi satu sebelum di ikat.

Benar saja, sesuai penjelasan Zalina toren nya bocor. Dia segera berlari ke depan rumah, menuju meteran PAM untuk dimatikan. Kalau tidak, air PAM akan terus mengisi padahal toren nya sedang bocor.

Dia kembali ke belakang dan melihat kerusakan tersebut sambil menengadah.

"Kok bisa toren nya pecah?" Dia bertanya pada diri sendiri. Ini aneh, karena toren diletakan dibagian atas dengan tiang besi sebagai penyangga.

"Kakak Mama, terus aku mandi gimana?"

Benar, ini sudah pagi. Zalina terbiasa mandi pagi.

"Kita ke rumah Bulik aja, yuk."

"Asyik! Ayok!"

"Kamu kangen Bulik, ya?"

"Kangen dong, kan udah berapa hari nggak ketemu."

Rumah mereka memang tidak jauh, hanya beda lorong saja. Mengingat Zeyya cuti dia juga meliburkan Bulik dalam mengasuh dan menjaga Zalina, agar Bulik bisa beristirahat.

Zeyya membawa beberapa barang yang diperlukan ke dalam tas, sebelum itu dia sudah memberitahu Bulik bahwa dia akan datang sekaligus menyampaikan masalah di rumah. Begitu tiba, Zalina segera menyatu dan berbaur dengan orang-orang di rumah Bulik.

Tyas, sepupu sepantaran Zeyya sudah rapi dengan pakaian formal, dia tersenyum kecil kepada Zalina yang langsung memeluknya. Hanya sepintas lalu Zalina masuk lebih dalam ke dalam rumah dan mencari Bulik.

"Sori ya, Tyas, gue sama Zalin numpang mandi, toren di rumah bocor."

Wanita itu mengangguk kecil, "nggak papa kok, silahkan aja, lo sama Zalin kan selalu minta tolong ke kami, nggak usah sok segan gitu, ah."

Pernyataannya memang terdengar ramah disertai senyum kecil namun entah mengapa sarat akan keengganan dan perasaan muak (?).

"Berapa lama lo cuti?"

Tyas melayangkan pertanyaan tiba-tiba di saat dia sedang mencerna pernyataan sebelumnya.

"Tinggal seminggu lagi."

HTS (HOLY SHIT)Where stories live. Discover now