22

71 16 35
                                    

Jimin.

Aku menjatuhkan bahuku ke bagian belakang limusin sambil menguatkan diriku sendiri atas apa yang akan kulakukan.

"Apa Bos yakin tentang ini?" Dongman bertanya sambil membuka pintu.

"Ya. Ini yang terbaik; aku tidak bersembunyi lagi,” ucapku sambil turun dari mobil.

Aku melihat ke tulisan Departemen Kepolisian Seoul di atas pintu, dan aku berjalan melalui.

Polisi di meja depan tersenyum.

"Bisakah aku membantu mu, Tuan?”

“Ya, nama ku Choi Jimin, dan aku ingin untuk menyerahkan diriku.”

Wajah polisi itu memudar. “Anda dicari?”

“Aku sempat terlibat adu jotos dengan pria bernama Shin Yungi lalu pergi ke rumah sakit. Aku tidak menyadari sampai larut malam bahwa kalian sedang mencari ku. Aku minta maaf karena memakan waktu lama untuk sampai ke sini.”

Polisi itu tersenyum.

“Terima kasih sudah datang.” Dia membuka pintu di sisi penerimaan. "Silakan lewat sini."

.
.
.
.
.

Lima jam kemudian, aku berdiri di trotoar di luar YG Media dan lihat ke lantai paling atas.

Aku menekan a nomor yang ku miliki selama bertahun-tahun tetapi tidak pernah ku hubungi.

Shin Yungi di sini,” jawab suara berat itu.

“Ini Choi Jimin. Aku di depan kantormu. Turun ke sini sekarang.”

Aku menutup telepon dan menarik napas dalam. Aku menyandarkan punggungku limusin ku. Setelah menghabiskan lima jam terakhir di kantor polisi, aku sedang tidak mood menunggu si brengsek ini, tapi aku perlu mengatakan apa yang ingin kukatakan, atau itu akan terus membusuk di dalam diriku.

Aku mengatakan kepada polisi bahwa aku memukul Yungi-ssi adalah untuk membela diri dan mereka perlu memeriksa keamanan rekaman.

Aku tidak yakin apakah itu akan berhasil, tetapi itu akan memberi ku beberapa waktu. Polisi sebenarnya baik-baik saja dan memberi tahu ku bahwa melihat dia menjentikkan rokok ke arahku terlebih dahulu, aku mungkin hanya akan didakwa dengan penyerangan biasa dan diberikan keringanan jika berperilaku baik.

Aku bisa mengatasi ini.

Shin Yungi muncul melalui pintu depan, diapit oleh empat petugas keamanan.

Matanya hitam dan tulang pipinya bengkak. Aku menyeringai ketika aku melihat wajahnya yang kacau.

“Kau terlihat seperti orang bodoh.”

“Ya, orang gila menyerangku,” gumamnya dengan kering.

Aku melangkah maju saat kemarahanku muncul kembali. "Aku tahu apa yang kau lakukan."

Dia memelototiku.

“Kau tidak membuatku takut. Sungguh menggelikan bagaimana caramu menjadi licik.”

Dia memutar matanya. “Persetan, Jimin.”

“Kalau menurut mu perilaku kriminal yang curang bisa menjatuhkan My Media, kau bisa berpikir ulang,” aku mengejek.

Dia menyipitkan matanya.

“My Media telah menjadi pemimpin pasar selama tiga puluh tahun, dan kami akan terus mendominasi. Memberi tahu ku, apakah ayahmu tahu apa yang telah kau lakukan?”

Dia mengangkat dagunya menantang. “Perilaku kriminal — apa yang kau bicarakan? Tabrak lari telah membuatmu mengalami delusi.”

“Kau tahu persis apa yang ku bicarakan.”

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang