BAB 5

72 6 4
                                    

05. Si bajingan Hugo

🦋

"Cukup sekian pertemuan kita hari ini. Sukses buat kalian," Wulan menutup pembelajarannya.

Wanita hamil yang berprofesi sebagai guru kimia itu keluar dari kelas dengan laptop pink-nya.

Hugo berdiri dari duduknya menarik kasar lengan Anyelir, gadis itu ketakutan melihat kilat amarah di mata cowok itu.

"Udah pintar bohong lo sekarang ya," desis cowok itu terus menyeret Anyelir untuk ikut kebelakang kelas.

"Hugo sakit. Lepasin" lirih Anyelir menahan rasa pedih di lengannya.

Hugo tak menyahut cowok memguatkan cengkraman pada lengan Anyelir. "Gue bilang lepas!" bentak Anyelir cewek itu meniup luka bakar di lengannya.

"Turun!" perintah Hugo tak di turuti oleh Anyelir, wajah cowok itu memerah menahan emosi.

"Turun Anyelir!"

Dengan ogah-ogahan Anyelir mengambil posisi push up. Setelah lima menit ia berdiri dengan napas terengah-engah.

"Siap gerak, istirahat di tempat gerak"

"Duduk,"

"Siap duduk"

"Berdiri,"

"Siap berdiri,"

"Jongkok,"

"Anyelir pakai rok Hugo!" sentak Anyelir mulai kesal. Gadis itu berkeringat ia benar-benar lelah saat ini.

"Lo tahu kesalahan lo apa?"

"Hugo marah karena Anyelir dapat nilai UH tertinggi?" Anyelir balas bertanya.

Hugo menggeleng, "Dengar baik-baik,"

"Pertama lo udah ngasih prediksi soal yang salah,"

"Kedua lo udah bikin Cia di hukum,"

Pertanyaan gue adalah, kenapa lo peduli Hugo?  Cia yang di hukum kok lo yang repot.

"Dan yang ketiga kesalahan yang sangat fatal adalah lo pingsan waktu latihan kemarin, cih. Selemah itu fisik lo? Yakin masih mau bertahan di paskib?"

Tangan Anyelir terkepal kuat, " Pertama, bukan Gue yang bikin soal, cuaca aja nggak bisa di prediksi apalagi soal. Kedua, Gue nggak minta Cia ngobatin ngobatin gue. Dan yang ketiga gue pingsan karen kelaparan dan kemarin cuacanya panas banget," terang Anyelir dengan bahasa yang mudah di pahami.

"Emang dasarnya nggak tahu diri ya susah, udah di obatin malah ngomong gitu. Nggak tau terimakasih lo, tcih!" Hugo meludah tepat di samping sepatu Anyelir.

"Pingsan karena kelaparan? klasik banget alasan lo,"

"Terserah."

"Gua mau lo gagal UH fisika besok, maka gua akan terima perasaan lo," suara Hugo membuat langkah gadis itu terjeda.

"Lalu?" tanya Anyelir, ia yakin Hugo ingin meminta sesuatu yang lebih dari itu.

"Mundur dari olimpiade fisika dan kimia. Biar gua yang gantiin lo,"

"Dan yang terakhir Kerjain semua tugas-tugas gua."

"Ok then.  Anyelir mau ke ruangan Bu Wulan dulu,"
Gadis itu berbalik ia berjalan pergi dengan tangan terkepal, langkah kakinya berhenti di depan ruang guru.

"APA?!" sentak Wulan mendengar perkataan Anyelir yang tidak masuk akal menurutnya.

"Kamu yakin?" tanya Wulan menyakinkan keputusan yang muridnya itu ambil.

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now