BAB 6

61 6 0
                                    

06. Bersitegang

🦋

Rerumputan hijau menutupi tanah kering di depan rumah berdinding kayu itu seorang gadis dengan rambut sepunggung berdiri di sebelah pohon mangga. Sesekali gadis itu bergumam tidak jelas, ia merasa bosan menunggu Fia datang.

Tak lama kemudian Fia datang bersama dengan pretty, Anyelir tersenyum dan naik ke atas motor Scoopy tersebut. "Gue kira lo nggak sekolah," imbuhnya memulai pembicaraan.

Fia diam tak memberikan respon apapun, dalam perjalanan menuju sekolah hening menyapa keduanya. Hal seperti ini sudah pernah terjadi dahulu dan Anyelir sudah sangat paham bagaimana menghadapinya.

Sepanjang hari di sekolah Anyelir merasakan suasana yang tak biasa. Banyak pasang mata yang menatapnya sinis, gadis itu memilih acuh. Termasuk Anandonsia yang juga bersikap dingin sama seperti Fia.

Setelah bel pulang berbunyi Anyelir duduk di atas motor Fia, menunggu gadis itu mengobrol dengan teman-temannya.

Melihat rambut Fia yang sedikit berantakan Anyelir pun berinisiatif untuk memperbaikinya.

Fia menepis tangan Anyelir dengan kasar. Dan sekarang Anyelir hanya bisa diam, ia tahu bahwa Fia sedang marah padanya.

Di atas motor Anyelir diam menatap ke sekeliling, "Lo pernah bilang kalo orang yang membicarakan orang lain itu artinya posisi orang itu di belakang kita?" tanya Fia dengan nada tak suka.

"Iya," jawab Anyelir seadanya.

"Kenapa tanya gitu? Ada yang ngomongin lo?" Fia berdehem sebagai respon atas pertanyaan basi itu.

"Opini orang lain itu di luar kendali lo Fia. Nggak usah di pusingin," ujar Anyelir membuat Fia mencengkram stang motor.

"Masalah nya orang yang ngomongin gue itu adalah lo Ann. Orang yang gue percayai,"

Deg.

Anyelir terbahak, tepat saat motor itu berhenti di depan rumahnya.  Gadis itu turun, ia menatap Fia dengan tatapan kecewa.

"Dan lo percaya itu?" tanya Anyelir benar-benar tak menyangka.

"Lo ngomongin gue dari belakang Ann, sakit. Gue kecewa sama lo," Fia terus berkata demikian, Anyelir mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Kali ini siapa? Fara? Rima atau Lola?"

"Nggak peduli siapa yang jadi kompornya, intinya lo adalah minyak tanah yang telah menyalakan api Ann,"

"Gue pulang perginya sama lo Fia, di sekolah gue mainnya juga bareng lo. Di rumah juga sama lo, bahkan tidur pun kadang gue bareng lo. Pertanyaan gue adalah kapan gue punya waktu buat ngomongin lo dari belakang?"

"Selain Cia dan lo gue nggak pernah punya waktu buat ngobrol sama siapa pun Fia,"

Fia tersenyum sinis, "Tepat, lo ngomongin gue sama Cia. Cia yang bilang, gue nggak nyangka Ann.. Kebaikan gue selama ini nggak pernah lo liat,"

"Lo temanan sama gue pas butuhnya doang, lo manipulatif Ann!"

Fia pergi, meninggalkan Anyelir yang membeku di tempat kepala gadis itu mendadak terasa pening.

Setelah melepas sepatu gadis itu melamun di atas ranjang tidur yang terbuat dari bambu tersebut.

Esok harinya pun begitu, hidup gadis itu terasa semakin menakutkan tatapan orang-orang seakan akan ingin menelannya.

Suara adzan mushola yang berkumandang membuat Anyelir segera melepas kaos kakinya, membawa sebuah tas mukena berwarna merah muda gadis itu berjalan menuju mushola sekolah yang berada cukup jauh dari kelasnya.

Ia membalas beberapa sapaan para juniornya dengan senyuman hangat. "Kak Ann. Kita kapan PTA?" tanya salah seorang adik kelasnya.

"Tanggal 23 dek sekalian perjusami," jelasnya kembali melanjutkan langkah.

"Hi Ann.. Tumben sendiri" sapa seorang laki-laki setahu Anyelir cowok itu anak ips.

Anyelir tak menjawab ia hanya diam dan terus melanjutkan langkahnya.

Setelah melaksanakan sholat gadis itu kembali melamun.

"Gue berani ke toilet sendiri, gue berani ke kantin sendiri gue juga berani ke Mushola sendiri. Gue nggak butuh teman kok, toh dulu waktu SMP gue juga nggak punya teman kan?" monolognya sambil melipat mukena.

Wajah yang tadinya berseri seketika menjadi datar saat ia tiba di dalam kelas.

Jam kosong adalah hal yang paling Anyelir benci, gadis itu menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan.

Suara gelak tawa teman-temannya tak membuat gadis itu merasa ramai.

Ia merasa sendiri dan sepi, di saat teman-temannya melempar canda dan saling bertukar cerita gadis itu memilih memejamkan matanya berharap ketika terbangun nanti ia sudah bertransmigrasi ke dalam tubuh pemeran utama sebuah novel.

Asap mengepul ketika Anyelir berusaha untuk menghidupkan motor second itu. Anyelir menyeka keringatnya  ia sudah tak punya tenaga untuk mendorong motor tersebut.

Suara guruh yang berasal dari langit membuat tubuhnya luruh di atas aspal yang panas itu. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

"Aduh panas anjir!"

"Udin jangan nakal, ini udah jam 1 loh gue harus pulang gue mau latian paskib sore ini udiiin" kesal gadis itu memukul jok motor beat street yang bernama udin itu.

Setelah istirahat Anyelir kembali mendorong motornya sampai di sebuah bengkel kecil.

"Om cek motor saya dong, kenapa nggak mau hidup?" tanya gadis itu pada si pemilik bengkel.

"famblenya putus ini mah" sebut akang bengkel memberitahu.

"Lamanya benarinnya om?"

"Ya lama lah,"

🦋

To be continue....

Ini nih si udin yang suka mogok,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini nih si udin yang suka mogok,

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now