[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인

Chapter 124 ♗

Dylan memandang Wistar datar selama beberapa waktu. Dengan mata sengaja dia arahkan pada makanan di piringnya dia bicara. "Terakhir, tentang aku tidak menyukaimu."

Dylan menggaruk kepalanya menjadi dibuat tidak nyaman oleh rasa bersalahnya sendiri. "Kau, memang selalu menggangguku. Kau selalu berisik."

"Tapi mendengar ceritamu tadi rasanya aku jadi bisa memakluminya." Dylan mencemberutkan wajah dan mengalihkan pandangannya. "Kau memang sama sekali bukan seorang sosok pangeran yang ideal dari sebuah kerajaan. Kau seharusnya lebih tidak bersikap kekanak-kanakan, dan menjadi sosok pangeran yang bisa diandalkan dan dihormati oleh masyarakat. Bagaimanapun, mau tidak mau, kita memang terlahir dengan peran yang sudah diberikan kepada kita masing-masing."

"Kurasa kau bisa lebih mengkomposisikan dirimu. Bukan berarti kau harus bersikap seperti orang lain. Bukannya kau harus bersikap tidak seperti dirimu sendiri." Dylan menggaruk belakang kepalanya dan mengerang frustasi dengan perasaannya sendiri. "Maksudku, aku yakin kau mengerti yang kumaksud."

"Jadilah pangeran yang bisa disandingkan dengan Yang Mulia Frey. Bahkan jika kau memiliki kekurangan dalam suatu aspek pastinya kau bisa mengimbanginya dalam hal lain. Kalian adalah kakak beradik."

"Yang perlu kau lakukan adalah menjadi figur pangeran yang bisa menutupi kekurangan atau titik buta Yang Mulia Frey. Semua orang memilikinya."

"Lakukan yang terbaik. Aku akan membantumu."

"Pertama-tama mulai dari mengendalikan dirimu sendiri," ujar Dylan. "Aku sudah memberitahumu kalau kau tidak memiliki apapun untuk kau murungkan. Aku juga sudah menjadi saksi dari kebenaran yang kau simpan. Itu sudah cukup. Mungkin besok kita berdua bisa ke ruangan Yang Mulia Frey. Tunjukkan kalau kau adalah Wistar yang biasanya. Apapun yang mengganggumu, kau bisa memberitahuku. Tapi kau tetap tampilah sebagai Wistar yang biasa orang-orang kenal."

Wistar mendengar semua yang Dylan katakan. Dia mengerti apa sebenarnya yang orang di depannya itu maksud. Dia tidak keberatan. Mungkin memang akan butuh waktu baginya bisa bertatap mata dengan kakak laki-lakinya itu. Tapi jika itu adalah untuk kebaikan semua orang Wistar tidak masalah melakukannya. "Baiklah." Dia membuat senyumnya. Menjadi Wistar yang biasa orang-orang lihat. "Itu mudah."

Pada hari yang sama, kala langit masihlah menunjukkan waktu pagi, di waktu orang-orang di Hayden sedang bersiap untuk aktivitas mereka masing-masing, hal yang sama dilakukan oleh orang-orang di Karsia. Rutinitas umum semua orang di setiap pagi adalah bangun tidur, membersihkan diri, berpakaian, memakan sarapan, lalu bekerja.

Vartuz pun begitu. Dia tertidur dengan bekas air liur di sudut mulutnya yang membuka karena dia mengorok. Dia terbangun dengan kejutan otot-otot badannya, tempat tidurnya berantakan oleh kebiasaan tidurnya yang berantakan, wajahnya benar-benar kucel dan rambut putihnya acak-acakan.

Dia mendudukkan dirinya dan tak lama kemudian dia menguap. Menggaruk-garuk badannya yang gatal. Merasa dirinya masih mengantuk dia pun menjatuhkan dirinya berbaring lagi memejamkan matanya. Dia tidak mempunyai tugas dan peran apapun yang membuatnya harus bangun tepat waktu. Tidak ada yang akan mencarinya bahkan jika dia baru keluar dari kamarnya di jam makan siang. Tapi sebetulnya terlalu lama berada di kamar bukanlah kesukaannya. Ketika dia memang merasa kantuknya sudah hilang dia akan mendandani dirinya sendiri dan pergi keluar kemudian.

Sudut matanya melihat pintu ruangan yang sebelumnya sempat dia jadikan tempat menetapnya sesosok figur misterius yang mengaku-ngaku dia berasal dari langit.

Memang, sudah sekitar tiga minggu lamanya dari dia pertama menemukan orang itu. Orang yang dia anggap Ian karena orang itu mengaku dia tidak memiliki nama. Vartuz cemberut. Menghilang tiba-tiba seperti itu, mana mungkin dia bukan siapa-siapa. Jika benar dia tidak punya tujuan apapun harusnya dia tidak punya alasan untuk melarikan diri, kan?