Chapter 15 ♗

897 162 29
                                    

Kau sudah membuka mata? (3)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Frey tersenyum puas. Bahunya merileks dan dia biarkan bersandar pada punggung kursi.

"Sepertinya pembicaraan kita sore ini sudah selesai."

"Jika Yang Mulia berpikir begitu."

"Haha. Sepertinya aku tertarik untuk menemui Tuan Muda Valias lagi."

"Saya akan menerima kunjungan Yang Mulia dengan senang hati."

"Ha. Bukan undangan tapi kunjungan? Kau ingin aku yang mendatangi wilayah Bardev?"

Frey menganggap Valias konyol.

"Yah... aku tidak masalah jika aku yang harus mendatangimu."

"Benarkah begitu, kakak. Aku pikir kakak tidak akan meninggalkan tugas-tugasnya?"

"Aku punya adik yang bisa membantuku. Apa yang perlu aku khawatirkan?"

"Ck."

Valias tersenyum menonton dialog kakak adik itu.

"Saya turut berduka cita, Yang Mulia."

"Ha. Aku benar-benar tidak bisa membaca isi pikiranmu."

Frey mengayunkan tangannya. "Kau bisa pulang kapanpun kau mau. Aku tidak akan menahanmu lagi."

"Saya mengerti. Terimakasih Yang Mulia."

"Kakak pergilah. Aku masih akan di sini," Wistar berujar dengan senyum gigi.

"Dasar tidak punya kerjaan." Frey mencibir. Wistar memasang senyum nakal. Alister berjalan ke arah pintu mengantar kepergian Frey.

"Jadi, sejak kapan kau mengenal Dylan?" Sang pangeran Hayden memulai pembicaraannya dengan Valias.

"Ketika di depan istana orangtua kami mengenalkan kami. Aku baru bertemu dengannya saat itu."

"Hahaha. Caramu merubah gaya bicaramu dari saya ke aku sangat lucu." Wistar terkikik. "Kau benar. Aku lebih suka caramu bicara yang seperti ini. Benarkah? Dylan sepertinya tertarik padamu."

Wistar tersenyum begitu lebar. Valias membalasnya dengan senyum kecil. "Saya hanya berharap diri saya ini bisa berteman dengan Tuan Muda Adelard terus untuk ke depannya. Tidak ada salahnya menjalin hubungan antar dua keluarga bangsawan."

Wistar mengerdipkan matanya.

"Cara bicaramu seperti ingin menikah dengan Dylan saja." Dia kemudian terkekeh puas. "Dan lihatlah pemilihan kata-katamu barusan. Kau benar-benar pria yang menarik, Valias. Sama seperti kakakku Putra Mahkota, aku memiliki ketertarikan padamu. Aku ingin kita menjadi kawan baik."

"Tentu."

Valias benar-benar berniat untuk berteman dengan sebanyak orang yang dia bisa.

Aku tidak tau semua itu akan terjadi atau tidak... tapi aku akan mencoba mengubah ceritanya.

"Pangeran ingin minum teh?"

"Panggil aku Wissy. Aku juga menyuruh Dylan memanggilku itu. Tapi dia tidak pernah mendengarkanku." Wistar mengangkat kedua tangan sembari menghela napas lelah.

"Wi...ssy?" ulang Valias bingung.

"Ya. Dylan sepertinya tertarik padamu. Aku harap kau bisa memintanya untuk memanggilku itu. Dan soal teh..." Wistar terlihat merogoh kantung jasnya. "Kakakku, Tuan Putri membuat ini. Dia bilang dia ingin kau memakannya. Ratu dan kakak akan memberimu hadiah atas aksimu suatu hari. Tapi Kak Nana ingin memberikan salah satu kado kecilnya untukmu."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now