• 2 | Kesepakatan

44 6 0
                                    

• CHEATER •

.

.

.

.

> DISCLAIMER <

All Genshin Impact characters belongs to :
HoyoVerse

Original Characters belongs to :
Area_0206

> Content & Trigger warning <

Cerita mengandung kata kata kasar seperti makian dan sarkastik. Mengandung adegan kekerasan baik fisik maupun mental.

Chapter 2
Kesepakatan

.

.

.

.

(Name) mengernyitkan dahi ketika melihat dua orang asing memasuki kamar rawatnya. Namun, pikiran nya langsung menebak ketika Netra matanya menatap yang laki laki.

Farel yang dimaksud si anjing tuan kan?

Laki-laki berambut hitam itu berdehem sambil menatap Nathan, seakan memberi kode padanya untuk segera menyingkir.

Nathan mengangguk patuh, ia memundurkan dirinya hingga pada dinding di samping pintu.

Laki-laki itu tersenyum, Netra matanya menatap sang gadis dihadapan.
"Salam, nona (Name). Saya Farel, dan ini—"
Ia menunjuk pada perempuan disebelahnya.

"Adalah adik saya, Farah."

(Name) menarik garis senyum miring. Matanya menatap remeh dua orang dihadapan nya.

"Saya gak suka basa basi, to the point aja. Anda mau apa?" Pertanyaan (Name) mengundang ekspresi kejut yang langsung dinetralkan oleh kakak beradik itu.

Farel kembali menarik senyum canggung. "Baiklah, jika anda tidak suka berbasa basi."

Belum sempat Farel kembali mengucapkan sepatah kata, (Name) langsung menyela tanpa takut.

"Kenapa anda menyelamatkan saya?"

Farah sedikit tersentak, lain halnya dengan sang kakak yang senyum nya memudar, yang dengan cepat digantikan oleh senyuman lagi.

"Bukankah itu wajar untuk menolong sesama?" jawaban yang mustahil.

(Name) tertawa kecil. Sungguh, jawaban itu pasti, sangat pasti berkebalikan dengan niat tersembunyi mereka.

"Anda sedang melawak? Saya tidak sebodoh itu untuk mempercayai alasan klise itu, tuan Farel." (Name) menghela nafas.

Senyuman yang awalnya ditampilkan oleh sang sulung kini berubah menjadi seringai yang mengintimidasi.

"Ternyata anda cepat menangkap situasi, ya nona." Farel menepuk tangan nya beberapa kali.

Farah masih terdiam, pikiran nya masih lumayan syok dengan (Name) yang tiba-tiba tahu niat terselubung mereka.

(Name) diam, menunggu Farel berbicara. Firasatnya tak enak, ada yang tidak beres.

"Baiklah, saya akan ke intinya. Sebagai ganti anda diselamatkan, anda harus bekerja pada saya."

.

.

.

.

"Haah.. Sialan."

(Name) mengumpat, ia mengambil sebatang nikotin dan menyalakan nya. Darimana ia dapat rokok? Satpam bawah yang amat friendly.

(Name) menghisap nikotin itu, membiarkan asap masuk ke dalam paru paru nya dan mengeluarkan nya dari mulut.

Ia tidak selalu merokok, tapi, ketika ada stres di kepalanya, ada kalanya ia akan merokok untuk mengurangi sedikit stres.

Flashback.

"Bagaimana, nona? Atau anda mau membayar nominal nya saja?"

Pertanyaan yang mengundang emosi itu membuat (Name) mengumpat berkali-kali di dalam batin nya.

(Name) tentu tahu, nominal perkara dirinya diselamatkan dan dirawat selama beberapa bulan pasti besar.

Belum lagi, ia ingat dengan jelas bahwa tubuhnya sudah rusak. Tangan kanan nya nyaris putus dan kaki kirinya hancur tertiban beton.

(Name) mengepalkan tangan nya. "Dari semua orang, kenapa harus saya?"

Farel tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu. Ia melirik adik kandungnya, seolah menyuruhnya untuk menjawab.

Farah sedikit tersentak ketika dilirik kakaknya, ia menatap Netra mata (Name). "Itu... Saya melihat kondisi anda paling parah diantara yang masih hidup. Jadi, saya memilih anda."

(Name) terdiam, ia berdecih. Apakah mereka tidak melihat bahwa pasti masih ada yang lebih parah darinya?

Tapi, sekarang (Name) sedang malas untuk berdebat.

(Name) menghela nafas.

"Yaudah, mau gimana lagi." (Name) menghela nafas. Farel tersenyum mendengar ucapan final (Name).

"Tapi ada syaratnya."

Flashback End.

Netra matanya menatap Nathan yang sedari tadi mengekorinya bak anak ayam. Ia benar-benar melaksanakan tugasnya untuk mengawasi (Name) dengan baik.

(Name) menawarkan sebatang rokok pada Nathan. "Mau?"

Nathan melirik (Name),  kemudian menggeleng.
"Maaf, saya tidak merokok."

(Name) mengangguk, ia memasukkan kembai rokok itu pada bungkusnya. Kini, ia beralih menatap langit malam yang dipenuhi awan.

(Name) berdecak kesal, padahal ia ingin menikmati pemandangan bulan malam ini. Sayang sekali alam tidak menyetujuinya.

Sejenak, dirinya memikirkan kembali rasa sakit luar biasa yang bercampur dengan ketakutan dalam yang ia alami saat itu.

Reflek, ia memegang bahunya. Ia ingat betul bagaimana bahunya nyaris memutuskan lengan kanan nya itu.

Ia merasa merinding.

.

.

.

.

{To Be Continued}

Okeh, chapter kedua selesai.

Jangan lupa vote dan comment ya.

See you later

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CheaterWhere stories live. Discover now