0.3

126K 8.8K 481
                                    

Sandra menguap sambil mengeratkan selimut kecil di tubuhnya karena pagi yang dingin, ia bahkan tak berpikir untuk menyempatkan diri ke kamar mandi karena teringat saat-saat seperti ini bisa membuat air dari sana sedingin air yang dikeluarkan dari lemari es.

Bicara mengenai lemari es, cewek itu melupakan sesuatu yang sempat ia simpan tadi malam di sana. Cheesecake yang ia lupakan karena harus memilih mandi terlebih dulu mengingat dirinya yang tersiram air selang oleh cowok sialan yang menyebalkan. Sandra mendengus mengingatnya, ia bangkit dari sofa lantas melangkah menghampiri lemari es.

Sandra mendesah tanpa suara ketika melihat Oma Dina sedang mempersiapkan meja makan dengan sarapan. "Pagi Oma," sapanya, mengingat wanita di hadapannya itu merupakan tipikal menyebakan yang selalu ingin disanjung—setidaknya begitu menurut Sandra.

"Pagi," balas Oma, "mau sarapan?"

Sandra menggeleng, "nanti aja," ucapnya sambil mencoba menarik gagang lemari es. Kantuknya seketika hilang saat melihat bungkusan kotak plastik berisi strawberry merah menggoda. Seringaian muncul sebelum kepalanya melirik ke arah Oma. "Oma beli strawberry?"

Oma menggeleng, melirik isi lemari es. "Mama kamu tadi yang ke pasar."

Sandra menggedikkan bahunya. Dengan santai, ia mengambil Cheesecakenya yang masih terbungkus tanpa sentuhan juga satu kotak strawberry yang diklaim menjadi miliknya. Beralih pada meja makan, cewek itu mencari piring kecil untuk memindahkan kuenya sambil menggigit satu strawberry. Dan satu lagi perkakas dapur untuk memotong tipis-tipis strawberry-strawberrynya menjadi topping pada cheesecake.

"Sejak kapan ada kue itu?"

Sandra menaikkan alisnya sambil menengok sekilas. "Semalem," jawabnya, tangannya mengangkat piring itu setelah menarik kotak strawberry dan memasukkannya lagi ke dalam kulkas. "Aku mau sarapan dulu," ucapnya sebelum melangkahkan kaki menjauh.

"Itu bukan sarapan kamu, Cha," tekan Oma sedikit jengkel. Apalagi ia telah menyiapkan sarapan mereka di meja.

"Tentu iya," jawab Sandra sambil menoleh, ia mendesah ketika menemukan wajah jengkel Oma, "masih ada Mama, Papa, Rio, dan Oma, tenang aja pasti abis," ucapnya sambil menunjuk meja makan. Wajah Oma masih tak berubah, Sandra mendesah kembali—ikut jengkel. "Oke, nanti aku makan yang rotinya."

Dan ketika kalinya ia mendesah sedikit lega ketika melihat Oma kembali pada aktivitas. Akhirnya, Sandra kembali melangkahkan kakinya mencari tempat dimana ia bisa menghabiskan makanannya dengan tenang. Hingga cewek itu memilih untuk menghabiskan waktunya di teras rumah yang sejuk.

Dingin langsung menyergapi tubuhnya, Sandra menarik kursi keluar dari kolong meja kecil di teras lalu mendudukkan diri dan meletakkan cheesecakenya di atas meja. Matanya menelisik ke sekitar rumahnya, ke jalan besar tempat orang berlalu lalang di hadapannya, dari satu rumah tetangga ke rumah tetangga lainnya. Dan matanya menemukan seseorang dengan satu aktivitas yang sama ketika ia bertemu orang itu semalam.

Cowok sialan dengan sepedanya.

Bedanya, kali ini cowok itu lebih pada mengelap-elap sepedanya seakan mengharapkan kinclong memantul yang membuat Sandra mendecak sebal. Sebal karena harus melihat cowok itu lagi.

"Nggak ada aktivitas lain selain sepeda apa?" gumam Sandra, matanya menyipit memperhatikan cowok itu. Tunggu, ia ingat ada yang pernah menyebutkan namanya. Ardan, sebutnya dalam hati. Iya, Ardan.

Dan Sandra buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain ketika melihat Ardan menoleh ke arahnya. Juga jangan lupakan seringaiannya.

-o-

Ardan hampir tertawa ketika melihat pergerakan buru-buru dari cewek yang duduk sendirian di teras rumah yang terletak tak jauh dari rumahnya kini, berada di hadapannya, lewat satu rumah. Ia ingat, namanya Sandra atau biasa dipanggil Acha, dulu. Namun cowok ini juga sadar bahwa Sandra sudah lupa dengannya. Terbukti dari sikap yang ditunjukan cewek itu ketika ia tak sengaja menyemprotkan air yang tiba-tiba menderas keras.

Childhood MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang