01 | BOUND BY SILENCE

40 3 2
                                    

Jam pelajaran olahraga tengah berlangsung di sekolah. Di lapangan, para siswa laki-laki dengan antusias bermain sepak bola, tertawa dan berteriak sambil mengoper bola ke satu sama lain. Di antara mereka adalah Zhang Junhao, seorang siswa yang penuh semangat.

Panasnya terik matahari tidak menghambat semangatnya, teriakkan siswi yang meneriakkan semakin heboh.

Saat gilirannya untuk mengoper bola, Junhao dengan cepat mengayunkan kakinya untuk menendang. Namun, sayangnya, tendangannya terlalu kuat, membuat bola meluncur keluar lapangan dengan kecepatan yang tak terduga. Dengan nafas tertahan, Junhao menyaksikan bola itu menghantam kaca jendela ruang guru yang berdekatan.

Semuanya diam ketika melihatnya, bahkan Junhao-nya sendiri. Lalu entah dari mana, temannya datang dan menepuk sebelah bahunya lalu berucap.

"Aduh, bakal dapet panggilan lagi kayanya lo."

Setelah pulang sekolah, Junhao masih di ruang guru, di meja wali kelasnya, menatap penuh malas dan ingin cepat-cepat pulang. Bukan itu saja, bahkan sang mama juga dipanggil karena ulahnya tadi.

"Zhang Junhao, ini sudah yang kedua kalinya kamu bermasalah Minggu ini. Ibu enggak tahu apalagi yang bakal kamu lakuin nanti."

"Dua kali?" tanya ibu dari Zhang Junhao itu sedikit terkejut.

"Hari Senin semalam, Junhao tertawa bersama teman-temannya ketika di kelas padahal saya sedang mengajar. Jika dia bisa dibilangi itu mungkin tidak masalah, tapi, Junhao ini keras kepala."

Sang mama menatap Junhao dan si anak langsung membuang mukanya guna tidak melihat wajahnya.

"Apa dia memang seperti ini juga di rumah?"

"Tidak, Bu. Karena ada saya, dia tidak berani melakukan apapun."

Guru yang menjadi wali kelas Junhao itu menghela nafas. Junhao memang bukan anak yang bodoh, tapi, dia memang sulit diberitahu. Kelasnya bukan lagi kelas satu atau dua sekolah dasar, tapi dua belas.

"Junhao, jangan dilakukan lagi, ya?" ucap guru tersebut, panggil saja Bu Sana.

Junhao menatap lalu mengangguk, dia juga sebenarnya tidak tahu kalau bola itu akan keluar lapangan dan memecahkan kaca jendela.

"Sudah itu saja. Kamu boleh pulang sekarang."

Mendengarnya, lelaki itu bangkit dan memakai tasnya lalu pergi begitu saja. Sang Mama yang melihat sikap putranya tersebut tidak bisa berkata-kata lagi.

"Bu, saya minta maaf karena Junhao sebandel itu."

Bu Sana tersenyum ramah, "Tidak apa-apa, Bu. Kali ini saya memaafkannya. Tapi, jika dia melakukan kesalahan lagi dan lebih fatal itu mungkin harus saya pertimbangkan."

Setelah berbicara itu, wanita itu segera menyusul Junhao yang sudah terlebih dahulu keluar ruang guru dan meninggalkannya begitu saja.

****

Sesampainya di rumah, bahkan Junhao bersikap acuh dan tak acuh, tidak ada penyesalan atau yang lainnya karena dia sudah membuat sang Mama dipanggil ke sekolah.

"Junhao, ngerti, kan? Jangan nakal lagi di sekolah, kamu bukan anak kecil lagi yang harus mama peringatin dan kasih tau mana yang baik dan mana yang enggak!" ucap Lidiana pada putra sulungnya itu sebelum dia pergi ke kamarnya.

"Mama juga ngerti, kan? Junhao enggak salah! Bu Sana aja yang apa-apa dipermasalahin," Junhao membalas ucapan sang mama.

"Bu Sana sayang sama kamu makanya dia peduli, Junhao. Kalo enggak, dia udah biarin kamu mau jadi anak gimana pun."

BOUND BY SILENCE | Zhang Junhao x Zhu ZhixinWhere stories live. Discover now