BALI

218K 6.7K 67
                                    

Halte Bus Transjakarta memang tidak pernah sepi di jam-jam seperti ini. Mulai dari para pegawai, pelajar, dan penduduk sipil memanfaatkan transportasi ini untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan masing-masing. Begitu pula dengan Viona.

Viona Adara Kaili, seorang perempuan berusia dua puluh tiga tahun. Sudah dua tahun ia bekerja di The Reeve Hotel Jakarta sebagai marketing executive, dan selama itu pula ia memanfaatkan transportasi tersebut. Mendukung program pemerintah, itulah yang diucapkan Viona jika ada yang menyuruhnya menggunakan kendaraan pribadi.

"Viona." Sebuah tangan menepuk pundaknya bersamaan dengan suara tersebut. Ia berbalik untuk melihat siapa pemilik suara itu.

"Kak Alex." Viona tersenyum saat melihat sosok yang baru saja menyapanya itu. "Naik dari halte ini lagi, ya?" tanya Viona pada pria itu.

"Iya," Alex tersenyum, "Siapa tahu kalau dari Halte Monas ini bisa dapat tempat duduk kosong. Kalau aku naik dari Halte Sarinah pasti sudah penuh," ucap Alex.

Alasan itulah yang selalu ia berikan setiap kali Viona bertanya tentang alasannya lebih memilih naik Transjakarta dari Halte Monas dibandingkan Halte Sarinah yang lebih dekat dengan rumahnya.

Viona hanya mengangguk ringan mendengar jawaban Alex. Ia kembali melihat ke arah jalur busway, berharap bus yang ia tunggu segera datang.

"Kamu dapat undangan reuni kampus, kan?" tanya Alex.

Viona menoleh dan mencoba mengingat-ingat maksud Alex.

"Undangan untuk reuni satu minggu lagi itu? Seminggu yang lalu undangannya sudah kuterima, Kak."

"Kamu datang, kan?"

"Masih belum tahu," jawab Viona singkat.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa, cuma masih mempertimbangkan aja mau ikut atau tidaknya."

"Ikut aja. Ini, kan, reuni pertama sejak kamu lulus kuliah. Lagi pula ini reuni empat angkatan fakultas kita, pastinya kamu kenal dengan orang-orangnya. Nanti bisa kujemput," ucap Alex mencoba memberikan solusi.

"Kuusahakan ya, Kak."

Viona tidak enak jika menolak lagi. Ia tahu benar tipikal Alex. Kakak seniornya yang satu ini memang tidak bisa dibantah, hal itulah yang dulu sempat membuat teman-teman angkatannya sebal saat mengikuti MOS. Rasa sebal yang tidak bertahan lama lebih tepatnya. Wajah Alex yang tampan disertai tubuhnya yang proposional membuat pria itu dikagumi dan menjadi incaran banyak wanita. Pastinya hal itu pula yang membuat wanita tidak bisa lama-lama sebal padanya.

Saat kuliah Viona cukup dekat dengan Alex. Walau beda angkatan, namun kegiatan tambahan kampus membuat mereka cukup sering bertemu. Alex juga yang selalu mengantarkannya pulang jika Viona harus pulang malam setelah kegiatan tersebut. Namun sejak Alex lulus, keduanya menjadi jarang bertemu dan hanya sebatas pertemuan tak sengaja seperti hari ini.

Bus yang mereka tunggu datang, keduanya masuk dan berdiri bersebelahan di bagian tengah bus yang penuh sesak tersebut. Jangankan mendapat duduk, bisa mendapatkan ruang gerak di jam berangkat kerja seperti ini saja sudah beruntung.

"Bagaimana kerjaan, Kak Alex?" tanya Viona membuka obrolan.

"Lancar ... seperti biasanya. Kalau kamu cocok kerjanya? Sudah berapa tahun, ya, kamu di sana?"

"Cocok, Kak. Hmm ... sudah mau dua tahun."

"Wah, sudah lama juga, ya. Tidak terasa sudah lama juga kita lulus. Rasanya baru kemarin melihat kamu di kampus sebagai mahasiswi baru," ucap Alex sambil tersenyum mengenang masa lalu.

Marry My CEO (Cetak)Where stories live. Discover now