(44.) Cinta dibalik Gengsi

Começar do início
                                    

"Gue tahu gue gue salah, Kak. Gue nyesel, maafin gue yang udah ngehancurin harapan lo buat punya anak, maaf..."

Zeya sudah menangis sesenggukan di hadapan Agaskar, tak peduli bagaimana respon lelaki itu melihatnya. Bahkan ketika Agaskar belum mengatakan apa pun, Zeya terus memohon maaf pada suaminya.

Entah karena tertutup rasa gengsi atau pun ego, Agaskar menatap nanar perempuan di depannya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Entah karena tertutup rasa gengsi atau pun ego, Agaskar menatap nanar perempuan di depannya. Tanpa ekspresi, datar, meski dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Maafin gue, Kak...." ucap Zeya lagi memohon, kakinya menekuk dan tubuhnya perlahan turun. "Gue nyesel...."

Agaskar menunduk, melihat apa yang Zeya lakukan. Hal itu membuat setetes air mata Agaskar jatuh ke pipinya, salah satu kakinya dipegang erat oleh kedua tangan Zeya yang melingkar.

Ya, Zeya bersujud di hadapannya sembari menangis pilu penuh penyesalan.

"Selama hampir satu bulan gue di rumah sendirian, nggak ada ART, gue kesepian, Kak. Bayangan lo dan anak kita terus-menerus ngehantuin gue itu buat gue nggak tahan," lirih Zeya masih mendekap erat kaki Agaskar.

Detik berikutnya, Zeya mengadah ke atas. "Gue cuman nggak mau nyakitin perasaan lo, Kak. Gue—"

"Bangun," potong Agaskar lebih dulu saat Zeya belum menyelesaikan ucapannya.

Zeya terdiam sejenak mendengar kata-kata yang Agaskar lontarkan pertama kali. "Bangun, Zeya," ujar Agaskar mengulang permintaannya.

Bukannya langsung melakukan, Zeya dibuat terdiam bagaikan patung, otaknya seakan blank dan tidak tahu harus melakukan apa. Agaskar mendecak pelan, ia langsung menarik tubuh Zeya untuk bangkit.

"Lo tahu darimana apartement gue?" tanya Agaskar, nadanya ketus dan sangat dingin

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Lo tahu darimana apartement gue?" tanya Agaskar, nadanya ketus dan sangat dingin.

Zeya yang masih sesenggukan itu pun meneguk salivanya kasar. "D-dari Mamoy, gue yang tanya ke Mamoy. Karena gue pengin ajak lo pulang ke rumah, Kak."

"Gue nyaman tinggal di apartement ini," tukas Agaskar berbalik badan dan berjalan menuju sofa ruang tengah. "Kalau lo mau di rumah ya pulang aja."

AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]Onde histórias criam vida. Descubra agora