Chapter 7: Realized

1.4K 214 40
                                    

Satu plastik berisi makanan dari restoran siap saji langganan Seunghan yang masih tersegel tergeletak di atas meja belajar kayu kepunyaan Sohee. Sang pemilik rumah terlelap di atas kasur single dalam posisi meringkuk setelah menghabiskan waktu meluapkan kesedihan lewat air matanya.

Cahaya oranye yang menyeruak masuk lewat kaca jendela menyadarkan Seunghan untuk tidak berlama-lama. Ia menghabiskan seperempat isi di botol air mineralnya dalam satu kali tegukan sebelum beranjak. Ditatapnya sekilas wajah tertidur Sohee yang masih menyisakan lembab di sana sebelum ia keluar dari kamar dan menutup pintu.

Rumah Sohee terletak di dalam gang sempit yang mengharuskan Seunghan harus berjalan hingga seratus meter untuk menemukan mobilnya yang terparkir di sebuah lahan kosong. Setelah masuk ke dalam ruang kemudi, anak remaja itu mengistirahatkan punggungnya tanpa menyalakan mesin. Kaca jendela di sampingnya sengaja dibuka, meniupkan angin sore yang hangat.

Pandangan Seunghan menerawang ke ufuk barat. Pikirannya terbang menuju beberapa jam yang lalu ketika Sohee-yang saat itu dipenuhi rasa kesedihan-untuk pertama kalinya menumpahkan isi hatinya padanya, yang selama ini ia simpan rapat-rapat dari siapapun. Bukan perihal cinta maupun sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, tetapi isi hati Sohee tentang keluarganya.

Sebagai salah satu anak yang hanya dibesarkan oleh orang tua tunggal, Seunghan merasa tidak akan mungkin bisa memberi saran yang berguna meskipun ia ingin. Jadi yang ia lakukan hanyalah memasang telinga.

Semua hal yang ia dengar lewat isakan Sohee adalah hal yang baru ia ketahui meski telah bertahun-tahun berteman dengannya. Jika dipikir lagi, hubungan Seunghan dengan Sohee sejauh ini lebih tepat disebut hubungan antara boss dan anak buahnya. Persahabatan mereka pun tidak bisa dibilang erat karena sesungguhnya Seunghan lah yang memaksa Sohee secara sepihak menjadi temannya. Siapa Sohee untuk menolak seorang Jung Seunghan?

Tetapi pada akhirnya, untuk pertama kalinya Seunghan merasakan pertemanan yang sesungguhnya dengan Sohee saat melihatnya menangis tadi. Seunghan tidak tahu banyak tentang kehidupan personal anak remaja yang beberapa bulan lebih muda darinya itu. Ia hanya tahu bahwa Sohee sudah lama hidup sendiri karena kedua orangtuanya meninggal. Orang tua yang ternyata tidak memiliki ikatan darah dengannya. Namun dari yang Seunghan tangkap, Sohee sangat menyayangi kedua orangtua angkatnya, begitu pun sebaliknya.

Di samping itu semua, ada fakta lain yang sedikit mengusik ketenangan Seunghan. Sohee tahu jika kedua orangtuanya masih hidup walaupun ia bilang hanya tau wajah ayahnya. Seunghan tidak bisa menilai dirinya orang baik-justru dia selalu merasa dirinya jahat dan bangga akan itu-tetapi ia bisa mengetahui, apapun alasannya, membuang anak kandung sendiri adalah perbuatan tercela.

Seunghan sempat bertanya tentang sosok ayah yang Sohee maksud tetapi anak itu tidak menjawabnya. Tetapi pikiran Seunghan otomatis tertuju pada seseorang. Ia sempat menangkap ekspresi wajah Sohee yang berbeda dari biasanya ketika melihat seorang pria dewasa di festival kuliner tadi.

Siapa orang itu dan kenapa Seunghan sangat terpancing untuk menyelidikinya?

"Gue ngelakuin ini karena gue kepengen dan gabut aja, bukan karena Sohee..." gumam Seunghan, menyangkal bisikan ambigu di kepalanya sebelum menyalakan mesin mobilnya dan melaju pulang.

. . .

"Waahhh makanannya banyak banget!? Aku boleh ambil yang mana aja, Om?"

Sungchan mengangguk sambil memaksakan senyum kecil ketika Anton bertanya dengan heboh padanya. Acara makan malam dadakan ini adalah ide Giselle yang masih ingin berlama-lama dengan saudara sepupunya. Tadinya Sungchan ingin mengajak Giselle pulang saja tetapi gadis itu berkata akan pulang sendirian. Sungchan yang sudah dipasrahkan oleh Taeyong mana mungkin akan meninggalkan gadis Uchinaga itu sendiri?

Home Is Where The Heart Is (SUNGTARO)Where stories live. Discover now