5

22 2 0
                                    

“Kamu kok ga bilang sih kalau mau blind date?” Omel Rin. Seingat Tabito, adik kelas sekaligus teman setimnya ini tidak banyak omong dan sangat kalem, dingin pula. Tapi sekarang malah yang ia lihat adalah kebalikannya. “Bilang tahu! Aku nge-chat di grup. Cuma kak Sae yang bales, sok sibuk, sih.”

“Kakak kok ga ngasi tahu aku?”

“Kirain kamu udah baca.” Sae menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. Keributan yang ditimbulkan Itoshi bersaudara ini lebih ramai daripada pertengkaran Tabito dengan kakaknya. Wajar, sih. Mereka ‘kan tiga bersaudara.

“Upin langsung pacaran sama Karbit di first date?” Rin lanjut menginterogasi kembarannya. Sena memutar bola matanya dengan malas, “kenapa? Emang ga boleh?”

“Bukan gitu. Tapi, seleramu cowok jamet semua. Kamu ga kapok?” Sekarang Sae yang ikut bersuara. Tabito yang merasa diledek membuka mulutnya, “jamet gimana sih anjing? Gue keren gini, kok,” celetuknya. Tidak ada yang menanggapinya, Tabito mengumpat di dalam hati. Terlebih lagi, bisa-bisanya Sena malah mengobrol dengan Rin.

“Tapi ya Kak Sae, Karbit tuh minusnya cuma mulutnya yang lemes. Kalau kakak ngatain Karbit jamet karena rambutnya, rambut kakak lebih jelek sih,” ucap Rin sambil melindungi dirinya dari gelitikan mautnya Sena. Tabito tidak tahu apakah ia harus berterimakasih pada Rin atau menendangnya. “Rambutmu lebih jelek ya, Rin. Hari gini potongan rambut masih kayak bocah emo? Pfft,” ejek Sae, Tabito menutup mulutnya mencoba untuk menahan tawanya, Sena mulai tertawa cekikikan. Yang diejek  langsung memasang ekspresi wajah yang gelap.

“Udah ih. Aku udah gede ya, aku tahu cowok mana yang baik buat aku. Bito itu soon-to-be dosen, jurusannya sama kayak aku.” kata Sena. “Hehe, yoi. Gue masih skripsian. Gue janji bakal melewati susah dan senang bersama Sena. Gue juga bakal jagain Sena dan gue ga akan bikin dia sakit hati,” sahut Tabito. Sae mengangguk-anggukan kepalanya, “yah, gue juga ga bisa selamanya jagain Sena. Gue percayakan Sena ke elu, ye. Hindari miskomunikasi sebaik mungkin. Kalau gue nyiduk lu bikin adek gue sedih atau sakit, lihat aja, botak tuh rambut honda elu.” jelas Sae. Merinding dikit ga ngaruh, batin Tabito.

“Makasih kakak Sae, uwu!” Balas Tabito. Sulit menjelaskan kondisi muka Sae saat ini. Muka defaultnya sudah horor, dipanggil Tabito ‘kakak’ tambah horor. “Udah ya, makasih sudah menjamu gue sebagai tamu dadakan” Tabito bangkit dari tempat duduknya, bersiap-siap untuk pulang. Sena mengikutinya ke arah pintu apart. “Hati-hati di jalan ya, ganteng. And thank you for today,” Sena mengedipkan matanya sebelah setelah mengecup kening Tabito. Tabito tersenyum sambil mengacak-acak rambut Sena. “Sama-sama, aku pulang dulu, ya.”

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

“Begitu ceritanya, adik-adik.” Tabito bercerita soal kencannya dengan Sena hari ini pada teman-temannya sambil mengeringkan rambutnya. Baik Kenyu maupun Eita sama-sama syok. Lagian, siapa sih yang tidak syok kalau tahu ada orang yang langsung pacaran di first date?

“Bentar-bentar, jadi Sena itu ternyata adik kelas lu? Dan dia kembaran sama si Itoshi Rin? Anjir, Jepang sempit ya,” komentar Kenyu. Dulu saat mereka bertiga masih duduk di bangku SMA, mereka bersekolah di tempat yang berbeda-beda. “Iya, lu bayangin ken. Gue dulu dilabrak sama si Rin anjir hahaha, ngeri sih jujur. Gue hampir dibogem. Tapi gue denger-denger kakaknya lebih serem,” ucap Eita.

“Masih aman lu dilabrak kembarannya, bukan sama kakaknya. Dulu aja guru-guru takut sama Sae,” balas Tabito. Kalau Tabito ingat-ingat, Sena itu yang paling ramah di antara Itoshi bersaudara. Itu bukan berarti Sena adalah orang yang ramah banget, dia lebih gampang untuk diajak bergaul dibandingkan dengan saudara-saudaranya.

“Gue ngerti sih kenapa Sae sama Rin jagain dia kayak gitu. Anak cewek satu-satunya. Gue juga suka kepo kalau kakak gue lagi deket sama cowok.” Sambungnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LOWKEY - Karasu TabitoWhere stories live. Discover now